Kapan Skrining PJB Kritis Menggunakan Pulse Oximeter Dilakukan?
Skrining PJB kritis penting dilakukan pada bayi untuk mencegah risiko penyakit jantung bawaan, Ma
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Penyakit jantung bawaan (PJB) umumnya dapat terjadi pada 8–10 bayi dari setiap 1000 kelahiran. Salah satu tanda PJB, yakni adanya kelainan struktur organ jantung yang ditemukan ketika bayi dilahirkan.
Perlu diketahui, jantung adalah organ tubuh yang terbentuk pada usia kehamilan 8 minggu. Paparan obat, kelainan genetik, infeksi pada ibu, diabetes, atau konsumsi alkohol saat hamil bisa menjadi faktor risiko kelainan struktur organ jantung pada janin.
Akan tetapi, tidak semua anak yang lahir dengan PJB akan menunjukkan gejala tertentu. Itulah sebabnya, skrining PJB kritis menjadi penting dilakukan untuk mendeteksi gejalanya sejak dini.
Lantas, kapan skrining PJB kritis menggunakan pulse oximeter dilakukan? Berikut ini Popmama.comtelah merangkum penjelasannya. Simak yuk, Ma!
1. Kapan skrining PJB kritis dilakukan?
PJB Kritis adalah penyakit jantung bawaan yang memerlukan tindakan segera dalam satu tahun pertama kehidupan. Seperti yang dapat diketahui, tidak semua anak dengan PJB akan menunjukkan gejalanya sejak kecil, Ma.
Skrining PJB kritis perlu dilakukan segera saat baru baru dilahirkan, salah satunya melalui tes pulse oximetry. Dokter biasanya akan melakukan tes ini setelah bayi berusia 24 jam atau sebelum bayi diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
2. Cara melakukan tes pulse oximeter untuk mendeteksi PJB
Cara melakukan tes pulse oximeter sebenarnya cukup sederhana dilakukan. Prosesnya dilakukan dengan menilai saturasi oksigen perifer pre-ductal (jari tangan kanan) serta post-ductal (jari kaki kiri atau kanan).
Apabila hasil pemeriksaan saturasi perifer bayi kurang dari 95% atau terdapat perbedaan lebih dari 3% saturasi pre dan post-ductal, maka bayi terindikasi perlu melakukan pemeriksaan ekokardiografi untuk menilai struktur organ jantungnya.
Jika memerlukan penanganan lebih lanjut, dokter biasanya akan melakukan konsultasi dengan dokter spesialis anak atau konsultan jantung untuk dilakukan pemeriksaan penunjang serta penanganan lebih lanjut.
3. Gejala penyakit jantung bawaan pada anak
Umumnya, anak dengan penyakit jantung bawaan bisa tidak menunjukkan gejala apapun (asimtomatik), tampak biru (sianosis), atau terdapat gejala gagal jantung.
Anak dengan PJB yang tidak menunjukkan gejala apapun biasanya disebabkan oleh kelainan jantung yang berukuran kecil. Namun, saat dilakukan pemeriksaan jantung oleh dokter akan terdengar adanya detak jantung yang bising.
Kemudian pada PJB tipe biru, biasanya dapat diketahui dengan melihat bagian bibir dan mukosa lidah bayi yang tampak biru, terdapat jari tabuh pada tangan dan kaki, serta gangguan pertumbuhan berat dan tinggi badan.
Sementara itu, bayi dengan gejala gagal jantung sering kali ditandai dengan keluhan menyusu yang terputus-putus, napas cepat, berkeringat, detak jantung cepat, berat badan sulit naik hingga terjadi gangguan pertumbuhan.
4. Dampak bila bayi dengan PJB kritis terlambat ditangani
PJB kritis dapat mengancam nyawa anak apabila terlambat dideteksi dan tidak segera ditangani. Hal ini juga pernah ditegaskan oleh Ketua UKK Kardiologi IDAI, Dr. Rizky Adriansyah, M.Ked, Sp.A(K).
Beliau mengatakan bahwa bayi dengan PJB kritis biasa meninggal dunia dalam beberapa bulan, hari, bahkan dalam hitungan jam. Jika terlambat dideteksi, bayi dapat meninggal dunia tanpa diketahui penyebabnya.
Selain itu, anak yang terlambat didiagnosis PJB kritis bisa berisiko meninggal dunia karena mendapatkan pengobatan kurang optimal. Sedangkan bila bayi terlambat dirujuk dan ditangani, ia bisa meninggal karena komplikasi sehingga penanganan PJB kritis menjadi semakin rumit.
Itulah sebabnya, skrining PJB kritis perlu dilakukan sejak bayi baru lahir sebagai bentuk antisipasi dan mengenali gejalanya sejak dini. Dengan mengenali gejala PJB pada anak sejak kecil, penanganan pun dapat dilakukan lebih awal apabila memang terdapat gangguan.
Demikianlah penjelasan seputar kapan skrining PJB kritis menggunakan pulse oximeter dilakukan. Semoga si Kecil senantiasa sehat selalu, ya, Ma!
Baca juga:
- Terkait Kesehatan Jantungnya: Normalkah Denyut Nadi si Kecil?
- Waspada Kelainan Jantung Bawaan pada Bayi, Apa Penyebabnya?
- 3 Jenis Skrining Bayi Baru Lahir yang Penting bagi Kesehatan si Kecil