Jangan Sepelekan, Lakukan Ini jika Kenaikan Berat Badan Bayi Lambat!
Berat badan bayi tak kunjung naik? Bagaimana pola pemberian ASI-nya selama ini?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jika disusui dengan nutrisi baik dan pola yang konsisten, bayi pasti mengalami kenaikan berat badan yang optimal.
Setiap bayi tumbuh dengan kecepatannya sendiri. Dengan kata lain, pertumbuhan tiap bayi berbeda. Ada yang lebih cepat tumbuh gigi, ada yang berjalan lebih dulu, dan ada juga yang berat badannya naik cukup konsisten. Ini tergantung dari asupan nutrisi Mama, genetik, masalah kesehatan, atau stimulasi yang didapat bayi.
Bayi baru lahir, normalnya, akan kehilangan hingga 10 persen dari berat lahir di lima hari pertama kehidupannya. Setelah itu, saat usianya 10 hari hingga dua minggu, mereka baru kembali mendapatkan berat badannya yang hilang. Lalu, hingga tiga bulan ke depan, berat badannya bertambah sekitar satu ons per hari. Namun jika bayi baru lahir tidak mendapatkan kembali berat lahirnya dalam dua minggu, bisa jadi ia memiliki masalah menyusui.
Berikut Popmama.com merangkum beberapa hal harus dilakukan jika kenaikan berat badan bayi lambat, dilansir dari Verywellfamily.
Sediakan Timbangan Bayi di Rumah
Menimbang bayi di rumah bukanlah pengganti untuk membawa bayi mama ke dokter anak. Ini sekadar memantau pertumbuhan berat badannya saja, sekaligus sebagai laporan dokter anak jika dibutuhkan.
Timbang bayi secara berkala untuk mengetahui grafik pertumbuhannya. Catat setiap kali Mama menimbang bayi, agar trend pertumbuhannya bisa terdokumentasi dengan baik.
Penyebab Kenaikan Berat Badan Bayi Lambat
Ada sejumlah alasan mengapa bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup untuk menambah berat badannya secara konsisten. Lakukan evaluasi bersama dokter anak atau konsultan laktasi bersertifikat untuk mengetahui masalah dan mencari tahu cara memperbaikinya.
Beberapa hal yang bisa menyebabkan kenaikan berat badan bayi lambat, di antaranya:
- Pelekatan menyusui (latch on) yang salah. Jika mulut dan lidah bayi menempel dengan benar pada puting mama, ASI pasti keluar dengan benar, bayi tidak akan merasa lelah dan frustrasi saat mengisapnya.
- Jarang menyusui. Susui bayi baru lahir setiap 2–4 jam sekali sepanjang hari dan malam selama 6–8 minggu pertama kehidupannya.
- Tidak memerhatikan lamanya sesi menyusui. Bayi yang baru lahir harus menyusui sekitar 8-10 menit di setiap sisi payudara. Apalagi di beberapa minggu pertamanya, usahakan agar bayi tetap terjaga dan aktif menyusu selama mungkin.
- Nyeri atau merasa tidak nyaman. Mungkin bayi mengalami cedera saat lahir atau infeksi seperti sariawan di mulutnya. Kondisi ini tidak memungkinkan ia menyusu dengan baik.
- Pasokan ASI rendah atau tertunda. Beberapa mama ada yang mengalami masalah pada puting sehingga menyulitkan pemberian ASI ke bayi, juga produksi ASI yang sedikit. Bicarakan dengan konsultan laktasi bagaimana mengatasi masalah puting mama, serta apa yang harus Mama lakukan dan konsumsi untuk meningkatkan produktivitas ASI.
Faktor Risiko Penurunan Berat Badan
Berikut ini beberapa faktor risiko berat badan bayi turun:
- Lahir prematur. Bayi kecil atau yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu cenderung tidak memiliki kekuatan atau energi untuk menyusui dalam waktu cukup lama. Padahal ASI sangat dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Bayi ini juga cenderung suka mengantuk dan mengalami masalah medis lain yang dapat membuat proses menyusui menjadi lebih sulit.
- Tantangan oral. Tantangan yang berasal dari Mama biasanya puting yang sangat besar, tenggelam, atau keras. Sedangkan pada anak, mulutnya masih sangat kecil, atau mereka mengalami masalah fisik seperti lidah terikat (tongue-tie), bibir sumbing, atau masalah pada langit-langit mulutnya (latching).
- Ikterus neonatorum (neonatal jaundice) atau lebih dikenal dengan bayi kuning. Ini normal terjadi pada bayi baru lahir yang sehat dan akan hilang dengan sendirinya. Namun jangan terlena, terus berikan ASI untuk mengatasinya. Jika dibiarkan, bisa membuat bayi lemas atau mengantuk dan tidak tertarik menyusu.
- Refluks. Ini kondisi di mana makanan kembali naik ke tenggorokan dan menyebabkan bayi muntah atau gumoh setelah menyusu. Bayi tidak hanya kehilangan sebagian ASI, tetapi asam dari refluks dapat mengiritasi tenggorokan dan kerongkongannya, sehingga membuat bayi trauma menyusu.
- Penyakit. Kondisi tubuh yang tidak sehat tentu dapat membuat bayi tidak semangat menyusu, terutama jika bayi juga mengalami muntah atau diare.
- Masalah neurologis. Kondisi seperti down syndrome dapat menghambat kemampuan bayi untuk menyusu dengan benar.
Yang Dilakukan agar Berat Badan Bayi Bertambah
Jika Mama sangat khawatir dengan kondisi berat badan bayi, periksakan segera ke dokter anak. Dokter akan memeriksa, mengukur, dan menimbang bayi serta memberi strategi apa yang perlu Mama lakukan pada si Kecil. Beberapa di antaranya adalah:
- Memeriksa latch on. Pastikan mulut dan lidah bayi menempel benar pada payudara mama. Minta bantuan dokter atau ikuti konsultan laktasi untuk mengetahui cara yang tepat.
- Sering menyusui. Susui bayi sesering mungkin, sekitar dua hingga tiga jam sekali. ASI lebih mudah dicerna (dibanding sufor), jadi menyusuinya sesering mungkin tak masalah.
- Hindari dot. Dot bisa membuat bayi bingung puting sehingga enggan menyusu langsung ke payudara mama. Saat bayi lebih memilih dot daripada payudara, produksi ASI akan menurun sehingga bayi tidak mendapatkan ASI sesuai kebutuhan.
- Jaga bayi tetap sadar. Usahakan bayi menyusu selama sekitar 20 menit di tiap sesi menyusui. Jika bayi malas atau tertidur, bangunkan dengan menggelitiki kaki atau mengubah posisi tidurnya, sehingga ia tidak melewati sesi menyusunya.
- Atasi produksi ASI Mama. Jika suplai ASI terbatas, ambil langkah-langkah untuk meningkatkan produksi ASI, misalnya dengan memompa payudara lebih sering, atau mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI (booster ASI).
- Pertimbangkan suplemen. Konsultasikan dengan dokter mengenai ini.
Haruskah Berhenti Memberikan ASI?
Bayi disarankan mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan. Selama itu pula, pantau kenaikan berat badannya dan laporkan kepada dokter anak. Jika ada penurunan yang signifikan, konsultasikan dengan dokter apakah bayi memerlukan ‘bantuan’ sufor atau tambahan nutrisi dari makanan lain.
Seperti tulisan Donna Murray, RN, BSN yang diulas professor pediatri di Mount Sinai School of MedicineJoel Forman, MD., di Verywellfamily, sufor merupakan alternatif yang aman, sebagai pengganti ASI atau tambahan nutrisi jika diperlukan.
Namun, sekali lagi pastikan Mama sudah berkonsultasi ke dokter. Sebab, pemberian susu selain ASI harus dilakukan atas saran dokter.
Itulah beberapa hal yang harus dilakukan bila kenaikan berat badan bayi lambat. Yang perlu Mama lakukan, jangan pernah bandingan pertumbuhan bayi mama dengan bayi lainnya. Ingat, pertumbuhan tiap bayi berbeda. Jika Mama mengetahui kenaikan berat badan bayi bermasalah, dipantau melalui growth chart atau Kartu Menuju Sehat (KMS), segera periksakan bayi ke dokter anak.
Baca juga:
- 5 Penyebab Bayi Mengalami Berat Badan Lahir Rendah
- Awas Obesitas, Ini 5 Cara Mencegah Bayi Kelebihan Berat Badan
- 4 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Berat Badan Bayi