TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Kenapa Bayi ASI Jarang BAB? Ini Kata Dokter

Perubahan frekuensi BAB pada bayi adalah hal yang wajar

freepik/cookie_studio

ASI pada ibu hamil mulai diproduksi secara alami oleh tubuh menjelang waktu kelahiran sang bayi tiba. ASI tersebut nantinya akan menjadi sumber kehidupan dan asupan ideal untuk bayi hingga dua tahun ke depan.

Diketahui bahwa ASI mengandung berbagai nutrisi baik yang bisa melindungi bayi dari berbagai penyakit serta mendukung pertumbuhan berbagai organ di dalam tubuh serta memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi.

ASI juga berpengaruh pada sistem pencernaan bayi, termasuk pembentukan feses. Namun, bayi sering kali mengeluarkan feses dalam jumlah sedikit dan lebih jarang, terutama pada bayi yang mendapat ASI eksklusif. Lalu, kenapa bayi ASI jarang BAB?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Popmama.com sudah merangkum jawabannya dengan lengkap dan jelas. Yuk, simak, Ma!

Kenapa Bayi ASI Jarang BAB?

Pexels/mart production

dr. Citra Amelinda, Sp.A, IBCLC, M.Kes, dokter anak yang praktik di Rumah Sakit Siloam TB Simatupang melalui unggahannya di Instagram, menjelaskan bahwa bayi yang berusia lebih dari enam minggu dan masih mendapat ASI secara ekskulif akan jarang mengalami BAB.

Hal ini dikarenakan saluran pencernaan bayi masih mengalami perkembangan, tetapi koordinasi otot-otot di sekitar anus belum sempurna sehingga bayi pun lebih sulit BAB dan tekstur fesesnya mulai padat kental.

Frekuensi BAB-nya bahkan bisa berlangsung hanya satu kali dalam tujuh hingga lima hari. Melansir Healthline, beberapa bayi hanya buang air besar satu atau dua kali sehari.

Namun, Mama tak perlu khawatir karena kondisi ini normal dan hampir dialami oleh banyak bayi. Bayi akan baik-baik saja selama feses yang dihasilkan masih bertekstur lembek seperti pasta, aktif dan ceria, perut tidak tampak kembung, kentut dengan normal, serta berat badan tidak menurun.

Pola BAB pada Bayi yang Perlu Orangtua Tahu

pixabay/pexels

Bayi yang baru lahir memiliki pola buang air besar (BAB) yang belum beraturan dan Mama harus sabar menunggu momen tersebut. Normalnya, bayi akan BAB pada 24 – 48 jam pertama setelah hadir ke dunia.

Selanjutnya, frekuensi BAB berlangsung selama tiga hingga empat kali atau lebih dalam sehari. Feses pertama yang dikeluarkan berwarna hitam pekat atau yang disebut sebagai mekonium dan akan berubah menjadi hijau serta kekuningan setelah lebih dari lima hari.

Bayi yang mendapat ASI memiliki feses berwarna cokelat muda, hijau, atau kuning dengan tekstur yang cenderung halus hingga encer. Tekstur yang encer tidak menjadi masalah selama bayi menyusu dengan baik dan rutin, serta tidak ada darah dalam fesesnya.

Namun, jika teksturnya sangat encer menyerupai air bisa menjadi pertanda dari diare. Sebaliknya, tekstur yang keras pun tidak baik karena bisa jadi indikasi bahwa bayi mengalami sembelit.

Kapan Harus Pergi ke Dokter?

freepik

Setiap bayi memiliki pola BAB yang berbeda, tetapi Mama harus memperhatikan beberapa kondisi ini agar tahu kapan harus memeriksakan sang bayi ke dokter. Kondisi tersebut meliputi:

  1. Terjadi penurunan berat badan pada bayi.
  2. Tidak menyusu dengan baik.
  3. Feses bayi berwarna hitam pekat setelah beberapa hari atau minggu.
  4. Feses berwarna putih dan pucat yang bisa menjadi indikasi adanya masalah pada pankreas dan hati.
  5. Adanya darah yang bisa menjadi tanda adanya pendarahan di dalam tubuh.
  6. Frekuensi buang air besar yang tidak sesuai dengan jadwalnya dan disertai dengan tekstur feses yang mengeras. Hal tersebut bisa menjadi pertanda sembelit.
  7. Tekstur feses sangat encer dan berlangsung dalam waktu yang lama. Ini bisa menjadi indikasi diare pada bayi.

Itulah informasi dan jawaban mengenai kenapa bayi ASI jarang BAB yang banyak dipertanyakan oleh para orangtua. Perubahan pada frekuensi BAB bayi adalah hal yang wajar, terutama jika bayi mulai memasuki usia lebih dari enam minggu.

Namun, jika bayi Mama mengalami jeda BAB yang lebih lama, segera periksakan ke dokter agar diketahui penyebabnya dan mendapat penanganan yang tepat.

Baca juga:

The Latest