Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Katanya, bayi bisa melihat hantu. Maka dari itu terkadang orangtua jadi ikut merinding ketika melihat si Kecil tiba-tiba tertawa padahal sedang bermain sendirian.
Sekali pun banyak dipertanyakan, kebenaran soal bayi bisa melihat hantu terkadang kerap dipercaya bulat-bulat oleh masyarakat. Mempercayai hal tersebut sejatinya tidak salah, tapi bagaimana dengan fakta aslinya?
Benarkah bayi bisa melihat hantu? Bisakah fenomena ini dijelaskan dengan kacamata sains? Yuk, simak jawabannya bersama Popmama.com di artikel ini.
Benarkah Bayi Bisa Melihat Hantu?
Ada banyak pro kontra terkait kebenaran bayi bisa melihat hantu. Beberapa ahli berpendapat, bayi memang punya kemampuan untuk melihat hal-hal berbau spiritual seperti hantu.
Hal itu senada dengan anggapan dari Diane Gremmel, seorang psikis di Houston, Amerika Serikat, kepada Romper yang dilansir Popmama.com.
“Tidak semua bayi punya “kemampuan khusus” untuk bisa melihat hantu. Tapi, ada kalanya kemampuan tersebut hadir sendiri karena kepolosan mereka. Biasanya, bayi tidak pernah diberitahukan bisa melihat hantu atau tidak. Hal itu kemudian membuat pandangan mereka benar-benar murni, tidak ada filter batasan, yang membuat mereka justru semakin bisa melihat koneksi antara dunia spirit secara lebih dalam," ujar Gremmel.
Hal itu juga yang kemudian membuat bayi cenderung bereaksi normal ketika melihat hantu. Walau tidak menutup kemungkinan si Kecil tetap akan menangis bila melihat hantu yang “usil” atau justru tertawa bahagia saat bertemu dengan hantu yang dianggapnya menyenangkan.
Tapi, keterangan dari Diane Gremmel hanya satu fakta saja, Ma. Ada tanggapan lain yang dirasa lebih bisa menjelaskan soal fenomena bayi bisa melihat hantu ini.
Kebenaran Bayi Bisa Melihat Hantu dari Kacamata Sains
Kemampuan bayi bisa melihat hantu beririsan dengan perkembangan indra penglihatan mereka. Saat masih belia, kemampuan melihat bayi hanya sekitar 380nm spektrum elektromagnetik. Bila diibaratkan, penglihatan mereka berada di kisaran sinar UV dan inframerah.
Seiring berkembangnya usia bayi, barulah indra penglihatan mereka makin berkembang seperti penglihatan orang dewasa; di ukuran 400nm - 700nm spektrum elektromagnetik.
Para peneliti beranggapan, kecenderungan bayi melihat hantu biasa muncul saat ia baru bisa melihat di 380nm spektrum elektromagnetik.
Hantu maupun makhluk tidak kasat mata tersebut berwujud di spektrum sinar UV dan inframerah hingga akhirnya yang bisa melihatnya hanyalah bayi.
Anggapan tersebut senada dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Scientific American yang menyebut anak bayi bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang dewasa.
“Saat bayi berusia sekitar 3-4 bulan, ia bisa melihat suatu hal yang tidak bisa dilihat oleh orang dewasa. Tapi, setelah ia berusia 5 bulan ke atas, kemampuan tersebut menghilang,” seperti dikutip dari laman Scientific American.
Alasan hilangnya kemampuan tersebut tentu beralasan. Bukan karena si Kecil tidak lagi sakti, atau indera keenamnya tertutup, melainkan karena otaknya semakin berkembang.
Perkembangan tersebut membuat ia semakin pandai memilah-milah informasi yang didapat dari penglihatannya. Persepsi yang ditanamkan oleh orang sekitar juga turut andil dalam perkembangan otaknya.
Persepsi akan membuat otaknya akan memproses hal yang sama dengan apa yang orang lain lihat.
Maka itu, bila Mama terus meyakinkan si Kecil kalau hantu benar ada, ia akan meyakininya. Namun, bila Mama mengatakan hal sebaliknya, otak ia akan memproses kalau hantu tidaklah nyata.
Pada akhirnya, kesimpulan soal benarkah bayi bisa melihat hantu benar-benar bergantung pada persepsi yang Mama percayai dan tanamkan pada si Kecil nantinya.
Baca juga: