Sepsis Neonatorum pada Bayi: Gejala, Penyebab & Pengobatannya
Menurut data WHO, sebanyak satu juta bayi di seluruh dunia meninggal akibat sepsis neonatorum
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dari sekian banyaknya penyakit yang menyerang darah, sepsis neonatorum adalah salah satu yang harus diwaspadai karena bisa menyerang bayi baru lahir. Sepsis pada bayi patut diwaspadai karena bisa mengancam nyawanya.
Menurut data badan kesehatan dunia (WHO), sebanyak satu juta bayi di seluruh dunia meninggal akibat sepsis neonatorum setiap tahunnya.
Penyakit ini tidak hanya menyerang darah, namun juga bisa menyebar ke organ tubuh bayi lainnya.
Apa sebenarnya penyebab sepsis neonatorum?
Apa gejala yang harus diwaspadai?
Berikut rangkuman penjelasan Popmama.com mengenai sepsis neonatrum pada bayi baru lahir, dilansir dari sejumlah sumber.
Penyebab Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur. Infeksi tersebut bisa memicu respon peradangan dalam tubuh bayi hingga merusak sistem organ.
Infeksi bakteri pada tubuh si Kecil bisa terjadi saat persalinan atau setelah persalinan. Sepsis neonatorum yang terjadi saat persalinan disebabkan infeksi bakteri yang berasal dari tubuh mama yakni di antaranya Group B Stretococcus, E.coli, dan Staphylococcus. Infeksi ini terjadi sekitar 24 sampai 72 jam pasca persalinan.
Sementara itu, infeksi bakteri yang terjadi pasca persalinan biasanya terjadi dalam jangka waktu empat sampai 90 hari setelah si Kecil lahir. Bakteri yang masuk berasal dari lingkungan sekitar bayi seperti Staphylococcus aureus, Klebsiella, dan Pseudomonas. Selain disebabkan infeksi jamur, sepsis neunatorum juga bisa disebabkan infeksi jamur Candida.
Bakteri dan jamur itu umumnya berada di rumah sakit. Oleh karena itu, bayi yang menginap di rumah sakit setelah dilahirkan memiliki risiko lebih tinggi untuk terjangkit sepsis neonatorum. Bayi kerap dianjurkan menginap di rumah sakit karena lahir dalam keadaan prematur atau memiliki berat badan rendah.
Gejala Sepsis Neonatorum yang Dirasakan Bayi
Gejala sepsis cenderung tidak spesifik dan sering dikira gejala penyakit lain seperti perdarahan otak. Meskipun begitu, gejala bayi yang terjangkit sepsis umumnya sama yakni mengalami demam, muntah, menolak ASI, dan diare.
Demam yang dialami bayi akan berlangsung selama beberapa hari. Saat demam, suhu tubuh bayi akan menurun dan meningkat dalam waktu hampir bersamaan.
Gejala lainnya adalah bayi tampak kuning, kurang responsif ketika diajak berbicara, perut tampak membengkak, sering kejang, dan detak jantung menjadi cepat. Kemudian, bayi juga mengalami sesak napas dan kulit terlihat pucat.
Pengobatan Sepsis Neonatorum
Apabila si Kecil mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan sebelumnya, maka Mama harus segera membawanya ke dokter. Sebab, pengobatan sepsis neonatorum harus dilakukan secepat mungkin agar tidak mengancam nyawa si Kecil. Bayi yang terdiagnosis sepsis neonatorum akan menjalani perawatan di ruang ICU.
Selama dirawat di rumah sakit, bayi akan diberikan antibiotik selama 7 sampai 10 hari untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur dalam darah. Apabila bakteri terus tumbuh, antibiotik akan diberikan hingga tiga minggu.
Selain pemberian obat-obatan, dokter akan memantau organ vital dan tekanan darah si Kecil. Apabila suhu tubuh bayi tidak stabil, tak jarang dokter akan memasukkan bayi ke dalam inkubator.
Apa yang Terjadi jika Bayi yang Mengalami Sepsis Tidak Diobati?
Sepsis neonatorum adalah kondisi medis darurat yang membutuhkan pengobatan khusus.
Mama perlu memantau perkembangan bayi pasca melahirkan guna mengetahui kemungkinan si Kecil terjangkit sepsis. Apabila Mama abai dan si Kecil tidak mendapatkan pengobatan, maka akan terjadi komplikasi akibat keracunan darah.
Komplikasi kesehatan yang dirasakan bayi bisa berupa detak jantung naik turun dalam waktu cepat, melebarnya pembuluh darah, napas pendek, hingga penurunan tekanan darah secara drastis.
Kondisi tersebut tentu berdampak pada perkembangan organ tubuh lainnya hingga bisa berujung kematian.
Hingga saat ini, dokter masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai pencegahan sepsis neonatorum.
Namun, Mama bisa mencegahnya sedini mungkin dengan melakukan pemeriksaan rutin terhadap diri sendiri dan si Kecil sehingga gejala sepsis bisa terdeteksi lebih cepat.
Deteksi sepsis neonatrum pada bayi baru lahir yang lebih cepat akan membuat bayi mendapatkan pengobatan lebih cepat juga.
Baca juga :
- Penyebab Penyakit Ginjal pada Anak dan Apa Dampaknya
- Memicu Penyakit, Ini 5 Perilaku Pola Makan yang Salah pada Anak Remaja
- Awas! Ini 6 Jenis Penyakit Kulit pada Bayi yang Sering Dijumpai