Blue Baby Syndrome: Gejala, Penyebab, dan Diagnosis
Blue baby syndrome merupakan kondisi di mana kulit bayi baru lahir berwarna kebiruan atau keunguan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Blue baby syndrome atau sindrom bayi biru merupakan kondisi di mana kulit bayi yang baru saja dilahirkan ke dunia berwarna kebiruan atau keunguan.
Warna kebiruan ini bisa terdapat pada beberapa bagian tubuh sekaligus, seperti pada bibir, daun telinga, hingga kuku.
Berikut Popmama.com rangkum penjelasan mengenai blue baby syndrome. Mari kita simak bersama, Ma!
Penyebab Blue Baby Syndrome
Kondisi ini bisa terjadi saat tubuh kekurangan oksigen. Normalnya, aliran darah dipompa dari jantung ke paru-paru agar mendapatkan oksigen. Selanjutnya, darah akan disirkulasikan kembali melalui jantung ke seluruh tubuh.
Ketika bayi sedang menderita masalah pada jantung, paru-paru atau darah, maka kadar oksigennya biasanya di bawah kondisi normal. Akibatnya, kulit bayi akan terlihat berwarna biru.
Berikut ini kondisi medis yang bisa menyebabkan rendahnya kadar oksigen:
1. Methemoglobinemia
Merupakan kondisi yang diakibatkan adanya nitrat yang meracuni bayi. Ini dapat ditemui di beberapa kasus saat bayi mengonsumsi susu formula yang dicampur dengan air sumur, atau makanan bayi yang padat nitrat, seperti bayam.
Kondisi ini dapat menyerang bayi berusia di bawah enam bulan karena pada usia tersebut kondisi sistem pencernaan bayi masih sensitif dan belum berkembang secara sempurna.
2. Tetralogy of Fallot (TOF)
Merupakan kondisi langka, di mana bayi mengalami cacat jantung bawaan lahir. TOF menjadi penyebab utama terjadinya sindrom bayi biru karena adanya kombinasi empat cacat jantung yang mengurangi aliran darah ke paru-paru, sehingga darah dalam tubuh kekurangan oksigen.
3. Cacat jantung bawaan lahir lainnya
Faktor genetik sering kali menjadi penyebab cacat jantung bawaan lahir. Dikutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kelainan penyakit jantung bawaan (PJB) dibagi menjadi dua tipe, yakni PJB biru (sianotik) dan PJB non-sianotik (tidak menimbulkan warna biru). Jenis PJB sianotik menyebabkan warna kebiruan (sianosis) pada kulit dan selaput lender bayi.
Kondisi tersebut sangat mungkin menyebabkan kurangnya kadar oksigen dalam darah yang dapat menjadi penyebab sindrom bayi biru.
Gejala Blue Baby Syndrome
Sudah makan
Rewel
Lemas
Berat badan stagnan
Detak jantung atau ritme pernapasan cepat
Tahapan Diagnosis dan Pencegahan Blue Baby Syndrome
Selain memeriksa riwayat medis si Kecil, diagnosis blue baby syndrome juga dapat dikonfirmasi melalui serangkaian tes berikut:
Tes darah
X-ray bagian dada untuk memeriksa paru-paru dan ukuran jantung
EKG untuk melihat aktivitas elektrik jantung
Ekokardiogram untuk melihat anatomi jantung
Kateter kardiak untuk melihat visual nadi jantung
Tes saturasi oksigen untuk menentukan kadar oksigen di darah
Penyakit ini umumnya terjadi secara alami karena cacat bawaan lahir. Namun, ada beberapa langkah pencegahan yang bisa Mama lakukan untuk meminimalisir munculnya penyakit ini, yaitu dengan cara di bawah ini:
Hindari penggunaan air sumur, setidaknya hingga bayi berusia 12 bulan. Hal ini karena memasak air saja tidak akan mampu menghilangkan kadar nitrat pada air sumur yang dapat menimbulkan sindrom bayi biru.
Sebisa mungkin batasi makanan yang kaya nitrat, termasuk brokoli, bayam, bit dan wortel, hingga bayi berusia delapan bulan.
Ibu hamil wajib menghindari obat-obatan terlarang, rokok, dan alkohol, untuk mencegah penyakit cacat jantung bawaan pada bayi.
Itu tadi penjelasan mengenai blue baby syndrome. Semoga informasi di atas dapat membantu, ya, Ma!
Baca juga:
- Warna Kulit Bayi Membiru, Waspada Blue Baby Syndrome
- Bibir Bayi Biru atau Hitam? Awas Kekurangan Hemoglobin!
- Kisah Seorang Anak Berjuang Melawan Shaken Baby Syndrome, Apa Itu?