Ciri Batuk Pilek pada Bayi karena Alergi dan Cara Mengatasinya
Bagaimana Mama bisa membedakan penyebab batuk pilek pada bayi?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Batuk dan pilek sering dialami oleh bayi, Ma. Selain karena virus, batuk dan pilek juga merupakan gejala alergi.
Mampu mengetahui penyebab batuk dan pilek pada bayi, baik itu alergi atau virus, dapat membantu Mama agar dapat memberi penanganan yang tepat.
Tapi bagaimana Mama bisa membedakannya? Nah, Popmama.com sudah merangkum informasi tentang ciri batuk pilek pada bayi karena alergi pada ulasan berikut ini. Semoga bisa membantu, ya, Ma.
Ciri Batuk Pilek pada Bayi karena Alergi
Hidung berair dan batuk merupakan gejala yang dapat menandakan alergi dan flu biasa. Jadi, sebagai orangtua, bagaimana Mama dapat membedakan saat bayi menunjukkan gejala-gejala tersebut? Salah satu caranya adalah dengan melihat waktu dan frekuensi gejala yang dialami bayi.
Terdapat perbedaan utama dalam gejala batuk yang berkaitan dengan pilek dan batuk karena alergi.
Batuk yang disebabkan oleh alergi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Berlangsung selama berhari-hari hingga berbulan-bulan, selama alergen masih ada.
- Dapat terjadi kapan saja sepanjang tahun, tidak seperti pilek biasa yang sering terjadi ketika udara dingin.
- Menimbulkan gejala tiba-tiba yang dimulai segera setelah bayi terpapar alergen.
Meskipun batuk alergi juga dapat disertai dengan hidung meler, mata gatal dan berair, serta sakit tenggorokan, batuk ini tidak pernah disertai dengan demam dan nyeri tubuh.
Jika bayi batuk dan mengalami demam, kemungkinan besar batuk tersebut disebabkan oleh virus.
Batuk alergi juga dapat disertai dengan infeksi sinus dan telinga tengah. Ini tidak dianggap sebagai gejala, tetapi sebagai efek tidak langsung dari reaksi alergi. Akibat pembengkakan di saluran hidung, sinus menjadi sangat sensitif, sehingga meningkatkan risiko infeksi sinus, yang juga dikenal sebagai sinusitis.
Gejala infeksi sinus meliputi nyeri di sekitar sinus (yang memengaruhi dahi, bagian atas dan kedua sisi hidung, rahang atas dan gigi atas, tulang pipi, dan di antara mata), keluarnya cairan dari sinus, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan hidung tersumbat parah.
Pilek sangat umum terjadi pada bayi, sedangkan alergi musiman dan lingkungan yang disebabkan oleh alergen yang terhirup tidak umum terjadi. Pilek berlangsung selama satu atau dua minggu, dan kemudian bayi akan sehat untuk sementara waktu hingga pilek berikutnya menyerang.
Pilek yang merupakan gejala alergi cenderung berlangsung lebih lama. Kunci lainnya adalah ada atau tidaknya gejala tertentu lainnya. Misalnya, alergi tidak menyebabkan demam, tetapi demam terkadang menyertai pilek. Demikian pula, alergi tidak menyebabkan nyeri tubuh, meskipun pilek sering kali dapat membuat si Kecil merasa pegal-pegal di sekujur tubuh.
Bagaimana Mengatasi Alergi pada Bayi?
Pengobatan utama untuk alergi bayi adalah dengan menghilangkan paparan terhadap alergen. Misalnya, jika bulu kucing adalah penyebabnya, maka Mama harus menjauhkan bayi dari kucing. Jika susu adalah masalahnya, Mama perlu menyesuaikan pola makan Mama jika Mama menyusui atau pola makan bayi sesuai dengan itu.
Jika Mama menyusui, beberapa alergen dalam pola makan Mama mungkin sampai ke bayi melalui ASI. Namun, manfaat bagi sistem kekebalan bayi yang berasal dari menyusui (setidaknya selama enam bulan pertama) biasanya lebih besar daripada paparan tidak langsung terhadap kemungkinan alergen.
Obat-obatan yang mengandung antihistamin termasuk obat yang paling umum digunakan untuk mengobati alergi. Antihistamin membantu meminimalkan reaksi alergi. Namun, sebagian besar antihistamin tidak direkomendasikan untuk anak-anak di bawah usia 2 tahun. Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat apa pun untuk reaksi alergi bayi. Dan pastikan untuk membaca label peringatan pada obat apa pun. Krim hidrokortison (Cortizone) dapat membantu dalam mengobati reaksi pada kulit bayi. Namun sekali lagi, konsultasikan dengan dokter anak sebelum menggunakan obat baru pada bayi, bahkan obat yang dijual bebas.
Jika anafilaksis merupakan risiko akibat alergi makanan atau serangga yang parah, maka dokter harus meresepkan epinefrin darurat (EpiPen), yang dapat diberikan segera dengan suntikan ke kulit. Obat tersebut dapat mengendalikan gejala hingga bayi menerima perawatan medis darurat.
Kapan Harus Membawa Bayi ke Dokter?
Jika gejala yang sangat ringan datang dan pergi dengan cepat, perhatikan apa yang terjadi dan apa yang mungkin menyebabkannya. Apakah bayi mengunjungi taman atau rumah baru dengan hewan peliharaan? Apakah mereka baru saja mencoba makanan baru? Apakah Mama mengganti deterjen atau mulai menggunakan produk pembersih baru di rumah?
Gejala sementara dan ringan tidak memerlukan kunjungan dokter. Tapi Mama sebaiknya memberi tahu dokter pada pemeriksaan selanjutnya.
Namun, jika gejala tidak mereda dalam sehari atau memburuk, hubungi dokter anak dan jelaskan apa yang Mama amati. Saran yang sama berlaku untuk reaksi terhadap obat baru. Reaksi langsung, bahkan yang ringan, harus mendorong panggilan ke dokter anak. Jika tanda-tanda anafilaksis muncul, hubungi layanan darurat setempat dan tangani sebagai keadaan darurat medis. Jangan ragu, karena anafilaksis dapat mengancam jiwa.
Alergi bayi dapat diatasi, tetapi Mama mungkin perlu melakukan beberapa penyesuaian pada rutinitas harian. Alergi makanan dapat berarti mengubah pola makan setiap orang di rumah. Mama juga harus sangat waspada terhadap gejala-gejalanya, karena bayi atau siapa pun yang memiliki satu alergi lebih mungkin memiliki alergi tambahan.
Bekerjasamalah dengan dokter anak, ahli alergi, dan siapa pun yang merawat bayi, seperti pusat penitipan anak atau pengasuh bayi, untuk membantu mengatasi alergi bayi.
Itu penjelasan tentang ciri batuk pilek pada bayi karena alergi. Semoga informasi di atas bisa membantu Mama dalam mengatasi batuk dan pilek si Kecil, ya, Ma.
Baca juga:
- Berapa Lama Biasanya Batuk Pilek pada Bayi Sembuh?
- Penyebab dan Cara Mengatasi Batuk Basah pada Bayi
- Biang Keringat vs Alergi pada Bayi, Apa Bedanya?