TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Mengenal Silent Reflux pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Apakah silent reflux bisa membahayakan bayi?

Freepik

Refluks umumnya terjadi ketika isi lambung kembali masuk ke kerongkongan. Bayi dengan refluks yang khas akan memuntahkan ASI atau susu formula. Namun pada bayi dengan silent reflux, susu atau susu formula tetap berada di kerongkongan.

Salah satu alasan bayi rentan mengalami refluks adalah karena mereka dilahirkan dengan otot sfingter esofagus yang belum berkembang. Ini adalah otot yang bertanggung jawab untuk membuka dan menutup kerongkongan untuk memungkinkan lewatnya cairan.

Refluks lebih sering terjadi pada bayi yang lebih muda karena otot-otot ini matang seiring pertumbuhan bayi.

Bayi dengan kelainan neurologis, seperti celebral palsy, serta bayi prematur atau memiliki riwayat keluarga dengan refluks, mungkin berisiko lebih tinggi mengalami refluks. Memiliki hernia hiatus atau katup perut bagian atas yang lemah juga dapat meningkatkan risiko refluks.

Refluks umumnya hilang dengan sendirinya pada akhir tahun pertama, namun terkadang, intervensi medis diperlukan.

Bayi dengan silent reflux mungkin menunjukkan gejala penyakit gastroesophageal reflux (GERD) lainnya, seperti rewel atau kebiasaan makan yang buruk. Namun karena tidak muntah, gejalanya mungkin disalahartikan sebagai kolik. Sehingga pengobatan yang tepat pun terlewatkan.

Untuk mengetahui tentang silent reflux pada bayi dan cara mengatasinya, simak dulu penjelasan Popmama.com berikut ini, ya, Ma.

Gejala Silent Reflux pada Bayi

Pinterest/FirstCry India

Bayi dengan silent reflux mungkin tidak gumoh setelah disusui, sehingga lebih sulit diketahui jika ia mengalami silent reflux. Bayi dengan silent reflux juga sering mengalami kesulitan makan, yang dapat memperlambat penambahan berat badan. Sebagian bahkan mengalami penurunan berat badan. Dalam kasus yang ekstrem, kondisi ini dapat mengakibatkan kekurangan gizi.

Pertumbuhan yang tidak memadai atau ketidakmampuan untuk mempertahankan pertumbuhan selama masa kanak-kanak disebut sebagai kegagalan untuk berkembang (FTT) dan dapat terjadi akibat silent reflux.

Meskipun demikian, ada beberapa tanda yang harus Mama waspadai yang mungkin mengindikasikan bayi menderita silent reflux:

  • rewel,
  • kesulitan tidur,
  • tersedak,
  • hidung tersumbat,
  • melengkungkan punggung saat menyusui,
  • batuk kronis,
  • menolak untuk makan,
  • jeda saat bernapas (apnea),
  • mengi.
  • suara serak.

Cara Mengatasi Silent Reflux pada Bayi

Freepik

Jika Mama curiga bayi menderita silent reflux, penting untuk mendiskusikannya dengan dokter anak. Mereka akan dapat menentukan apakah gejala bayi dapat ditangani dengan perubahan di rumah atau apakah diperlukan intervensi medis.

Strategi berikut mungkin direkomendasikan untuk meringankan gejala pada bayi penderita silent reflux:

  • Memberikan makan dalam jumlah kecil namun lebih sering.

Memberi makan bayi dengan silent reflux bisa menjadi tantangan. Bayi yang mendapat ASI dan mengalami silent reflux mungkin mencoba meredakan rasa sakitnya dengan menyusui, yang dapat memperburuk masalah. Bayi yang diberi susu formula dapat menjalani waktu yang lebih lama di antara waktu menyusu. Namun, hal ini juga tidak ideal untuk bayi dengan silent reflux.

Usahakan untuk memberi makan bayi setiap dua hingga tiga jam saat terjaga. Ini mungkin berarti mengurangi takaran susu atau makanan bayi. Makan berlebihan dapat meningkatkan tekanan perut, yang memperburuk gejala silent reflux.

Selain itu, Mama juga bisa menggunakan botol susu dengan dot yang memiliki lubang kecil dan aliran lebih lambat. Carilah botol yang dirancang untuk mengurangi jumlah udara yang masuk ke bayi saat menyusu.

  • Menjaga bayi tetap tegak setelah disusui.

Menggendong bayi dalam posisi tegak selama menyusu dan selama 30 menit setelahnya dapat membantu mengurangi gejala reflux. Mendudukkan bayi untuk bermain atau tidur terlalu cepat setelah menyusu meningkatkan kemungkinan gumoh atau mulas.

Hindari meletakkan bayi di car seat atau kursi dan jangan biarkan bayi membungkuk, karena dapat menyebabkan kompresi perut. Posisi tegak dapat membantu mencegah rasa tidak nyaman dan gumoh.

  • Menyendawakan bayi

Jangan menunggu sampai selesai menyusui untuk membuat bayi bersendawa. Sebaliknya, Mama dapat membuat bayi bersendawa beberapa kali selama menyusui. Ini akan meminimalkan tekanan lambung dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.

  • Ubah makanan Mama

Jika Mama sedang menyusui, akan sangat membantu jika Mama mengetahui bahwa sejumlah kecil makanan yang Mama konsumsi masuk ke dalam ASI. Sama seperti makanan dan minuman tertentu yang dapat membuat Mama merasa tidak nyaman, hal yang sama juga berlaku untuk bayi yang sedang menyusui. Kafein, cokelat, dan bawang putih dapat memperburuk reflux. Bayi mungkin juga memiliki masalah dengan protein dalam produk susu, kedelai, dan telur.

Jika Mama melihat pola peningkatan kerewelan setelah mengonsumsi makanan tertentu, pertimbangkan untuk menghilangkan makanan tersebut dari diet Mama untuk melihat apakah gejalanya membaik. Ingatlah bahwa makanan tertentu, seperti produk susu, membutuhkan waktu hingga dua minggu untuk keluar dari sistem Mama.

Mama mungkin juga mempertimbangkan untuk mengubah kebiasaan menyusui. Beberapa orang memiliki refleks let-down yang kuat, yang dapat menyebabkan bayi muntah atau tersedak ketika ASI dikeluarkan terlalu cepat.

Demikian pula, pembengkakan payudara dapat menyulitkan bayi untuk menyusu, sehingga menyebabkan mereka menelan lebih banyak udara. Memompa sebentar sebelum menyusui dapat membantu dalam kedua kasus tersebut.

Apakah Silent Reflux Bisa Disembuhkan?

Freepik

Mayoritas bayi dengan refluks akan sembuh dari silent reflux pada usia 12 bulan. Namun pada beberapa kasus bisa bertahan hingga mendekati usia 18 bulan.

Selalu pastikan untuk mendiskusikan segala kekhawatiran dengan dokter anak. Kekhawatiran tentang kebiasaan makan atau pertumbuhan bayi mungkin memerlukan evaluasi lebih lanjut. Rujukan ke ahli gastroenterologi anak mungkin diperlukan jika gejala bayi tidak membaik di bawah bimbingan dokter anak.

Sekarang Mama sudah mengetahui tentang silent reflux pada bayi dan penanganannya. Semoga informasi di atas bisa membantu Mama dalam mengatasi silent reflux pada si Kecil.

Baca juga:

The Latest