Gray Baby Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Perawatannya
Penyakit ini disebabkan karena antibiotik kloramfenikol
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketika si Kecil sedang sakit, mungkin memberikan obat-obatan adalah cara yang pertama kali terpikir orangtua agar si Kecil bisa lekas sembuh. Tetapi memberikan obat-obatan untuk bayi tidak bisa sembarangan.
Pemberian obat untuk bayi di bawah pengawasan dokter saja masih berisiko menimbulkan efek samping. Apalagi jika diberikan secara sembarangan. Tak terkecuali antibiotik kloramfenikol (chloramphenicol) yang dapat menyebabkan penyakit gray baby syndrome.
Berikut ini Popmama.com merangkum informasi seputar gray baby syndrome yang penting mama ketahui, dilansir dari WebMD:
1. Apa itu gray baby syndrome?
Gray baby syndrome adalah suatu kondisi di mana bayi mengalami reaksi terhadap antibiotik kloramfenikol. Kondisi ini dapat mengancam jiwa dan lebih sering terjadi pada bayi prematur. Meskipun begitu tidak menutup kemungkinan gray baby syndrome dialami oleh anak sampai usia 2 tahun.
Hati bayi yang menderita gray baby syndrome tidak mampu memecah dan memproses obat.
2. Apa itu kloramfenikol?
Kloramfenikol adalah antibiotik yang diisolasi dari bakteri Streptomyces venezuelae. Antibiotik ini pertama kali ditemukan pada tahun 1947 dan merupakan antibiotik pertama yang digunakan dalam produksi skala besar.
Dalam penggunaannya selama bertahun-tahun, dokter dan ilmuwan menyadari bahwa kloramfenikol memiliki beberapa efek samping yang sangat serius. Tetapi kloramfenikol masih digunakan untuk banyak perawatan, termasuk meningitis pada orang yang alergi terhadap penisilin dan mengalami infeksi mata.
3. Gejala gray baby syndrome
Gray baby syndrome menyebabkan bayi mengalami penurunan tekanan darah secara tiba-tiba. Kulit dan kuku bayi penderita gray baby syndrome berubah menjadi warna keabu-abuan karena kekurangan oksigen, sementara bibirnya menjadi kebiru-biruan.
Gejala lain gray baby syndrome meliputi:
- Bayi rewel
- Muntah atau diare
- Tekanan atau distensi di perut
- Kehilangan selera makan
Jika bayi mengalami gejala-gejala ini setelah mengonsumsi kloramfenikol, segera bicarakan dengan profesional medis. Selain itu, yang perlu diketahui apabila ibu menyusui mengonsumsi obat yang mengandung kloramfenikol, maka kloramfenikol juga dapat masuk ke dalam sistem pencernaan bayinya.
4. Diagnosis gray baby syndrome
Umumnya diagnosis dapat dilakukan dengan cara meninjau kandungan obat yang dikonsumsi bayi atau pun sang Ibu yang menyusuinya. Tetapi jika penyebab gejala bayi mama tidak mudah diidentifikasi, tes tambahan perlu dilakukan untuk mengeleminasi kondisi serius lainnya, seperti:
- Sepsis neonatorum
- Trauma non-kecelakaan
- Volvulus usus tengah
- Penyakit jantung bawaan
- Masalah dengan metabolisme
Tes darah yang dilakukan pada bayi akan mencakup:
- Glukosa
- Hitung darah lengkap
- Panel metabolisme lengkap
- Analisis gas darah
- Amonia serum
- Asam laktat serum
Dokter mungkin juga akan melakukan rontgen dada dan perut, serta CT scan, ultrasound, dan elektrokardiogram.
5. Perawatan gray baby syndrome
Ketika gejala telah teridentifikasi lebih awal, dokter dapat melakukan serangkaian cara untuk pemulihan. Hemoperfusi arang dan transfusi tukar secara tradisional dilakukan untuk menyerap dan mengeluarkan kloramfenikol dari sistem tubuh bayi Anda. Selain itu, antibiotik lain diperlukan untuk membantu tubuh bayi melawan infeksi.
Karena penurunan aliran darah dapat menurunkan suhu bayi tubuh bayi, bayi mungkin memerlukan selimut penghangat atau lampu penghangat. Bantuan oksigen diberikan sehingga bayi tidak perlu bekerja keras untuk mengoksidasi darah mereka melalui pernapasan. Jika diperlukan, bayi juga akan diintubasi.
Dengan menstabilkan sistem bayi secepat mungkin menggunakan teknik-teknik ini, perluasan kerusakan pada tubuh bayi dapat dicegah.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
- Hati-Hati Tubuh Bisa Mengalami Resistensi Antibiotik
- Perlukah Anak Diberi Antibiotik saat Demam
- Demi Kesehatan Anak dan Keluarga, Penggunaan Antibiotik Harus Bijak