Alergi Protein Hewani: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Alergi protein hewani bisa hilang seiring bertambahnya usia anak
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Protein merupakan senyawa organik berupa asam amino yang diperlukan untuk membangun organ-organ tubuh. Senyawa ini sangat dibutuhkan tubuh, terutama bayi dan anak-anak dalam masa pertumbuhan. Namun, sebagian bayi mengalami masalah dalam mencerna protein, khususnya protein hewani, sehingga menimbulkan intoleransi atau pun alergi.
Protein hewani yang kerapkali menyebabkan reaksi alergi pada bayi, mayoritas disebabkan oleh susu sapi dan produk-produk olahannya. Lalu, apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasi alergi protein hewani pada bayi? Berikut Popmama.com merangkum informasinya, dilansir dari thebump.com:
Apa Itu Alergi Protein Hewani?
Alergi protein hewani atau intoleransi protein susu adalah kondisi di mana pencernaan bayi sensitif terhadap protein hewani yang terkandung di dalam susu dan produk olahan turunannya. Akibatnya adalah cedera usus yang menyebabkan berbagai gejala, mulai diare sampai tinja yang berdarah.
Alergi protein hewani banyak dialami bayi di bawah usia tiga tahun.
Apa Penyebab Alergi Protein Hewani?
Hingga kini dokter masih belum menemukan penyebab pasti mengapa seorang bayi bisa memiliki alergi protein hewani. Faktanya, alergi ini menunjukkan reaksi terhadap susu. Tidak ada bukti bahwa intoleransi protein hewani ini diwariskan dan tidak ada bukti pula bahwa pengenalan susu dini atau pun terlambat menyebabkan masalah ini.
Gejala Bayi Mengalami Alergi Protein Hewani?
Alergi protein hewani pada bayi biasanya muncul dengan gejala, antara lain:
- Muntah,
- rewel,
- menangis setelah diberi minum,
- konstipasi,
- diare.
Pada beberapa kasus, terdapat darah pada tinja. Darah pada tinja ini mungkin tak nampak jelas, tetapi bisa berujung pada anemia yang diderita bayi.
Apakah Bayi yang Mengalami Alergi Protein Hewani Aman Mengonsumsi ASI?
Bayi dengan intoleransi protein hewani ini umumnya tidak mengalami masalah dengan ASI yang diminumnya. Tetapi masalah muncul apabila sang Mama mengonsumsi protein hewani, yang dapat mengalir melalui ASI-nya.
Meskipun begitu, alergi terhadap protein hewani dapat menghilang seiring bertambahnya usia anak. Oleh karenanya, pemberian protein hewani dapat tetap dilakukan secara bertahap untuk membiasakan pencernaan dalam menerimanya.
Cara Mengatasi Alergi Protein Hewani pada Bayi?
Apabila Mama menyusui bayi secara eksklusif, sebaiknya Mama menghindari mengonsumsi semua produk susu dan olahannya sampai bayi disapih. Jika bayi mengonsumsi susu formula, pastikan agar susu formulanya tidak mengandung protein hewani sama sekali. Biasanya dokter menganjurkan mengganti susu formula dari sapi dengan yang berbahan dasar kedelai atau susu soya.
Selain memerhatikan apa yang Mama makan atau susu formula yang diberikan, penting diingat agar tidak memberikan olahan susu sapi dalam bentuk apapun pada bayi. Entah itu keju, butter, atau pun es krim, sampai anak menjadi toleran terhadap protein hewani. Selain itu, sebaiknya Mama menghindari memberikan telur yang juga dapat berpotensi menimbulkan reaksi alergi.
Konsultasikan pemberian susu formula pengganti dan bahan-bahan untuk MPASI-nya dengan dokter anak agar mendapatkan alternatif yang tetap dapat memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya.
Itulah penyebab, gejala, dan cara mengatasi alergi protein hewani pada bayi. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ma.
Baca juga:
- Bagaimana ASI Membuat Pencernaan Bayi Sehat dan Tahan Serangan Alergi?
- Benarkah Bayi Bisa Alergi ASI? Mama Wajib Tahu Penyebabnya!
- Walau Jarang, Mama Perlu Tahu tentang Alergi Rhinitis pada Bayi