Ketahui Sejak Dini! Penyebab dan Pencegahan Penyakit Polio
Kenali penyakit polio sebelum terlambat, ya, Ma!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Poliomyelitis atau polio merupakan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak-anak. Untuk itu, orangtua harus bisa mencegah kelumpuhan ini dengan pemberian vaksin sejak dini.
WHO sudah menetapkan kalau tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Polio Sedunia. Hal ini bermaksud agar lebih banyak lagi orang yang sadar akan pentingnya generasi muda Indonesia yang bebas dari penyakit polio.
Banyak orang juga kurang menyadari jika polio tersebar melalui virus yang bisa saja ada di sekeliling si Kecil.
Untuk semakin waspada terhadap penyakit ini, berikut penjelasan dari Popmama.com yang perlu Mama ketahui.
1. Penyebab polio
Berbicara mengenai penyakit polio, perlu Mama ketahui kalau penderita polio itu dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
- Polio non-paralisis. Tipe polio ini tergolong ringan, sehingga tidak menyebabkan kelumpuhan. Umumnya polio non-paralisis berlangsung antara satu hingga sepuluh hari ke depan.
- Polio paralisis. Tipe polio ini bisa dibilang yang paling parah karena menyebabkan kelumpuhan. Gejala awalnya seperti sakit kepala dan demam dalam kurun waktu 7 hari sama seperti polio non-paralisis. Banyak orang yang takut dengan tipe polio ini karena dapat terjadi kelainan bentuk kaki dan pinggul bahkan kelumpuhan hingga tahap permanen.
- Sindrom pasca polio. Tipe polio ini biasanya akan menimpa seseorang yang rata-rata 30 hingga 40 tahun sebelumnya pernah mengalami penyakit polio.
Virus polio biasanya akan masuk melalui makanan atau minuman bisa menyebabkan terjadinya penyakit polio apalagi kalau virus sudah terkontaminasi dengan tinja.
Si Kecil yang terkena virus polio biasanya akan menjangkiti tenggorokan dan usus. Selain melalui kotoran, virus polio juga bisa menyebar melalui cairan yang keluar dari bersin atau batuk. Di beberapa kondisi, virus polio juga bisa menyebar lewat aliran darah dan menyerang sistem saraf.
Anak-anak yang sedang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah akan rentan terkena virus polio. Bahkan jika tidak diberikan imunisasi atau pemberian vaksin polio secara tepat akan memungkinkan terserang polio.
Jika anak mama belum pernah melakukan vaksinasi itu berarti tingkat risiko terkena polio akan semakin tinggi. Belum lagi jika didukung dengan beberapa situasi, seperti:
- Tinggal atau berada serumah dengan penderita polio,
- memiliki sistem kekebalan tubuh yang sedang menurun,
- mengunjungi daerah yang mayoritas masyarakatnya terkena polio.
2. Diagnosis dan komplikasi yang terjadi akibat polio
Dalam mendiagnosis si Kecil terkena polio atau tidak, perlu sekali melakukan pemeriksaan secara fisik. Selain itu, pemeriksaan juga bisa dilakukan melalui sampel cairan tinja, serebrospinal atau lendir. Semua sampel ini berguna dalam memastikan hasil diagnosis agar semakin akurat.
Penyakit polio yang terjadi pada tubuh bisa mengalami komplikasi dan lebih berdampak buruk. Komplikasi yang terjadi akibat polio ini bisa mengakibatkan beberapa hal antara lain:
- Terkena sindrom post polio,
- kelainan bentuk pada kaki dan area pinggul,
- kecacatan anggota tubuh yang terkena lumpuh layu secara mendadak,
- mengalami kelumpuhan sementara hingga permanen akibat terjadinya polio paralisis,
- terjadi gangguan menelan, ini terjadi karena kelumpuhan pada daerah mulut hingga bagian kerongkongan.
Memang belum ada pengobatan yang pasti saat virus polio sudah menyebar ke dalam tubuh. Walau tidak bisa langsung menyembuhkan polio, Mama perlu mengetahui kalau ada perawatan pendukung untuk mencegah terjadinya komplikasi, seperti:
- Berusaha cukup istirahat,
- meminum obat pereda nyeri,
- pola makan yang mengandung nutrisi sesuai keperluan tubuh,
- rutin melakukan terapi fisik agar kinerja fungsi otot dapat bekerja seperti biasa.
Sebelum polio si Kecil bertambah memburuk ada baiknya dicegah sedini mungkin, ya, Ma.
3. Pencegahan Polio
Dalam pencegahan penyakit polio, anak-anak harus divaksin polio. Mengutip IDAI, vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia 2, 3, 4 bulan sesuai program pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan dan 6-8 tahun.
Apabila imunisasi polio terlambat diberikan, jangan mengulang pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal, tidak peduli berapa pun interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.
Usai divaksin polio, walaupun sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang dapat terjadi mencret ringan, tanpa panas pada si Kecil.
Selain itu, ada juga yang mengalami alergi setelah penyuntikan. Biasanya reaksi alergi yang terjadi seperti pusing, lemas, sulit bernapas, wajah terlihat pucat, serak hingga detak jantung berdebar kencang. Reaksi alergi ini akan muncul dengan durasi menit hingga beberapa jam.
Jika si Kecil mengalami tanda-tanda alergi setelah penyuntikan, ada baiknya untuk segera menemui dokter.
Baca juga:
- Fimosis pada Bayi, Ini Gejala dan Cara Mengatasinya
- Waspadai Mata Juling pada Bayi, Kenali Penyebab dan Gejalanya
- Bayi Menunjukkan Gejala Sakit Kepala? Lakukan 6 Hal Ini!