5 Fakta Penting tentang Penyakit Celiac pada Anak
Celiac disease atau penyakit celiac mengganggu tumbuh kembang anak seumur hidup, lho!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Orangtua pasti mau anaknya tumbuh cerdas dan sehat, namun beberapa anak kerap mengalami masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak adalah celiac disease atau penyakit celiac. Apa sih penyakit celiac ini?
Menurut Celiac Disease Foundation (CDF), ini adalah penyakit autoimun kronis, dengan kata lain ini tidak bisa disembuhkan.
Menurut American Academy of Pediatrics, penyakit ini memengaruhi usus halus. Ketika penderita celiac mengonsumsi gluten (protein yang biasanya ditemukan di serealia), maka tubuhnya akan menghancurkan bagian di dalam usus halus yang bernama villi.
Villi bertugas untuk menyerap nutrisi dari makanan yang dikonsumsi anak. Jika villi hancur, maka tidak bisa menyerap nutrisi dengan baik, yang sangat memengaruhi kesehatan juga tumbuh kembang anak. Namun jika anak berhenti mengonsumsi gluten, maka villi akan kembali sehat dan bisa menyerap nutrisi dengan normal.
Mama mau tahu info lebih lengkap mengenai penyakit celiac? Yuk, simak beberapa informasi penting di bawah ini, Ma.
1. Bisa terjadi di usia berapa saja
Walau lebih sering terjadi pada anak, namun penyakit celiac ini bisa baru terjadi di usia berapa saja. Penyakit ini bisa berkembang di usia berapa pun, setelah orang itu mulai mengonsumsi makanan atau obat yang mengandung gluten.
Fakta lainnya adalah, semakin lanjut usia seseorang saat didiagnosa celiac, maka semakin besar juga kemungkinan ia mengalami penyakit autoimun lainnya. Maka jika Mama curiga si Kecil alergi gluten, segera konsultasikan ke dokter anak ya, Ma. Dokter kemudian akan mendiagnosa dengan cara tes darah dan endoskopi.
2. Faktor risiko genetik
Menurut AAP, sekitar 35 sampai 40 persen manusia membawa salah satu atau kedua gen tinggi risiko celiac. Gen itu disebut HLA-DQ2 dan DQ8. Beberapa anak dengan kondisi kesehatan atau sindrom tertentu, berisiko lebih tinggi mengalami penyakit celiac. Di bawah ini beberapa hal yang meningkatkan risiko tersebut:
- Keturunan langsung dari orang yang mengalami penyakit celiac,
- down syndrome,
- diabetes tipe 1,
- defisiensi IgA,
- sindrom Turner,
- sindrome Williams,
- autoimun thyroiditis.
Menurut CDF, sekitar 1 dari 100 orang di dunia mengalami penyakit celiac. Dan anak yang keturunan langsung dari penderita penyakit celiac, mendapatkan 1 dari 10 kesempatan mengalami penyakit celiac juga.
3. Gejala
Gejala penyakit celiac sangat luas, namun menurut AAP, beberapa gejala umum pada penderita yang masih sangat kecil adalah:
- Pertumbuhannya tidak optimal (dimulai sejak anak mulai MPASI dan mengonsumsi gluten),
- diare,
- perut kembung.
Sedangkan gejala pada anak yang lebih besar dan remaja adalah:
- Sakit perut,
- muntah,
- konstipasi,
- tubuh pendek,
- pertumbuhan tubuh lamban saat masa puber,
- ruam kulit,
- anemia kekurangan zat besi.
4. Berbeda dengan alergi gluten
Penyakit celiac memang terjadi ketika anak mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, namun ternyata ini tetap berbeda dengan alergi gluten lho, Ma. Menurut AAP, ada dua masalah kesehatan yang terkait gluten: alergi gandum dan sensitivitas gluten non-celiac.
Alergi gandum adalah reaksi alergi pada protein di gandum (IgE-mediated). Ini bisa membuat anak mengalami gejala gastrointestinal dan gejala-gajala lainnya yang sering terjadi pada penyakit celiac.
Sensitivas gluten non-celiac tidak bisa didefinisikan dengan pasti, dan beberapa dokter yakin ini hanya bisa disebabkan oleh intoleransi gandum dan bukan karena biji-bijian yang mengandung gluten.
5. Berkenaan dengan penyakit lain
Menurut CDF, penderita penyakit celiac harus didiagnosa secara menyeluruh dan menjaga tubuh agar tidak terkena penyakit lain. Kenapa? Karena penderita celiac rentan terkena beberapa penyakit lain, seperti:
- Kanker usus,
- diabetes tipe 1,
- penyakit tiroid,
- mutiple sclerosis,
- infertilitas,
- keguguran,
- epilepsi,
- anemia defisiensi besi,
- osteoporosis dini atau osteoponia,
- intoleransi laktosa,
- defisiensi mineral dan vitamin,
- penyakit sistem saraf pusat,
- masalah pankreas,
- kanker intestinal limfoma,
- gal bladder malfunction,
- manisfestasi masalah saraf: epilepsi, dementia, migren, neuropathy, myopathy, dll.
Masih banyak lagi penyakit yang bisa dipicu oleh celiac. CDF mengatakan ada sekitar 300 sindrom yang berkenaan dengan penyakit celiac. CDF juga menyampaikan bahwa sekitar 20 persen penderita celiac tergolong asymptomatic, yang artinya mereka tidak mengalami gejala-gejala eksternal sama sekali. Walau begitu, semua dengan penyakit celiac tetap berisiko mengalami komplikasi jangka panjang.
Semoga Mama dan si Kecil sehat selalu dan tidak mengalami masalah kesehatan seperti ini, ya.