Yuk Berkenalan dengan Paralel Parenting Pola Asuh Pasca Penceraian
Cara pengasuhan yang dapat kamu terapkan usai penceraian konflik tinggi
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Membangun sebuah keluarga tidaklah mudah. Ada banyak persoalan dan permasalahan di dalamnya. Tidak jarang hal ini dapat berujung pada penceraian.
Ketika Mama dan Papa memutuskan untuk berpisah, sebenarnya anak-anaklah yang menerima dampa terbesarnya. Anak-anak akan merasa takut kehilangan, panik, bahkan bimbang ketika menemukan kedua orang tuanya berkelahi.
Mereka juga masih belum memahami apa yang terjadi. Mengapa Papa dan Mama tidak berada di rumah lagi?
Anak-anak juga akan merasa bimbang ketika diminta memilih mengikuti salah satu orang tua saja. Untuk mengatasi hal tersebut, orangtua dapat tetap mengasuhnya bersama.
Beberapa orang tua mungkin masih bisa saling memaafkan dan memutuskan untuk mengasuh si Kecil bersama.
Namun ada juga mereka yang bercerai karena konflik tinggi dan tidak dapat bertemu satu dengan yang lain. Lalu apakah bisa orang tua tersebut tetap mengasuh anak-anaknya bersama?
Tentunya Papa dan Mama bisa. Salah satunya dengan menerapkan paralel parenting dalam mengasuh anak. Popmama.com akan membahas lengkap seputar pola asuh paralel ini, mulai dari pengertian sampai tips menerapkannya. Yuk simak selengkapnya!
1. Apa itu paralel-parenting?
Apa itu paralel parenting? Pola asuh parelel atau paralel parenting merupakan pola mengasuh anak situasi yang kedua orang tua yang bermusuhan. Pola pengasuhan ini dilakukan dengan meminimalisir kontak antara kamu dan mantan pasanganmu.
Contohnya seperti Papa yang mengantar dan menjemput anak, dan Mama tidak boleh ikut menjemputnya. Sedang Mama bertugas mendampingi anak di rumah, lalu Papa tidak tidka boleh hadir ketika anak berada di rumah.
Dengan minimnya kemungkinan bertemu dan berinteraksi, kalian berdua tentu dapat meminimalisir pertengkaran dan perkelahian di hadapan si Kecil. Pendekatan ini juga memungkinkan kedua orang tua untuk mendidik anak dengan cara mereka sendiri.
Pola asuh ini biasanya ditujukan untuk orang tua yang bercerai akibat konflik tinggi, kasus yang tidak memungkinkan keduanya kembali bertemu, ataupun gangguan kesehatan mental seperti narsisme atau kepribadian ambang, yaitu memiliki emosi yang labil. Dimana kedua orang tua sama-sama menolak bersikap ramah dan kooperatif.
2. Cara menerapkan paralel parenting
Ada beberapa cara untuk menerapkan paralel parenting, intinya tidak membiarkan keduanya bertemu. Mama dan Papa dapat meminta bantuan dari pihak ketiga yang netral ataupun juga membuat aturan resmi dalam pengasuhan anak.
Pola asuh paralel juga sebisa mungkin dilakukan dengan fleksibel. Namun dalam menjalankannya, upayakan selalu aturan yang jelas dan presisi untuk menghindari pertemuan ataupun komunikasi kedua orang tua dengan cara apapun.
Melansir dari healthline.com, terdapat beberapa tips dalam menerapkan paralel parenting ini. Seperti:
Langkah 1 : Menentukan bagaimana kalian akan membagi waktu bersama si Kecil
Ini dapat dilakukan dengan membagi waktu untuk bertemu dengan si Kecil semisal pada hari-hari tertentu anak akan menghabiskan waktu bersama Mama, dan hari-hari lainnya bersama Papa. Ini juga berlaku ketika mereka berlibur, pergi wisata, ataupun di hari ulang tahun mereka. .
Langkah 2 : Menentikan waktu bertemu dan berakhir untuk setiap pertemuan
Dalam pengasuhan paralel, setiap pertemuan dengan anak perlu diatur dengan jelas, mulai dari lokasi pertemuan sampai lokasi drop off untuk menghindari kesalahpahaman. Contohnya Mama mungkin memiliki waktu bersama si Kecil mulai dari hari jumat sepulang sekolah, dan berakhir di hari minggu jam 7 malam. Sedangkan Papa menghabiskan waktu bersama si Kecil dari hari minggu jam 7 malam sampai hari jumat pagi.
Langkah 3 : Tentukan lokasi jemput dan pulang dengan jelas
Tujuan dari paralel parenting ialah meminimalisir komunikasi kedua orang tua. Maka tentukan lokasi jemput dan pulang senetral mungkin. Seperti lokasi parkir di dekat kedua rumah, sehingga anak dapat berpindah dari saru mobil ke mobil lainnya.
Langkah 4: Diskusikan bagaimana kamu akan menangani waktu berhalangan
Halangan dari kegiatan dan jadwal yang telah ditetapkan mungkin saja terjadi karena kesibukan kalian. Maka tentukan dengan jelas jika seandainya ada halangan, komunikasikan dengan baik. Entah itu kamu memiliki waktu pengganti bersama si Kecil, atau tidak ada sama sekali.
Langkah 5: Buatlah rencana untuk mengatasi perselisihan
Tidak ada rencara yang sempurna. Ketika pengasuhan paralel bekerja dengan baik, perselisihan akan minim terjadi, namun itu tidak menjamin perselisihan tidak benar-benar terjadi
Jika kamu melihat ada masalah, mintalah pengadilan untuk menunjuk seorang mediator (kadang-kadang disebut sebagai koordinator pengasuhan anak). Daripada kembali meributkannya, kamu dan mantan pasanganmu dapat menjadwalkan pertemuan dengan mediator untuk menyelesaikan masalah.
3. Perbedaan paralel parenting dengan co-parenting
Melihat sekilas, paralel parenting memang memiliki banyak kemiripan dengan co-parenting. Namun sebenarnya mereka sangat berbeda.
Dalam kasus co-parenting, kedua orang tua masih cukup bersahabat. Mereka dapat kembali menjalan kerjasama untuk mengasuh dan membesarkan anak bersama-sama dalam lingkungan yang bersahabat.
Keduanya mungkin masih menyimpan rasa benci, tetapi mereka mengesampingkan hal tersebut agar dapat berada dalam satu ruangan membesarkan si Kecil tanpa bertengkar. Mama dan Papa dapat menghadiri kegiatan anak bersama, beraktivitas bersama, bahkan mengadakan acara untuk anak bersama-sama.
Sedangkan dalam paralel parenting semuanya terpisah. Kedua orang tuda tidak dapat lagi menghadiri kegiatan bersama, entah itu kegiatan sekolah, pergi ke dokter, ataupun perayaan ulang tahun anak.
Kedua orang tua membatasi komunikasi seminumum mungkin dan seperlunya saja. Pola asuh paralel ini merupakan pilihan terbaik bagi kamu yang keluar dari hubungan dengan narsisis atau pasangan yang kasar secara emosional. Pengasuhan paralel kemungkinan merupakan pilihan yang jauh lebih sehat daripada pengasuhan bersama.
4. Manfaat paralel parenting bagi anak
Beberapa orang menilai pola pengasuhan paralel ini merugikan anak. Khusunya karena mereka tidak dapat mehilat hubungan baik di antara kedua orang tuanya. Namun ternyata cara parenting ini dapat melindungi anak dari konflik kedua orang tua dihadapannya yang tentu dapat melukainya.
Inilah manfaat dari pola asuh paralel parenting:
1. Memelihara hubungan baik antara anak dan orang tua
Pola asuh paralel memungkinkan kedua orang tua memiliki hubungan baik dengan anak di luar jangkauan masing-masing. Ini membuat anak tidak kehilangan peran penting dari seorang Papa dan Mama dalam hidup mereka. Kedua orang tua juga masih mengambil peran dalam pengambilan keputusan anak sehari-hari.
2. Melindungi anak dari konflik
Dalam paralel parenting, anak-anak lebih sedikit mengalami dan melihat konflik yang terjadi di antara kedua orang tua pasca bercerai. Ini merupakan hal yang baik, sebab terlalu sering melihat hal tersebut dapat membuat anak menyalahkan diri sendiri atau bahkan takut.
3. Mengurangi stres
Bukan hanya kesehatan mental anak yang penting, kesehatanmu juga tidak kalah pentingnya. Melihat ataupun bertemu dengan pasangan dapat menumbuhkan rasa stres, amarah, rasa bersalah, bahkan kegelisahan. Dengan parelel parenting, kamu dapat meminimalisir emosi-emosi negatif tersebut terjadi karena komunikasi dengan mantan pasangan juga terbatas.
5. Kekurangan paralel-parenting
Bukan hanya sisi positif, pola asuh paralel juga memiliki sisi negatif yang perlu kamu pertimbangkan baik-baik. Berikut inilah kekurangan dari paralel parenting sebagaimana yang dilansir dari parenting.firstcry.com.
1. Perbedaan pola asuh kedua orangtua
Satu hal yang menjadik kekurangan pola asuh ini ialah kedua orang tua memiliki cara asuhnya sendiri tanpa membicarakannya satu sama lain. Hal ini dapat membuat anak menjadi binggung.
Contohnya satu orang tua mengijinkan mereka tidur hingga jam 10 malam, sedangkan yang lainnya hanya mengijinkan mereka tidur jam 8 malam. Ini dapat menciptakan ketegangan antara gaya pengasuhan keduanya, dan frustrasi bagi anak.
2. Orangtua saling berkompetisi menghabiskan waktu dengan anak
Kedua orangtua yang kondisinya tidak bersahabat satu dengan yang lain dapat berkompetisi untuk menghabiskan waktu bersama anaknya, dan berakhir mementingkan kuantitas daripada kualitas. Ini seringsekali membuat keduanya hanya memperebutkan waktu bersama si Kecil, tanpa mengerti dan mamahami apa yang anak rasakan.
Meskipun baik untuk dilakukan, terkhusus bagi orang tua yang bercerai karena krisis tinggi, ada baiknya kamu mendiskusikan pola asuh paralel ini dengan keluarga, dokter, psikolog, dan pihak lainnya yang dapat membantumu.
Itulah yang perlu diketahui tentang pararel parenting pasca perceraian kedua orangtua demi kebaikan anak.
Baca juga:
- Dikabarkan akan Bercerai, Nathalie Holscher Tak Menghapus Foto Ferdy
- Cara Menjelaskan Perceraian Orangtua pada Anak
- Pertimbangkan Baik-Baik, Begini 7 Efek Perceraian Orangtua bagi Anak