TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Yuk, Ketahui Bagaimana Cara Bertani Garam

Air laut yang menguap dapat menghasilkan kristal-kristal garam

Pexels/Quang Nguyen Vinh

Garam merupakan salah satu bumbu masakan yang sering dijumpai di dapur rumah. Garam biasanya dibuat dari air laut yang diolah dengan panas matahari untuk menjadi kristal.

Garam yang bisa digunakan memasak biasa disebut dengan nama garam masak dan memiliki beberapa jenis berbeda. Salah satunya yakni garam laut.

Proses pembuatan garam, terutama garam dari air laut hanya dapat dilakukan di wilayah pantai atau yang berdekat dengan laut.

Lantas tahukah Mama atau anak mama bagaimana cara garam dibuat? Nah, untuk menambah wawasan, berikut Popmam.com telah merangkum materi mengenai cara bertani garam. Disimak, yuk!

1. Pengertian garam laut

Pexels/Lorena Martínez

Garam laut adalah garam yang dipanen dari air laut yang menguap, oleh karena itu rasanya sedikit lebih asin. Jenis garam ini hampir mirip seperti garam meja yang juga mempunyai kandungan sedikit mineral.

Walau begitu, jenis garam ini memiliki banyak kandungan klorida yang alami. Selain itu, garam laut juga meandungan kalium, zat besi, dan seng.

Garam laut yang murni dibuat di laut dapat dengan mudah tercemar bahan logam seperti timbal akibat pencemaran laut. Namun Mama tidak perlu khawatir karena beberapa peneliti meyakini bahwa dampak buruk bagi kesehatan dari pengonsumsian garam laut masih berada di taraf rendah.

2. Proses bertani garam laut

Pexels/Guduru Ajay bhargav

Garam laut diproduksi di pinggir laut oleh para pertani garam. Petani garam membuat ladang garam dengan bentuk tambak-tambak untuk menampung air laut.

Tanah dalam petak-petak tambak ini lantas perlu dipadatkan terlebih dahulu. Setelah tambak garam dibuat, kemudian diisi air laut dengan kedalaman tertentu. Air laut yang dijemur dan terkena sinar matahari ini akan menguap dan meninggalkan kristal-kristal yang menjadi garam.

Agar mendapatkan lapisan garam yang tebal, maka setiap hari jumlah air laut perlu ditambah. Hal ini bertujuan untuk menggantikan air laut yang menguap.

Dalam kurun waktu sekitar 210 hari atau seusai musim kemarau berakhir, lapisan garam di dasar tambak harus segera dipanen. Setelah dipanen, garam pun bisa dijual ke pabrik untuk ditambahkan zat iodium dan dikirim ke daerah-daerah.

3. Perubahan wujud yang terjadi saat bertani garam

Pexels/Quang Nguyen Vinh

Pada proses pembuatan garam akan terjadi proses evaporasi (penguapan). Evaporasi adalah perubahan bentuk benda dari cair menjadi gas. Garam mengalami proses menguapnya air laut yang terkena sinar matahari menjadi gas.

Proses ini dilakukan dengan memanfaatkan evaporasi (penguapan) untuk memisahkan garam dari air laut.

4. Faktor yang memengaruhi proses bertani garam

Pexels/Quang Nguyen Vinh

Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi para petani dalam bertani garam di wilayah laut. Proses bertani garam dapat mengalami kendala apabila terjadi perubahan komponen dan kondisi lingkungan sekitar. Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi proses bertani garam:

1. Cuaca

Saat bertani garam, cuaca menjadi hal penting yang menjadi penentu garam berhasil dipanen atau tidak. Cuaca berangin bisa mempercepat penguapan air laut. Hal ini juga diimbangi dengan faktor lain, yakni suhu udara. Apabila suhu udara panas dan udara bertiup kencang, maka air laut akan dapat cepat menguap.

Sementara itu, apabila cuaca berubah menjadi hujan dengan intesitas tinggi, maka akan berdampak pada penurunan tingkat produktivitas pembuatan garam.

Lamanya musim kemarau juga dapat berpengaruh pada jangka waktu yang dibutuhkan untuk membuat garam. Apabila kemarau terjadi dalam jangka waktu yang panjang, maka produktivitas pembuatan garam akan semakin meningkat.

2. Air Laut

Proses bertani garam bergantung pada kualitas air laut yang digunakan. Di Indonesia sendiri, tak semua air pantai dapat diolah menjadi garam.

Tingkat keasaman air laut perlu diperhatikan. Jika daerah tempat bertani garam berdekatan dengan hilir sungai, kemungkinan besar air laut telah tercampur dengan air tawar.

3. Kondisi Air

Garam bisa berubah menjadi kristal dalam konsentrasi air sekitar 25 – 19 derajat Be (Baume).

Jika konsentrasi air tua berada di bawah 25° Be, maka kalsium sulfat akan banyak mengendap. Sementara apabila konsentrasi air tua lebih dari 29° Be maka magnesium akan banyak mengendap.

4. Tanah

Sifat porositas (daya serap tanah) sangat berpengaruh dalam proses pembuatan garam. Apabila kecepatan perembesan air dalam tanah lebih cepat dari proses penguatan, maka garam yang dihasilkan tidak akan terlalu banyak.

Itulah tadi informasi yang berisi cara bertani garam. Semoga informasi kali ini dapat bermanfaat bagi Mama dan anak mama. 

Baca juga:

The Latest