10 Ciri Khas Rumah Adat Aceh, Kaya akan Filosofi
Rumoh Aceh menyimpan banyak keunikan dan nilai-nilai filosofis
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Rumah adat Aceh yang dikenal dengan Rumoh Aceh adalah salah satu warisan budaya yang penuh dengan makna mendalam dan filosofi kehidupan.
Tidak hanya indah secara arsitektur, rumah ini juga mengandung banyak simbol yang mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Aceh.
Dibangun dengan kearifan untuk menghadapi tantangan lingkungan, rumah panggung khas Aceh ini menjadi cerminan kehidupan sosial, religius, dan budaya yang sangat berharga.
Mari telusuri faktarumah adat Aceh yang sudah dirangkum oleh Popmama.com berikut ini!
Kumpulan Fakta Rumah Adat Aceh
1. Rumah panggung untuk perlindungan dari alam
Rumah adat Aceh berbentuk panggung, dengan ketinggian sekitar 2 hingga 3 meter dari permukaan tanah. Desain ini dibuat untuk melindungi rumah dari ancaman banjir dan serangan hewan liar.
Selain itu, rumah panggung ini juga berfungsi menjaga rumah tetap sejuk karena aliran udara yang lebih lancar. Letak rumah yang lebih tinggi dari tanah juga memberikan rasa aman dari cuaca ekstrem.
2. Tiga ruangan utama dengan fungsi yang berbeda
Rumoh Aceh terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu serambi depan (Seramoe Keue), serambi tengah (Seramoe Teungoh), dan serambi belakang (Seramoe Likot). Setiap bagian memiliki fungsi yang spesifik.
Serambi depan biasanya digunakan untuk menerima tamu, serambi tengah merupakan ruang keluarga, sementara serambi belakang sering dijadikan tempat pribadi untuk anggota keluarga.
Pembagian ini juga menggambarkan hierarki dan etika sosial dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh.
3. Atap tinggi yang mencirikan ketangguhan bangunan
Salah satu ciri khas dari Rumoh Aceh adalah atapnya yang tinggi dengan kemiringan curam. Atap ini dibuat dengan sudut yang tajam untuk memastikan air hujan cepat mengalir dan tidak menggenang di atas rumah.
Bahan yang digunakan untuk atap biasanya berasal dari daun rumbia atau ijuk, yang memberikan isolasi alami terhadap panas. Desain ini sangat cocok dengan iklim tropis dan curah hujan yang tinggi di Aceh.
4. Jumlah anak tangga selalu ganjil
Hal menarik lainnya dari Rumoh Aceh adalah tangga yang selalu memiliki jumlah anak tangga ganjil seperti 7 atau 9 anak tangga. Dalam budaya Aceh, angka ganjil dianggap membawa keberuntungan.
Jumlah anak tangga ini juga mencerminkan keseimbangan antara dunia fisik dan spiritual yang dijunjung oleh masyarakat Aceh.
5. Material dari alam yang ramah lingkungan
Bahan utama untuk membangun Rumoh Aceh adalah kayu, biasanya dari pohon yang tumbuh di sekitar daerah setempat. Kayu dipilih karena sifatnya yang kuat dan tahan lama.
Meskipun menggunakan bahan-bahan alami, bangunan ini terbukti kokoh dan dapat bertahan hingga dua abad lamanya. Salah satu keistimewaan Rumoh Aceh adalah desainnya yang tahan gempa. Kelebihan ini dicapai karena rumah ini tidak mengandalkan paku untuk menyambung antar bagian, melainkan menggunakan tali, sehingga bangunan menjadi lebih fleksibel terhadap guncangan.
Berikut adalah beberapa material yang digunakan dalam pembangunan Rumoh Aceh:
a. Pohon Enau
Pohon enau merupakan salah satu bahan utama yang digunakan pada konstruksi Rumoh Aceh.
Kayu dari pohon ini sering dimanfaatkan untuk membangun lantai dan dinding rumah. Tidak hanya kayunya yang bermanfaat, hampir seluruh bagian pohon enau dapat didayagunakan.
Daunnya sering digunakan sebagai atap, menggantikan daun rumbia, sedangkan ijuk dari pohon ini dijadikan tali pengikat antar bagian rumah.
Penggunaan tali ijuk memiliki kelebihan tersendiri, yaitu ketika terjadi kebakaran, pemilik rumah dapat memotong tali di bagian yang terbakar. Hal ini menyebabkan atap yang terbakar jatuh dengan sendirinya, sehingga kebakaran tidak meluas ke seluruh rumah.
b. Bambu
Bambu juga memainkan peran penting dalam pembangunan Rumoh Aceh. Bambu biasanya digunakan untuk membuat reng, yaitu tempat untuk menyematkan atap, yang dalam bahasa setempat dikenal sebagai beuleubah. Selain itu, bambu juga digunakan untuk membuat lantai rumah, bersama dengan kayu pohon enau.
c. Rumbia
Daun dan pelepah dari pohon rumbia atau oen meuria merupakan material yang digunakan untuk atap dan dinding Rumoh Aceh.
Daun rumbia dijadikan atap yang tidak hanya memberikan keteduhan, tetapi juga membantu meredam suara hujan yang jatuh di atasnya. Sementara itu, pelepah rumbia atau peuleupeuk meuria digunakan untuk membangun dinding rumah, menambah elemen alam yang ramah lingkungan.
d. Rotan dan Waru
Keunikan lain dari Rumoh Aceh adalah konstruksinya yang tidak menggunakan paku. Untuk menyambung setiap bagian rumah, digunakan tali yang dikenal dengan sebutan taloe meu-ikat. Tali ini terbuat dari berbagai bahan alami seperti rotan, ijuk, atau kulit pohon waru, yang menjadikan rumah lebih fleksibel dan tahan terhadap getaran gempa.
Penggunaan bahan-bahan alami pada Rumoh Aceh tidak hanya menambah nilai estetika, tetapi juga memberikan manfaat fungsional yang sesuai dengan kondisi lingkungan Aceh.
Material ini menjadikan Rumoh Aceh sebagai salah satu bentuk arsitektur tradisional yang adaptif terhadap alam, menunjukkan harmoni antara manusia dan lingkungan sekitarnya.
6. Simbol religius yang mendalam
Rumah adat Aceh tidak sekadar tempat tinggal, tetapi juga sarat dengan makna religius. Penempatan pintu dan jendela seringkali mencerminkan ajaran agama Islam yang dianut masyarakat Aceh.
Pintu rumah sering mengarah ke Ka'bah atau sesuai arah kiblat. Arah rumah menghadap Ka'bah ini menandakan sebagai pengingat bahwa kehidupan sehari-hari mereka selalu dipandu oleh ajaran Islam.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap aspek kehidupan, termasuk desain rumah, tidak lepas dari nilai-nilai spiritual. Ibadah pun menghadap ke depan rumah yang langsung menghadap ke Ka'bah.
7. Gotong royong dalam membangun rumah
Proses pembangunan Rumoh Aceh melibatkan gotong royong, di mana seluruh warga desa bekerja sama untuk membantu satu keluarga membangun rumah mereka.
Kebersamaan dan solidaritas ini memperlihatkan betapa eratnya hubungan sosial di antara masyarakat Aceh. Selain sebagai bentuk bantuan, gotong royong juga menjadi momen penting untuk memperkuat ikatan sosial dan persaudaraan di komunitas tersebut.
8. Tempat berkumpulnya kegiatan sosial
Rumoh Aceh bukan hanya tempat tinggal pribadi, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial. Rumah ini sering digunakan untuk berbagai acara seperti musyawarah, upacara adat, hingga pertemuan masyarakat.
Dalam acara-acara penting, rumah ini menjadi pusat interaksi antara keluarga dan masyarakat.
Dengan menjadikan rumah adat Aceh sebagai tempat berkumpulnya warga untuk kegiatan sosial, maka ini mencerminkan semangat kebersamaan yang masih sangat dijaga.
9. Desain pintu rendah dengan makna hormat
Salah satu ciri unik Rumoh Aceh adalah pintu masuknya yang rendah, tingginya hanya setara dengan tinggi orang dewasa yang berdiri.
Di bagian atas pintu terdapat balok melintang, sehingga setiap orang yang masuk harus menundukkan kepala. Desain ini bukan sekadar elemen arsitektur, tetapi memiliki makna filosofis yang mendalam.
Tamu yang masuk diharapkan untuk menunjukkan sikap hormat dan rendah hati kepada tuan rumah, menciptakan suasana yang penuh kesopanan dan penghargaan sejak langkah pertama memasuki rumah.
10. Upaya pelestarian rumah adat aceh
Saat ini, meskipun Rumoh Aceh sudah jarang dibangun untuk tempat tinggal, upaya pelestarian terus dilakukan. Pemerintah dan masyarakat Aceh bekerjasama untuk membangun replika rumah adat di lokasi-lokasi strategis seperti museum dan tempat wisata budaya.
Hal ini dilakukan agar generasi muda dapat terus mengenal dan menghargai warisan budaya yang sarat makna ini.
Nah, itu dia 10 hal tentang rumah adat Aceh! Rumah adat Aceh merupakan simbol kebijaksanaan lokal yang tidak hanya estetis, tetapi juga penuh dengan filosofi kehidupan.
Dari desain panggung yang melindungi dari banjir hingga makna religius yang menyentuh, Rumoh Aceh menggambarkan kehidupan masyarakat Aceh yang harmonis dengan alam dan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial serta spiritual.
Warisan ini adalah salah satu harta budaya yang patut dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang tergerus oleh zaman.
Baca juga:
- 5 Macam Rumah Adat Jawa Tengah
- 7 Macam Rumah Adat Papua, Keunikan dan Fungsinya
- 11 Macam Rumah Adat di Indonesia