TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

9 Cara Mengenalkan Puasa pada si Kecil ala Dokter IDAI

Memperkenalkan puasa ke si Kecil jadi kewajiban orangtua, ini cara yang dianjurkan dokter anak

Freepik

Tak terasa, seluruh umat Islam telah menjalankan ibadah puasa sekitar dua minggu. Artinya sudah setengah perjalanan menuju hari kemenangan, yakni Idul Fitri. Jaga terus semangat dalam berpuasa dan beribadah lainnya guna memaksimalkan kebaikan selama bulan Ramadan. Dengan harapan memperoleh ganjaran pahala dari Allah SWT.

Sejatinya puasa bukanlah hal mudah bagi anak-anak tapi  jenis ibadah ini juga tidak begitu sukar untuk dilakukan si Kecil. Dalam acara media briefing yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) selaku Ketua Pengurus Pusat IDAI dan Spesialis Anak Konsultan mengungkapkan sebenarnya manusia diciptakan untuk kuat berpuasa.

Terutama kalangan anak yang lebih fleksibel karena mempunyai brown fat (lemak coklat) yang melimpah. Brow fat ini nantinya akan diubah menjadi keton yang bisa digunakan sebagai sumber energi bagi si Kecil.

“Sejak lahir bayi dikondisikan untuk berpuasa karena si Ibu tidak langsung bisa memproduksi Air Susu Ibu (ASI). Pun ketika ASI sudah keluar jumlahnya hanya sekitar 20-30 kalori saja. Sementara, bayi baru lahir membutuhkan 300 kalori,” jelas Dr. Priprim.

Faktanya masih ada saja orangtua yang masih kesulitan mengajak si Kecil untuk berpuasa bersama. Anak masih terus saja beralasan supaya bisa menghindar sehingga akhirnya Mama dan Papa mengalah untuk membiarkan anak tak puasa.

Apakah Mama jadi salah satu orangtua yang mempunyai problem yang sama?

Berdasarkan penjelasan dari IDAI, Popmama.com mengulas cara memperkenalkan puasa pada anak ala dokter. Simak uraiannya di bawah ini ya, Ma!

1. Pahami kondisi kesiapan anak untuk berpuasa

Freepik

Seyogyanya, orangtua adalah sosok yang paling memahami dan mengetahui keadaan si Kecil. Termasuk, siap dan tidaknya anak menjalankan ibadah puasa.

Dr Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH selaku Ketua 3 Pengurus Pusat IDAI sekaligus Spesialis Anak Konsultan, salah satu ciri anak siap puasa adalah ia mempunyai ketertarikan terhadap aktivitas saum ini.

Bentuk ketertarikan tersebut si Kecil tunjukkan melalui pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan kepada Mama dan Papa. Jangan sekali-kali mengabaikan pertanyaan receh anak. Orangtua harus menjawabnya menggunakan kata-kata sederhana agar mudah dimengerti oleh anak.

Oleh karenanya, Mama dan Papa perlu jeli guna menyadari “sinyal” yang anak berikan tersebut. Sehingga bisa memanfaatkan momen tersebut untuk mengedukasi sekaligus mengajak si Kecil puasa sedini mungkin.

dr. Piprim mengatakan usia yang tepat anak berpuasa berbeda-beda. Kondisi tersebut tergantung pada kematangan mental, emosi, dan spiritual anak. Dimana hal itu dipengaruhi oleh pola asuh orangtua.

“Jika orangtua terlalu memanjakan anaknya maka si Kecil akan sulit untuk bisa berpuasa dengan baik. Sementara secara umum, anak perempuan akan lebih cepat diajak berpuasa penuh. Berdasarkan pengalaman saya, anak perempuan sudah bisa berpuasa di usia 6 tahun sementara anak laki-laki pada umur 10 tahun,” imbuhnya.

2. Anak sudah berkomunikasi dengan baik sehingga bisa mengungkapkan apabila sudah tidak kuat puasa

Freepik/etonastenka

Kondisi lainnya yang menunjukkan anak siap untuk berpuasa adalah ia mampu berkomunikasi dengan baik. Jadi, si Kecil dapat menyampaikan apa yang ia rasakan selama berpuasa kepada Mama dan Papa.

Kemampuan komunikasi ini bertujuan agar anak bisa mengungkapkan kapan ia ingin berbuka karena sudah tidak kuat menahan dahaga. Dalam konteks latihan puasa, anak diperbolehkan untuk berbuka kapan saja. Asal tidak terlalu cepat atau terlalu lama.

Dampak akibat ketidakmampuan mengomunikasikan ini malah membuat anak “tersiksa”. Pada akhirnya, membuat si Kecil enggan berlatih saum lagi.

3. Edukasi anak mengenai serba-serbi puasa

Freepik

Sebelum anak benar-benar melakukan puasa, Mama dan Papa bisa sesekali memberikan penjelasan kepada si Kecil mengenai berbagai hal tentang puasa. Misalnya memjelaskan bawhwa puasa adalah kewajiban bagi setiap muslim, puasa akan mendapat pahala yang besar dari Allah SWT, cara menjalankan puasa, dan sebagainya.

Gunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh anak ya, Ma. Apabila orangtua tidak mampu menjelaskan secara baik kepada si Kecil, Mama bisa memakai lagu-lagu tentang puasa yang banyak beredar di Youtube.

Anak akan lebih mudah menyerap informasi terkait puasa melalui nyanyian yang menyenangkan. Ia malah akan merasa sedang bermain melalui nyanyian sehingga tidak merasa sedang “digurui” oleh orangtuanya. Bermain adalah cara terbaik anak untuk belajar.

4. Ajak si Kecil untuk melakukan puasa meski hanya beberapa jam saja

Freepik/drobotdean

Usia memberikan sedikit gambaran mengenai saum kepada anak, Mama dan Papa bisa mulai “merayu” si Kecil untuk melaksanakan puasa ini.

Mula-mula, ajak anak untuk berpuasa selama beberapa jam. Biarkan si Kecil yang menentukan sendiri lama waktu berpuasa alias sekuatnya saja.

Meskipun begitu, dr. Piprim mengatakan durasi anak latihan berpuasa jangan terlalu cepat dan jangan pula terlalu lama. Misalnya, mulai mengajarkan si Kecil berpuasa setengah hari atau sampai adzan dzuhur. Lalu, biarkan anak untuk berbuka puasa.

Ulangi kegiatan tersebut selama beberapa hari. Nah, ketika Mama  merasa anak mulai kuat berpuasa setengah hari, orangtua bisa mengajak si Kecil untuk berpuasa full.

5. Jangan memaksa anak untuk melakukan puasa

Freepik/bearfotos

Ketertarikan dan kesiapan anak berpuasa memang menjadi “sinyal” Mama dan Papa bisa mengajak anak untuk mulai berpuasa. Walaupun begitu, jangan sesekali memaksa anak ketika ia masih enggan berpuasa.

Menurut dr. Piprim bentuk pemaksaan puasa dari orangtua terhadap si Kecil justru akan menyebabkan trauma berpuasa.

“Jika dipaksakan berpuasa akan membuat anak trauma berpuasa bahkan berpotensi si Kecil membenci ajaran dari agamanya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap aspek spiritualnya di masa depan,” jelas dr. Piprim.

6. Berikan dukungan serta pujian ketika anak selama anak puasa

Freepik/gpointstudio

Ketika anak sudah mau diajak berpuasa, dr. Piprim menyarankan agar Mama dan Papa selalu memberikan support kepada si Kecil. Dukungan ini bisa menjadi dukungan moril bagi anak sehingga ia lebih bersemangat dalam berpuasa.

Jangan lupa juga untuk memberikan pujian kepada si Kecil atas segala capaian karena sudah berpuasa. Baik itu puasa hanya setengah hari atau seharian penuh.

Pujian yang Mama berikan sangat berarti bagi si Kecil. Anak jadi bahagia dan dihargai karena berhasil berpuasa. Dengan begitu, anak bisa “ketagihan” untuk berpuasa lagi dan akhirnya terbiasa.

7. Siapkan hidangan yang disukai anak, utamakan kebutuhan nutrisi esensialnya

Freepik

Selain sesekali memberikan dukungan dan pujian karena keberhasilan anam berpuasa, Mama juga diharap menyuguhkan hidangan kesukaan anak saat sahur maupun berbuka. Tujuannya agar anak semangat menunggu adzan magrib.

Walaupun begitu, dr. Piprim berpesan agar mengutamakan kebutuhan esensial anak. Hal ini agar puasa tidak berimbas negatif yang bisa menyebabkan stunting.

“Perhatian gizi lengkap seimbang, mulai dari karbohidrat, protein, dan lemak. Mama bisa memperbanyak protein agar anak kuat puasa,” tutur dr. Piprim.

Ia juga berpesan agar para orangtua menghindari asupan junk food selama Ramadan. Hidangan cepat saji ini mengandung tinggi gula dan tepung yang akan menyebabkan anak cepat lapar dan miskin nutrisi.

8. Cukupkan kebutuhan cairan anak selama puasa agar tak dehidrasi

Freepik/mdjaaff

Mama juga mempunyai tanggung jawab lain ketika anak sudah mau mulai berpuasa, yakni mencukupi kebutuhan cairan. Proporsi cairan di dalam tubuh berbeda-beda.

Pada bayi dan anak mempunyai proporsi air yang lebih besar daripada orang dewasa. Persentase cairan si Kecil sebanyak 65-70 persen. Sementara orang dewasa hanya 55-60 persen.

Kecukupan cairan meminimalkan anak dehidrasi saat berpuasa. Nah, guna memastikan cairan tubuh sehat, Mama bisa menggunakan rumus 2 gelas saat berbuka, 4 gelas usai tarawih, dan 2 gelas saat sahur.

9. Jadilah contoh yang baik untuk si Kecil

Freepik/odua

Salah satu faktor anak mau ikut berpuasa adalah orangtua. Kenapa? Karena pada dasarnya, si Kecil mudah meniru perilaku orang dewasa. Jadi, ketika Mama dan Papa rajin berpuasa niscaya anak juga gampang untuk diajak berpuasa.

Maka dari itu, orangtua seyogyanya mencontohkan perilaku terpuji, seperti salat dan berpuasa. Lantas, akan asa figur yang baik bagi si Kecil dan secara otomatis timbul kesadaran untuk saum.

Itulah paparan terkait cara memperkenalkan puasa pada anak ala dokter. Ketertarikan dan kesiapan anak berpuasa jadi “sinyal” Mama sudah mulai bisa mengajaknya saum bersama. Intinya, jangan ada paksaan agar tidak menimbulkan trauma ya, Ma.

Baca Juga:

The Latest