TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Sukses Jadi Band Metal, VOB Patahkan Stigma Negatif tentang Perempuan

Begini cerita dan cara VOB patahkan pandangan negatif yang mereka terima, buktikan dengan prestasi

Instagram.com/voiceofbaceprot

Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia masih kental dengan pemikiran patriarki. Patriarki merupakan gagasan tentang sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai figur utama yang sentral dalam organisasi sosial.

Singkatnya, pemikiran ini memosisikan posisi laki-laki harus lebih tinggi daripada perempuan di berbagai aspek kehidupan. Padahal, sangat mungkin para kaum hawa ini mempunyai kemampuan yang lebih daripada kaum adam. Sayangnya, patriarki seakan ‘mengekang’ ruang gerak perempuan untuk mencapai impiannya.

Perkembangan zaman membuat para perempuan mulai memahami dan menyadari ‘langkah besar’ apa yang bisa mereka lakukan untuk meraih cita-cita.

Voice of Baceprot (VOB) mengungkapkan alami ‘pengekangan’ akibat stigma negatif tersebut.

VOB merupakan grup musik rock asal Garut, Jawa Barat yang  beranggotakan tiga perempuan muda, yaitu Firda Marsya Kurnia (Gitaris dan Vokalis), Widi Rahmawati (Bassis), dan Euis Siti Aisyah (Drumer).

Popmama.com akan mengulas kisah VOB patahkan stigma negatif tentang perempuan dan band rock demi mencapai impian.

Stigma Negatif yang Diterima VOB

Popmama.com/Ayesha Puri

Mulai merintis karier sejak di bangku Madrasah Tsanawiyah (setara SMP), tiga dara muda terus berjuang untuk meraih impian mereka di bidang musik. Banyak halangan yang harus mereka hadapi. Khususnya dalam menghadapi stigma negatif dari orang-orang di sekitar, termasuk dari orangtua mereka.

Salah satu cap buruk yang diterima Firda, Widi, dan Siti karena pemilihan genre musik rock-metal yang kontras dengan penampilan mereka yang berhijab. Hal ini lantas menjadi kontroversi. Firda dkk dibilang hanya ingin viral dan hanya mencari sensasi sehingga sengaja memilih aliran metal dan berpenampilan berhijab.

Perspektif buruk juga dilontarkan dari orangtua masing-masing. Menurut orangtua anggota VOB, kegiatan nge-band ini tidak bermanfaat dan tidak mempunyai masa depan yang cerah.

Belum lagi stigma masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka yang beranggapan bahwa anak band adalah orang yang tidak punya masa depan. Dimana ‘anak band’ selalu dikaitkan dengan hal-hal negatif, seperti narkoba, mabuk-mabukan, dan sebagainya. Apalagi VOB ini adalah band rock-metal yang musiknya cukup keras.

Ngapain sih perempuan berhijab main musik metal,” tutur Firda menirukan omongan dari orang-orang di kampungnya.

Firda, Widi, dan Siti juga dipandang sebelah mata di sekolahnya. Firda menuturkan, “Kita bertemu di MTS melalui ekstrakurikuler teater. Nah, ekskul ini memang terkenal dengan orang-orang yang bermasalah dan pemberontak.”

Halangan yang VOB Terima Selama Berkarier sebagai Band Rock-Metal

Popmama.com/Ayesha Puri

Kecintaan dan kesukaan bermain musik membuat mereka tetap konsisten di bidang ini. Tentunya untuk meraih kesuksesan saat ini ada berbagai rintangan yang harus Firda dkk hadapi. Halangan pertama adalah tidak mempunyai alat band yang memadai. Mereka pun memutar otak supaya tetap bisa bermusik.

Solusinya mereka memanfaatkan alat musik yang mereka miliki. Firda menggunakan gitar akustik yang dimainkan seperti bass. Siti memainkan drum rakitan dari barang-barang bekas.

Dengan alat seadanya ini, mereka tetap berlatih dengan keras. Tujuannya supaya bisa meyakinkan kepala sekolah untuk menyediakan alat-alat band sebagai fasilitas ekstrakurikuler tersebut.

Usaha mereka pun tidak sia-sia, kepala sekolah akhirnya membelikan alat-alat musik yang lebih propers beberapa hari menjelang penampilan VOB di sekolah

Halangan tidak berhenti sampai di situ. Izin orangtua jadi hambatan bagi VOB karena tidak ada orangtua dari mereka yang mendukung untuk nge-band.

“Dari yang awalnya beranggotakan 15 orang, berkurang menjadi 7 dan menyusut sampai tiga orang (Firda, Widi, Siti) yang masih bertahan sampai saat ini,” ujar Firda.

Cara VOB Tetap Teguh Menjalani Pilihan sebagai Band Metal Berhijab

Popmama.com/Ayesha Puri

Siti sebagai drummer VOB menambahkan bahwa stigma yang membatasi perempuan untuk berkembang meraih mimpi masih banyak di lingkungan tempat tinggal mereka. Lantas terciptalah  pandangan buruk tersebut.

VOB tetap semangat dan giat berlatih untuk bisa mematahkan stigma tersebut sekaligus membuktikan bahwa anak band juga punya masa depan yang cerah.

“Kita nge-band nggak cari sensasi. Kita benar-benar ­nge-band karena kita bahagia. Kita juga ingin membuktikan kalau anak band punya masa depan dan perempuan juga bisa jadi anak band,” tuturnya.

Bermula dari ikut lomba di Garut lalu menang sampai akhirnya bisa mengisi acara musik tingkat internasional. VoB mulai mencuri perhatian setelah meng-cover lagu milik Rage Against The Machine pada 2015, yang menjadi trending di YouTube.

Lebih lanjut, Siti mengatakan untuk keep going dan selalu percaya pada kemampuan diri sendiri. Menurutnya, hanya kita yang mampu menilai kemampuan diri sendiri bukan orang lain. Biarkan omongan orang lain menjadi bunyi yang tak terdengar. “Terabas saja,” sanggahan.

Kini, VOB telah mampu membungkam omongan buruk tersebut. Mereka bahkan menjadi kebanggaan bagi keluarga, orangtua pun berbalik mengizinkan dan mendukung untuk berkarier sebagai anak band, sampai bisa mengangkat ekonomi keluarga. VOB juga berencana akan melangsungkan tour di Amerika Serikat dalam waktu dekat lho.

Tiga Aspirasi Perempuan Indonesia, Bukan Hanya Ingin Jadi Ibu Rumah Tangga Saja

Freepik/benzoix

Oleh karena itu, Riski Sutedjo selaku Senior Brand Group Manager Feminine Care Softex mengungkapkan para perempuan dan remaja memerlukan dukungan guna memecah stigma negatif yang masih berkembang di masyarakat. “Label” ini akan menjadi konflik internal bagi para perempuan dalam meraih cita-cita mereka.

Softex melakukan studi terhadap remaja perempuan berusia 15-24 tahun yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia pada Desember 2022, dan menemukan bahwa perempuan Indonesia terus berkembang dari generasi ke generasi. Tiga aspirasi kaum hawa di Indonesia adalah:

  1. Ingin menjadi pribadi yang lebih baik,
  2. Ingin membanggakan orangtua dan keluarga,
  3. Ingin bebas menentukan dan mempunyai mimpi besar.

Namun dalam perjalanan mencapai aspirasi tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat stigma yang cukup kuat terhadap peran gender tradisional, seperti bagaimana perempuan berperilaku, berpakaian, dan bermimpi di mata masyarakat. Hal ini sebagaimana yang dialami oleh VOB.

“Meskipun demikian, Softex percaya bahwa tidak ada suara yang terlalu kecil untuk didengar dan tidak ada mimpi yang terlalu tinggi untuk dikejar. Kami ingin mendorong perempuan dan remaja putri Indonesia untuk berani menjadi diri sendiri dan dapat dengan bebas menentukan mimpinya,” ujar Riski.

Softex ingin mengajak para remaja putri Indonesia untuk menjadi bagian dari gerakan Hilangin Halangan. SIRIHously! Bersama Softex dan VOB dalam mewujudkan cita-cita.

Itulah ulasan tentang kisah VOB patahkan stigma negatif tentang perempuan. VOB menjadi inspirasi bagi remaja putri Indonesia lainnya untuk membuktikan bahwa dengan kerja keras dan tekad yang teguh, kita pasti dapat meraih impian.

Baca Juga:

The Latest