TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Penyebab Hilangnya Selat Muria, Penghubung Pulau Jawa dan Muria

Muncul spekulasi bahwa banjir di Demak terkait dengan kemunculan kembali Selat Muria

Freepik/frimufilms

Tingkat banjir di wilayah pantura Jawa Tengah telah menciptakan tantangan besar bagi masyarakat setempat. Meskipun air mulai surut di wilayah pantura Jawa Tengah, dampaknya masih terasa bagi kegiatan masyarakat. 

Jalur lalu lintas antara Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak terhenti sepenuhnya karena tanggul Sungai Wulan jebol. Di Kecamatan Karanganyar, Demak, banjir mencapai ketinggian 1,5 meter, menyebabkan jalan terendam air. 

Meskipun Tanggul Sungai Wulan sebelumnya diperbaiki oleh Kementerian PUPR, namun tidak mampu menahan debit air sungai akibat hujan deras dalam satu pekan terakhir. Banjir ini pun mengganggu aktivitas masyarakat.

Namun, ada spekulasi bahwa banjir di Demak terkait dengan munculnya kembali Selat Muria. Selat Muria sebelumnya adalah jalur perdagangan yang sibuk, menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Muria. Daerah ini menjadi pusat perdagangan dengan kota-kota seperti Demak, Jepara, Pati, dan Juwana.

Berikut ini Popmama.com akan mengulas penyebab hilangnya Selat Muria yang menjadi penghubung Pulau Jawa dan Pulau Muria. Yuk, simak informasinya.

1. Apa itu selat?

Freepik/wirestock

Sebelum mengulas penyebab hilangnya Selat Muria, kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian dari selat. Menurut Kamus BPIW Kementerian PUPR, selat adalah bagian wilayah perairan yang dibatasi oleh dua permukaan daratan yang menghubungkan dua bagian perairan yang lebih besar.

Biasanya, selat memiliki lebar yang cukup besar dan menjadi jalur strategis untuk transportasi laut serta perdagangan antar wilayah. Selat sering kali menjadi jalur pelayaran penting karena memungkinkan kapal untuk berlayar antara dua daratan atau pulau tanpa harus mengitari pantai yang jauh. 

Selain menjadi jalur perdagangan, selat juga memiliki potensi ekonomi lainnya, seperti perikanan dan pariwisata, tergantung pada kondisi alam dan kegiatan manusia di sekitarnya. Beberapa selat terkenal di dunia ialah Selat Malaka di Asia Tenggara dan Selat Gibraltar yang menghubungkan Laut Mediterania dengan Samudra Atlantik.

2. Sejarah Selat Muria

Freepik/teksomolika

Pada sekitar tahun 1657, sedimentasi sungai yang menuju Selat Muria mengakibatkan pendangkalan yang signifikan, akhirnya menyebabkan selat ini hilang dan Pulau Muria bergabung dengan Pulau Jawa. Sebelumnya, Selat Muria memisahkan daratan Jawa dengan Gunung Muria, dan wilayah pesisir menjadi lokasi penting bagi Kerajaan Demak sebagai pusat perdagangan. 

Meskipun kapal besar tidak bisa lagi melewati Selat Muria sejak abad ke-17 karena pendangkalan, namun perahu kecil masih dapat menggunakan jalur tersebut pada musim hujan. 

Kehilangan Selat Muria dianggap sebagai faktor awal dalam kemunduran Kerajaan Demak, yang kemudian pelabuhannya dipindahkan ke Jepara. Bukti akan keberadaan Selat Muria ditemukan di Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, dimana fosil kerang laut dan batuan karang menjadi saksi bisu atas keberadaan selat tersebut. 

Selain itu, dalam pemboran sumur dengan kedalaman 20 meter, air yang muncul berupa pasir dan berasa asin seperti air laut. Prasasti fosil dan fenomena air asin ini menggambarkan masa keemasan Selat Muria yang sekarang telah hilang, seolah-olah tenggelam ke dalam bumi.

3. Penyebab hilangnya Selat Muria

Freepik/ariefsetiawan

Selat Muria kini telah menghilang karena serangkaian proses geologis yang terjadi selama berabad-abad. Salah satu faktor kunci adalah sedimentasi yang terus menerus terjadi. 

Proses sedimentasi ini dipicu oleh pengangkatan pegunungan Kendeng, yang telah menjadi sumber material sedimen bagi Selat Muria. Ironisnya, pengangkatan pegunungan ini juga berkontribusi pada sedimentasi di wilayah Selat Kendeng atau Dalaman Randublatung. 

Selain itu, perubahan arah aliran Sungai Bengawan Solo purba juga berperan dalam kehilangan Selat Muria. Sungai ini pada masa lampau mengalir menuju pantai selatan Wonogiri, namun kemudian mengalami perubahan aliran ke arah utara. 

Meskipun belum ada bukti konkret bahwa Sungai Bengawan Solo secara langsung terhubung dengan Selat Muria, namun berdasarkan pola morfologi Pulau Jawa, kemungkinan besar hubungan tersebut terjadi. Gabungan dari faktor-faktor ini telah mengakibatkan Selat Muria, yang dahulu merupakan perairan, kini menjadi bagian dari daratan.

Demikianlah penyebab hilangnya Selat Muria yang dulu ramai sebagai jalur perdagangan antara Pulau Jawa dan Muria.. Meskipun kini Selat Muria telah menjadi bagian dari daratan, saksi bisu berupa fosil kerang laut dan fenomena air asin yang ditemukan di sekitar wilayah tersebut masih mengingatkan kita akan kejayaan masa lalu. Keberadaan Selat Muria yang kini hilang tetap menjadi cermin bagi kita untuk menghargai dan memahami perubahan alam yang terus berlangsung di sekitar kita.

Baca juga:

The Latest