Anak SD Tertular Virus Corona dari Temannya hingga Meninggal di AS
Virus corona menurun, bukan menghilang. Kasus di AS ini bisa menjadi pelajaran agar kita tetap siaga
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak negara yang sudah kembali beraktivitas di luar rumah. Mulai dari bekerja dari kantor hingga belajar tatap muka di sekolah.
Namun, nyatanya pemberlakuan tersebut membawa kabar duka. Di Amerika Serikat seorang anak SD meninggal dunia karena terinfeksi Covid-19 dari temannya saat sedang di sekolah.
Di Indonesia sendiri, PTM pun membawa dampak buruk untuk beberapa sekolah. Sebab, setelah pemberlakuan PTM, beberapa sekolah nyatanya menjadi klaster penyebaran Covid-19 untuk anak-anak.
Untuk itu, Popmama.com telah merangkumkan informasi mengenai kasus anak SD yang meninggal di AS serta angka penyebaran Covid-19 di sekolah yang ada di Indonesia.
Informasi ini pun dapat dijadikan pengingat untuk Mama bahwa virus corona masih ada dan perlu diwaspadai.
1. Melakukan PTM, seorang anak di Amerika Serikat meninggal dunia karena terinfeksi Covid-19
Tiap-tiap sekolah di berbagai negara sudah kembali membuka sekolah dan memperlangsungkan sekolah tatap muka.
Namun, akibat PTM, seorang anak kelas 5 SD yang berusia 10 tahun di Virginia, Amerika Serikat meninggal dunia terinfeksi virus corona. Ia tertular virus corona ini dari temannya.
Ia mendapatkan tugas dari guru untuk mengantarkan setiap temannya yang sakit ke klinik. Suatu ketika, ia mengantarkan temannya yang ternyata memang terinfeksi virus corona. Hingga akhirnya ia pun ikut terinfeksi Covid-19 dan meninggal dunia.
2. Ingat, Covid-19 masih ada!
Kejadian tersebut mengingatkan kita bahwa virus corona yang jahat itu masih ada di sekeliling kita. Jadi walaupun kasus sudah sangat menurun, kita tetap harus mematuhi protokol kesehatan dan menjalankan pola hidup sehat.
Sebenarnya, di SKI sendiri angka kematian akibat virus corona sudah menurun hingga mencapai titik 0. Hal itu diungkapkan oleh Anies Baswedan dalam keterangan foto di Instagram.
Ia menuliskan, "Dalam 24 jam terakhir terdapat 0 permintaan pelayanan pemakaman protap COVID-19 di DKI Jakarta (data Distamhut DKI sejak jam 18.00 kemarin sampai 18.00 hari ini). Alhamdulillah!"
Namun, kita tidak boleh menutup mata bahwa nyatanya virus coron masih ada, termasuk di sekolah. Sebab, banyak sekolah yang menjadi klaster penyebaran virus corona terhadap anak-anak.
Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) di situsnya, terdapat 1.303 sekolah menjadi klaster COVID-19.
Berdasarkan data terakhir pada Kamis (23/9/2021), berikut sebaran klaster sekolah yang ditemukan.
- Provinsi Jawa Barat: 150 klaster
- Provinsi Jawa Tengah: 131 klaster
- Provinsi Nusa Tenggara Timur: 104 klaster
- Provinsi Sumatera Utara: 52 klaster
- Provinsi Sumatera Barat: 51 klaster
- Provinsi Kalimantan Barat: 50 klaster
- Provinsi Kalimantan Tengah: 49 klaster
- Provinsi Banten: 44 klaster
- Provinsi Lampung: 43 klaster
- Provinsi D.I. Yogyakarta: 41 klaster
- Provinsi Sulawesi Selatan: 33 klaster
- Provinsi Sumatera Selatan: 32 klaster
- Provinsi Nusa Tenggara Barat: 32 klaster
- Provinsi Papua: 31 klaster
- Provinsi Aceh: 30 klaster
- Provinsi Jambi: 30 klaster
- Provinsi Kalimantan Selatan: 29 klaster
- Provinsi Riau: 29 klaster
- Provinsi D.K.I. Jakarta: 25 klaster
- Provinsi Kalimantan Timur: 19 klaster
- Provinsi Sulawesi Tengah: 18 klaster
- Provinsi Kepulauan Bangka Belitung: 16 klaster
- Provinsi Gorontalo: 15 klaster
- Provinsi Bengkulu: 15 klaster
- Provinsi Kepulauan Riau: 13 klaster
- Provinsi Kalimantan Utara: 9 klaster
- Provinsi Papua Barat: 9 klaster
- Provinsi Bali: 9 klaster
- Provinsi Maluku: 8 klaster
- Provinsi Sulawesi Utara: 8 klaster
- Provinsi Maluku Utara: 6 klaster
- Provinsi Sulawesi Tenggara: 5 klaster
- Provinsi Sulawesi Barat: 2 klaster
Banyaknya sekolah yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 tersebut mengakibatkan 15.456 siswa terkonfirmasi positif Covid-19 selama menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
3. Tetap patuhi protokol kesehatan dan menjalankan pola hidup sehat
Munculnya klaster Covid-19 tersebut membuat beberapa sekolah ditutup dan kembali memberlakukan sekolah online sepenuhnya. Namun, beberapa sekolah lainnya yang dianggap aman akan terus melanjutkan PTM.
Untuk itu, bagi anak Mama yang masih tetap melakukan PTM, yuk sama-sama kita patuhi protokol kesehatan dan tetap menjalankan pola hidup sehat. Hal itu akan berdampak baik untuk sesama lho, Ma.
Di satu sisi, mematuhi prokes akan membuat tubuh anak menjadi lebih terlindungi dan menjalankan pola hidup sehat membuat imunitas tubuhnya pun kuat. Di sisi lain, dengan mematuhi prokes dapat membuat anak tidak menularkan virus ke orang lain.
Berikut ini, ada beberapa hal yang perlu Mama ingat kembali agar anak tetap sehat dan aman menjalankan PTM.
- Ajarkan anak dan bantu ia terbiasa untuk menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak)
- Perhatikan kondisi anak. Setiap pulang sekolah Mama bisa mengecek kondisi tubuh anak. Apakah ia batuk, pilek, demam atau merasakan perasaan lainnya. Jika nyatanya anak sakit, langsung periksa ke dokter anak.
- Jangan izinkan anak untuk pergi ke sekolah saat sedang sakit.
- Beri anak makanan yang sehat dan bernutrisi serta hindari jajanan yang tidak menyehatkan saat sedang di luar rumah.
Ayo lakukan hal ini bersama-sama. Jangan sampai ternyata anak kita yang menyebarkan virus kepada lingkungan sekitarnya hingga ada yang kehilangan nyawanya. Perlu diingat, dengan menjaga anak mama, tandanya Mama juga menjaga anak-anak lain di sekolah. Semangat terus ya, Ma!
Baca juga:
- Tips Hidup di Masa Transisi Covid-19 yang Perlu Diajarkan pada Anak
- P2G Menilai Pemerintah Tidak Serius Terhadap Pemberlakuan PTM
- 5 Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Melaksanakan PTM