Mendekati Usia Remaja, Ini 12 Cara Efektif Mendidik Anak?
Ketika remaja anak akan bersinggungan dengan kehidupan sosialnya, maka didik anak sesuai usianya
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap keluarga tentu memiliki budaya yang berbeda. Sebagian besar orangtua akan menerapkan aturan dalam keluarga, khususnya bagi anak-anak mereka.
Apabila anak tidak berhasil dalam ujiannya, maka anak tidak boleh bermain game dengan teman-teman selama beberapa hari kedepan.
Apabila anak tidak membantu pekerjaan rumah, maka rencana jalan-jalan keluarga terpaksa ditunda sampai anak menyelesaikan pekerjaannya.
Pola asuh seperti ini mungkin terdengar familiar bagi kita atau mungkin kita pernah merasakan dan menerapkannya.
Namun perlu kita pertanyakan, apakah memberikan hukuman merupakan pola asuh yang tepat?
Jika tidak, lalu cara efektif seperti apa yang perlu diterapkan orangtua dalam mendidik anak saat memasuki jenjang remaja?
Berikut ini Popmama.com akan mengulas mengenai cara efektif mendidik anak remaja dalam beberapa poin berikut ini!
1. Ubah kemarahan menjadi empati
Sebagian besar orangtua tentu berusaha untuk mendisiplinkan anak. Orangtua akan meminta anak untuk melakukan sesuatu sesuai harapan orangtua, seperti membantu pekerjaan rumah, membatasi bermain game, belajar dengan sungguh-sungguh, atau tidur lebih awal.
Apabila orangtua bersikap dengan kemarahan dan berteriak, maka hal itu tidak akan menyelesaikan masalah.
Mama perlu mengubah sikap meminta menjadi berempati. Caranya dengan menempatkan diri di posisi anak, maka anak akan merasa aman karena sikap pengertian yang Mama tunjukkan.
Ayo tidur, besok pagi kan kamu harus sekolah. Mama nggak tega kalau kamu ngantuk waktu di kelas. Mama buatin susu ya biar cepet ngantuk?
2. Memulai percakapan dengan hangat
Anak-anak cenderung lebih terbuka menanggapi setiap nasehat yang diberikan orangtua. Agar percakapan dengan anak terjalin dengan hangat, penting bagi orangtua untuk percaya dan mengingatkan diri bahwa saat anak melakukan sesuatu pasti ada alasannya.
Tanyakan pada anak alasan melakukannya dengan permulaan yang hangat. Apabila Mama langsung memberikan nada tinggi, maka anak cenderung menghindari perbincangan dan memberikan alasan-alasan yang tidak benar.
3. Mendengarkan pendapat anak
Biarkan anak berbicara, jangan mendominasi anak dengan mengatakan bahwa Mama atau Papa lebih tau. Anak selalu punya pilihan atas apa yang dilakukan.
Mungkin menurut kita itu tidak baik, namun itu adalah alasan anak. Berikan respon dengan mengklasifikasi dan menunjukkan pemahaman kita
"Jadi kamu lihat kucing terluka di jalan ya? Oh begitu, terus kamu bawa dan rencana mau di rawat di rumah?"
4. Menjalin hubungan dengan anak
Mama hanya perlu mengerti dan melihat sesuatu dari sudut pandang anak. Sikap mengerti akan membuat Mama lebih sabar dan anak akan lebih terbuka dengan apa yang dilakukannya.
Misalkan saat ada pentas di sekolah dalam rangka perpisahan sekolah, Mama menyaksikan anak tidak terlihat di panggung. Mama langsung mengatakan “Anak ini nggak pernah mau tampil ya, temen-temennya pada berani tampil semua”.
Dengan Mama memarahinya secara langsung, mungkin Mama tidak memiliki kesempatan untuk mengetahui alasannya. Besar kemungkinan anak akan menutup diri, mengarang cerita, dan melakukan hal yang sama di kemudian hari.
Namun, ketika Mama melihat dari sudut pandang anak, Mama dapat mengetahui kondisi anak. Mungkin anak merasa malu atau merasa demam panggung, sehingga dia memilih tidak ikut terlibat dalam pentas seni.
Informasi tersebut dapat membantu Mama untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi yang tepat bagi anak.
5. Mengajukan pertanyaan ringan dan humor
Pertanyaan berat akan membuat anak merasa diintimidasi. Untuk menghindari anak diceramahi, Mama atau Papa perlu ajukan pertanyaan yang ringan dan penuh humor.
Candaan dapat meredakan ketegangan dan memperkuat hubungan di antara Mama Papa dengan anak.
6. Mendukung anak dan tahan untuk tidak menghukum
Apabila anak melakukan kesalahan, tahan untuk berasumsi dan menasehati anak untuk melakukan ini dan itu. Biarkan anak belajar dari sebuah peristiwa yang dialami.
Bantu dan dukung anak dengan sebuah pertanyaan, seperti “Mama bisa bantu apa?” atau “Kalau butuh sesuatu, kabarin Mama ya"
7. Memberdayakan anak
Memberdayakan anak tanpa kemarahan dapat dilakukan dengan membuat kesepatan secara bersama-sama dan mendukung kebutuhannya.
Saat anak perlu remidi atau mengulang ujian, Mama dapat membantu anak untuk belajar mempersiapkan ujian berikutnya.
Ketika belajar bersama anak, ajak anak untuk mematikan televisi yang dapat mengganggu konsentrasi belajarnya. Berikan pemahaman kepada anak bahwa belajar secara fokus akan memudahkan anak untuk menerima materi.
Dengan begitu anak akan lebih termotivasi untuk mematikan televisi karena kesulitan yang sudah dialami jika tidak belajar dengan sungguh-sungguh.
Pemahaman yang diberikan Mama saat belajar bersama akan lebih diterima karena Mama ikut terlibat dalam membantu anak dalam kesuksesan ujian.
8. Anak merasa cuek akan kesalahan
Anak Mama merasa cuek dengan kondisi yang dihadapi, seperti mengatakan “Yaudah Ma, biarin aja kalau nilaiku jelek”.
Langkah yang dapat Mama lakukan apabila anak bersikap cuek adalah berikan waktu kepada anak untuk menenangkan diri, setelah anak mulai bisa diajak berkomunikasi, sampaikan dengan empati (mengerti akan kondisi sang anak).
“Nak, kamu merasa kesulitan belajar di sekolah ya? Maaf ya Mama nggak tau kalau kamu merasa tertinggal di kelas. Besok Mama bantu kamu belajar ya dan kalau kamu butuh les seperti teman-teman, Mama akan bantu carikan kamu guru les"
Anak perlu memperbaiki kondisi yang terjadi. Untuk itu Mama perlu membantu dan memberikan motivasi terbaik bagi anak.
9. Berikan dukungan
Atmosfer yang ada dalam keluarga dipengaruhi oleh orangtua, khususnya Mama.
Apabila anak gagal dalam ujiannya, jadikan itu kesempatan agar seluruh keluarga memprioritaskan waktu belajar. Berikan dukungan yang cukup dengan membawa anak ke perpustakaan atau cafe untuk mengganti suasana belajar.
Dengan memberikan dukungan kepada anak, mereka akan lebih percaya diri dan memiliki harapan yang selevel dengan harapan orang tua.
Maka Mama perlu mempertimbangkan dukungan seperti apa yang cocok untuk anak-anak.
10. Berikan batasan
Memberikan batasan kepada anak penting untuk dilakukan, apabila anak melanggar batasan yang disepakati, cari tau masalahnya, bukan dengan memberikan hukuman agar anak tidak melanggar.
Misalkan Mama memberikan batasan kepada anak bahwa menggunakan handphone hanya di akhir pekan.
Namun anak tidak menepati hal itu, coba perbaiki apa ada yang salah, bisa jadi anak merasa kesepian dirumah karena tidak ada yang dapat dilakukan.
Perbaiki akar masalahnya, berikan dukungan, dan kelola lingkungan sekitar. Coba mengatur situasi agar anak tidak mencari handphone, mungkin dengan bermain bersama, hal itu akan membuat anak mudah dalam mengikuti batasan dalam keluarga.
11. Tahan diri untuk menyelamatkan anak
Apabila anak melakukan pelanggaran, misalkan telat masuk sekolah lebih dari tiga kali atau mencontek di sekolah. Tahan untuk menyelamatkan anak dari konsekuensi tindakannya.
Anak harus bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya. Hal itu akan membantu anak untuk belajar di masa muda.
Mama hanya perlu menunjukkan perhatian, kasih sayang, dan pengertian mengenai perbuatannya yang harus diselesaikan sendiri oleh anak.
12. Tahap penyesuaian
Mama perlu melakukan beberapa penyesuaian dalam merespon anak saat melakukan kesalahan. Dari yang awalnya merespon dengan memberikan hukuman, kini berubah menjadi dukungan. Hal itu akan berdampak pada anak.
Hubungan Mama dengan anak akan semakin dekat. Mama dapat mengawali pola asuh yang baru ini dengan mulai mendengarkan, mengajukan pertanyaan, dan berefleksi.
Bagaimana Mama, tertarik untuk mencobanya?
Semoga informasi dari Popmama.com mengenai cara efektif mendidik anak menjelang usia remaja dapat menjadi bekal bagi Mama melatih tanggung jawab dan kedisiplinan anak secara tepat sesuai usia!
Selamat mencoba dirumah!
Baca juga:
- Popmama Talk: Putuskan Rantai Toxic Parenting kepada Anak
- 7 Tips Memperingatkan Anak Tanpa Membentak! Lakukan dengan Tepat, Ma
- Hati-Hati Ma, Inilah yang Terjadi Jika si Kecil Sering Dikekang