5 Cara Melatih Otak Anak agar Terbiasa Berpikir Optimis
Jangan biarkan kesalahan di masa lalu menghambat anak untuk melangkah ke depan
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tak dapat dipungkiri bahwa memasuki usia pelajar, banyak anak-anak yang mengalami tekanan. Mulai dari tuntutan pekerjaan rumah, ujian, kompetisi, hingga menjadi siswa yang berprestasi. Meski sudah kewajiban pelajar untuk belajar, tak jarang anak merasa pesimis dan kurang percaya diri.
Sikap pesimis yang muncul akibat dari kegagalan, kesalahan, bahkan kekalahan selama proses belajar pun bisa membuat anak menyerah dalam mencapai impiannya. Anak juga bisa meragukan diri sendiri dan takut akan masa depan.
Jika larut dalam pemikiran seperti ini, anak tentu akan sulit bergerak maju. Oleh karena itu jangan biarkan hal ini terjadi pada anak mama ya! Ada beberapa hal yang bisa Mama tanamkan pada anak agar ia bisa berpikir optimis.
Nah kali ini Popmama.com telah merangkum lima cara melatih otak anak agar terbiasa berpikir optimis. Yuk simak!
1. Mengucapkan kalimat afirmasi positif setiap pagi
Kalima afirmasi merupakan pernyataan yang terus diucapkan pada diri sendiri sehingga diyakini benar adanya. Secara tidak langsung, afirmasi membentuk identitas diri seorang anak. Afirmasi juga membantu anak untuk melawan stres dan pikiran negatif yang menghancurkan diri sendiri.
Nah sebagai permulaan, anak mungkin merasa canggung untuk mengucapkan kalimat ini pada diri sendiri. Sehingga Mama dapat mulai memberikan kalimat afirmatif positif ini pada anak sebelum berangkat sekolah.
Misalnya, "kamu harus yakin kalau kamu pasti bisa" atau sesederhana "Jangan berhenti berjuang". Jika ini rutin diberikan, anak akan mengembangkan pemikiran positif bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu.
Akhirnya kalimat ini menjadi mantra positif untuk membangun mood dan semangat anak setiap hari. Jika dilakukan secara konsisten, ini bisa menambah kepercayaan diri dan membuat anak jauh lebih produktif. Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai pun akan semakin lebih dekat.
2. Berdamai dengan keadaan dan fokus pada hal-hal yang bisa anak kendalikan
Sebagai orang dewasa, mungkin Mama sudah menyadari bahwa dalam hidup ini penuh dengan berbagai hal yang berada di luar kendali. Menang atau kalah, berhasil atau gagal, bahkan perilaku orang lain bukanlah hal yang bisa dikendalikan.
Alih-alih stres karena hal eksternal, penting bagi remaja yang memiliki energi berlebih untuk menyimpan energi tersebut, agar ia bisa fokus terhadap diri sendiri. Beri tahu anak bahwa ia tidak boleh membuang-buang waktu mengurusi hal yang ada di luar kendalinya.
Ia juga harus belajar berdamai dengan diri sendiri dan keadaan bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan.
Pemikiran ini membantu anak untuk terus melangkah dan tetap melakukan yang terbaik walau dunia sedang tidak baik-baik saja.
3. Pastikan anak berada di lingkungan yang positif
Tahukah Mama pepatah yang mengatakan, jika berteman dengan pandai besi, kemungkinan akan terjilat api dan terkena asapnya. Namun apabila berteman dengan tukang minyak wangi, pasti ikut berbau harum. Dengan kata lain, orang di sekeliling anak membawa pengaruh yang berarti dalam kehidupannya.
Itulah mengapa penting bagi Mama untuk memastikan anak berada di liungkungan yang positif. Mama mungkin memang tak bisa mengontrol anak untuk berteman dengan siapa pun, namun pastikan bahwa lingkungan terdekat anak, yaitu keluarga, dapat memberikan dampak positif bagi hidup anak.
Lama-kelamaan, anak akan sedikit banyak meniru perilaku orangtua dan mengerti bagaimana mengelilingi diri dengan orang-orang yang bisa menginspirasinya akan kebaikan. Punya lingkungan yang optimis akan membantu anak agar terbiasa melihat kesempatan alih-alih kesulitan.
4. Jangan biarkan anak berfokus pada kesalahan di masa lalu
Salah satu hal yang menghambat pemikiran optimis anak adalah kesalahan, kegagalan, atau kekalahan di masa lalu. Akui bahwa ini berat bagi anak, namun ingatkan juga bahwa setiap orang pernah mengalami hal ini.
Jangan biarkan anak sibuk menyalahkan diri tanpa melakukan sesuatu untuk memperbaikinya.
Alih-alih menyalahkan diri sendiri pada situasi di masa lalu, anak bisa belajar dari kesalahan. Dengan begitu, ia takkan mengulanginya di masa mendatang. Juga ingatkan anak bahwa kegagalan tidak mendefinisikan dirinya.
Justru, ia hanya sedang mundur beberapa langkah agar bisa melompat lebih jauh.
5. Menanamkan kebiasaan bersyukur pada anak
Cara terakhir untuk melatih otak anak agar terbiasa optimis adalah membiasakan anak untuk banyak-banyak bersyukur. Walau ada banyak hal yang mungkin menyebabkannya down, ia juga harus menyadari bahwa ada banyak hal di sekitarnya yang patut di syukuri.
Kebiasaan bersyukur ini bisa dilakukan dengan tradisi keluarga. Misalnya saat makan malam, setiap anggota keluarga harus menyebutkan satu hal yang membuatnya bersyukur di hari itu.
Atau agar lebih bersifat pribadi, Mama bisa meminta anak untuk menuliskan beberapa hal yang ia syukuri dalam sebuah jurnal atau buku diari. Apabila anak fokus pada segala hal yang ia miliki, ia tentunya akan merasa cukup.
Tanpa disadari, hal ini akan menciptakan kebahagiaan dalam hidup. Secara tidak langsung, hal-hal positif juga akan tertanam dalam mindset anak, dan menyebabkan pikirannya lebih optimis.
Kini Mama telah mengetahui apa saja cara melatih otak anak agar terbiasa berpikir optimis. Melakukan hal-hal di atas tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, jika anak mengembangkan kebiasaan ini secara perlahan, pikiran-pikiran pesimis akan semakin memudar dan hilang.
Pastikan Mama dan anak konsisten untuk bekerja sama agar kebiasaan ini tertanam dalam kehidupan anak ya!
Baca juga:
- 9 Kalimat Afirmasi Positif untuk Meningkatkan Semangat Remaja
- 5 Ciri-Ciri Anak yang Punya Sikap Optimis dan Percaya Diri
- 5 Cara agar Anak Percaya Diri saat Belajar Keterampilan Baru