Penyebab, Gejala, dan Dampak Trauma Relasional pada Remaja
Trauma relasional diakibatkan oleh terputusnya ikatan anak dengan orangtua di masa kanak-kanak
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Trauma memiliki dampak yang kuat pada kesehatan mental remaja, apakah trauma disebabkan oleh pelecehan seksual, atau akibat dari satu insiden, seperti kecelakaan mobil atau kebakaran rumah.
Bagaimanapun itu terjadi, trauma berdampak negatif bagi setiap orang yang mengalaminya, termasuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Salah satu jenis trauma yang jarang kita dengar disebut relational trauma atau trauma relasional.
Trauma relasional terjadi pada masa kanak-kanak ketika ikatan antara orangtua dan anak terganggu atau terputus. ini sangat berbahaya, karena hubungan antara seorang anak dan orang tua/pengasuh mereka memainkan peran besar dalam membentuk siapa mereka nantinya sebagai remaja dan dewasa.
Untuk mengetahui relational trauma lebih lanjut, berikut Popmama.com telah merangkum informasi seputar penyebab, gejala, dan dampak trauma relasional pada remaja. Yuk simak!
1. Apa itu trauma relasional?
Ketika memikirkan kata 'trauma', Mama mungkin membayangkannya sebagai peristiwa yang sangat menakutkan atau berbahaya. Ini mungkin bencana alam, kecelakaan mobil, serangan kekerasan, atau peristiwa serupa lainnya.
Terkena peristiwa traumatis dapat menyebabkan banyak masalah emosional, dan bahkan menyebabkan PTSD. Namun, trauma relasional berbeda.
Relational trauma disebabkan oleh paparan berkelanjutan terhadap disfungsi yang terjadi dalam hubungan tepercaya misalnya orangtua dan keluarga. Akibatnya, anak mulai merasa kurang atau tidak aman dalam hubungan itu, sehingga menyebabkan rasa tidak berdaya.
Dilansir dari BNI Treatment Centers, anak-anak yang tidak dibesarkan dalam hubungan yang aman, cenderung menjadi orang dewasa yang menanggung bekas luka masa kanak-kanak jenis ini. Mereka mungkin juga kerap menghindar karena tidak membiarkan dirinya terlalu dekat dengan orang lain.
Selain itu, anak dengan trauma relasional ini mungkin memiliki harga diri yang rendah hingga tertarik pada perilaku buruk seperti penyalahgunaan zat. Singkatnya, trauma relasional bisa menyebabkan dampak negatif pada identitas anak dan menyebabkan masalah interpersonal seumur hidup.
2. Faktor yang menyebabkan trauma relasional pada remaja
Trauma relasional terjadi ketika anak mengalami gangguan yang konsisten terhadap rasa aman dan dicintai dalam keluarga. Penyebab paling umum dari gangguan ini adalah pengabaian yang dilakukan oleh satu atau lebih orangtua atau pengasuh.
Orangtua dan pengasuh yang menciptakan trauma relasional bisa melakukannya secara sadar atau sengaja. Selain itu, di hampir semua kasus, pengabaian yang mengakibatkan trauma relasional tidak diobati. Ini menyebabkan, siklus dapat berlanjut dari generasi ke generasi.
Tak hanya pengabaian, ada beberapa penyebab jenis trauma relasional pada anak. Beberapa penyebab ini bisa terjadi ketika remaja masih berada di usia kanak-kanak, yaitu:
- Kekerasan dalam rumah tangga
- Pelecehan seksual
- Pelecehan fisik
- Penyalahgunaan zat
- Menelantarkan
- Pengabaian
3. Gejala trauma relasional yang dapat diperhatikan
Gejala jenis trauma ini akan berbeda berdasarkan sumber penyebabnya. Apakah anak dipukuli, diabaikan, menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga, dibesarkan oleh orangtua yang pecandu, dll, akan menghasilkan gejala yang berbeda.
Secara umum, ini adalah gejala umum dari trauma relasional:
- Motivasi rendah
- Sangat emosional
- Rendah diri
- Tidak dapat mengatasi situasi stres
- Depresi
- Keterlambatan belajar atau perkembangan
- Ketidakpercayaan terhadap figur otoritas
- Kecemasan sosial
- Manipulatif atau menunjukkan perilaku egois
- Perilaku menghindar
- Gejala somatik
- Seringkali menghidupkan kembali trauma masa lalu
- Memiliki sikap negatif
4. Dampak trauma relasional pada kesehatan mental remaja di masa kini dan masa depan
Remaja yang memiliki riwayat trauma relasional di masa lalu mungkin mengalami kesulitan dalam berbagai cara. Mereka mungkin berjuang untuk membentuk keterikatan dengan orang lain, yang dapat menghambat pertumbuhan sosial.
Beberapa cara trauma relasional dapat berdampak pada kesehatan mental remaja meliputi:
Kecemasan sosial. Kecemasan sosial menampilkan ketakutan yang intens ketika dihakimi atau diolok-olok oleh teman sebaya. Mereka cenderung menghindari lingkungan sosial, tidak tertarik pada olahraga atau kegiatan sosial, dan mudah malu.
Depresi. Gejala depresi dapat mencakup kesedihan yang terus-menerus, perubahan kebiasaan makan dan tidur, kelelahan, kehilangan minat, kemarahan, kemurungan, perasaan bersalah atau malu, dan pikiran untuk bunuh diri.
Rendah diri. Harga diri yang rendah dapat memengaruhi nilai dan kehidupan sosial remaja. Gejala harga diri rendah termasuk self-talk negatif, menghindari persaingan, lebih memilih video game untuk kebutuhan sosial, dan gangguan makan.
Ketika tidak ditangani, trauma relasional juga menyebabkan remaja mengalami kesulitan berhubungan dengan orang-orang dengan cara yang intim dan saling percaya di masa dewasa. Mereka tumbuh dengan mengetahui bahwa orang-orang yang ia sayangi adalah sumber rasa sakit.
Ini dapat meresap jauh ke dalam jiwa di mana mendorong perilaku remaja selama bertahun-tahun yang akan datang. Dampak trauma relasional sangat mirip dengan PTSD. Kedua kondisi ini memiliki sifat yang sama, seperti adanya ketakutan, kecemasan, ketidakpercayaan, dan ketidakamanan.
Keduanya dapat menyebabkan perilaku penghindaran, penyalahgunaan zat, dan menghidupkan kembali ingatan. Perbedaan utama antara jenis trauma ini adalah bahwa trauma relasional berakar pada hubungan masa lalu.
Di masa dewasa, jenis trauma masa kanak-kanak ini dapat terulang kembali. Sayangnya, anak mungkin mengulangi perilaku yang sama pada anak-anak mereka sendiri, sehingga mengulangi siklus tersebut.
5. Cara mengatasi remaja yang mengalami trauma relasional
Dilansir dari Newport Academy, pendekatan yang paling efektif untuk mengatasi trauma relasional adalah terapi yang berfokus pada menjalin hubungan otentik dan menciptakan mekanisme koping baru yang lebih sehat.
Kombinasi terapi klinis dan pengalaman, yang disesuaikan dengan individu, biasanya paling bermanfaat. Hal ini karena setiap kasus trauma relasional memiliki penyebab yang berbeda, tergantung pada usia remaja, tingkat keparahan trauma relasional yang diderita, dan bagaimana memengaruhi kehidupannya.
Beberapa perawatan untuk mengatasi trauma relasional meliputi:
- Terapi klinis
- Yoga dan meditasi
- Terapi petualangan
- Terapi seni kreatif
- Terapi musik
- Seni bela diri campuran
- Terapi dengan bantuan kuda
Membangun kepedulian dan memulai hubungan yang sehat, menjadi bagian penting dari penyembuhan trauma relasional. Pada dasarnya, remaja yang dalam pemulihan perlu menjadi "orangtua" bagi dirinya sendiri yang penuh kasih untuk menyembuhkan ikatan keterikatan.
Itulah beberapa informasi seputar penyebab, gejala, dan dampak trauma relasional pada remaja. Kasih sayang dan perhatian orangtua yang penuh sejak usia dini, menjadi tindakan pencegahan yang terbaik agar anak tidak mengembangkan trauma relasional di masa remaja.
Baca juga:
- 5 Jenis Kecemasan pada Anak yang Disebabkan oleh Trauma
- 7 Cara Bagaimana Hubungan dapat Menunjang Perkembangan Anak
- Tips Memperkuat Ikatan Bonding Orangtua dengan Anak