TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Sejarah dan Kisah Sunan Drajat, Berjiwa Sosial Tinggi

Sunan Drajat memilii prinsip penting saat berdakwah, yaitu 'Pepali Pitu' atau 7 Dasar Ajaran

Popmama.com/Aristika Medinasari

Dilansir dari Indonesia.go.id, mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Dengan persentase 87,2 persen atau lebih dari 207 juta muslim di Indonesia. Hal ini tentu tak bisa dilepaskan dari peran para tokoh yang menyebarkan ajaran Islam di Indonesia.

Tentu kamu sudah tak asing dengan Wali Songo, bukan? Wali Songo adalah sebutan bagi sembilan tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa.

Salah satu anggotanya, yaitu Sunan Drajat, memilki cara atau prinsip sendiri dalam menyebarkan agama Islam. Yaitu dengan cara 'Pepali Pitu' atau 7 Dasar Ajaran.

Ingin tahu seperti apa kisah dan ajaran yang dilakukan oleh Sunan Drajat?

Berikut Popmama.com telah merangkum Sejarah dan Kisah Sunan Drajat. Yuk simak!

1. Kisah hidup Sunan Drajat

ms.wikipedia.org

Sunan Drajat lahir di Ampeldenta, Surabaya, pada 1470 M dengan nama asli Raden Qasim. Ia adalah putra bungsu dari Sunan Ampel dengan Nyi Ageng Manila. Sunan Drajat adalah adik dari Raden Maulana Makdum Ibrahim alias Sunan Bonang.

Selain memiliki nama Raden Qasim, Sunan Drajat memiliki banyak nama atau julukan lainnya. Seperti Masaikh Munat, Raden Syarifuddin, Maulana Hasyim, Pangeran Kadrajat, atau Sunan Mayang Madu.

Sunan Drajat mendapatkan ilmu agama langsung dari ayahnya, Sunan Ampel, yang memimpin pondok pesantren Ampeldenta, Surabaya. Setelah beranjak remaja, ia merantau ke Cirebon untuk berguru kepada Sunan Gunung Jati.

Di Cirebon, Sunan Drajat menikahi putri Sunan Gunung Jati yang bernama Dewi Sufiyah. Hingga kemudian, ia kembali ke Ampeldenta bersama istrinya.

Sesampainya di Ampeldenta, Sunan Ampel meminta anaknya tersebut untuk berdakwah di daerah Gresik.

2. Dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi

Freepik/Jcomp

Sunan Drajat kemudian menuruti perintah ayahnya, sehingga ia meneruskan perjalanan menuju Gresik. Sunan Drajat menetap di Desa Banjarwati dan disambut baik oleh sesepuh kampung yang bernama Kiai Mayang Madu dan Mbah Banjar.

Ketika Sunan Drajat mengunjungi wilayah Jelag, Sunan Drajat mendirikan surau dan mengajar penduduk setempat. Hal ini karena daerah tersebut memiliki medan lebih tinggi dari tempat lainnya di Desa Banjarwati.

Meskipun tergolong lahir dari keluarga bangsawan, ia amat dekat dengan rakyat. Jiwa sosialnya tinggi serta mengutamakan kesejahteraan penduduk.

Sunan Drajat menekankan pada etos kerja keras dan empati berupa kedermawanan, sikap tenggang rasa, saling peduli, pengentasan kemiskinan, gotong royong, dan solidaritas sosial.

Ketika turun langsung ke masyarakat, ia juga mengajarkan banyak hal kepada warga, dari cara membangun rumah, membuat alat-alat untuk memikul orang seperti tandu atau joli, dan lain sebagainya.

Pada akhirnya, Sunan Drajat dijadikan imam pelindung oleh penduduk di pedukuhan Drajat. Sejak itulah, Raden Qasim mulai dikenal dengan nama Sunan Drajat.

3. Menanamkan 7 Dasar Ajaran atau yang disebut dengan 'Pepali Pitu'

Freepik/Jcomp

Mungkin kamu sudah menyadari bahwa setiap Wali Songo memiliki gaya atau cara dakwah yang berbeda. Termasuk Sunan Drajat. Ia mempunyai ciri khas ketika berdakwah, yaitu menanamkan 7 Dasar Ajaran atau yang disebut 'Pepali Pitu'.

Berikut adalah 7 Dasar Ajaran yang disampaikan Sunan Drajat, agar bisa menjadi dasar kehidupan sehari-hari umat muslim:

  1. Memangun resep tyasing sasama (Membuat senang hati orang lain).
  2. Jroning suka kudu eling lan waspada (Dalam suasana gembira, hendaknya tetap ingat Tuhan dan selalu waspada).
  3. Laksitaning subrata tan nyipa marang pringga bayaning lampah (Dalam mencapai cita-cita luhur, jangan menghiraukan halangan dan rintangan).
  4. Meper hardaning pancadriya (Senantiasa berjuang untuk menekan hawa nafsu duniawi).
  5. Heneng-Hening-Henung (Dalam diam akan dicapai keheningan, dalam hening akan dicapai jalan kebebasan mulia).
  6. Mulya guna panca waktu (Pencapaian kemuliaan lahir batin dicapai dengan menjalani salat lima waktu).
  7. Menehono teken marang wong kang wuto. Menehono mangan marang wong kang luwe. Menehono busana marang wong kang wuda. Menehono pangiyup marang wong kang kaudanan (Berikan tongkat kepada orang buta. Berikan makan kepada orang lapar. Berikan pakaian kepada orang tak berpakaian. Berikan tempat berteduh kepada orang kehujanan).

4. Mahir mengubah sejumlah tembang dan menampilkan pertunjukan wayang

indonesia.travel

Sebagaimana ulama Wali Songo lainnya yang berdakwah lewat seni dan budaya, Sunan Drajat juga mahir menggubah sejumlah tembang atau lagu.

Tembang terkenal yang dibyatnya adalah tembang 'tengahan macapat pangkur' untuk menyampaikan ajaran falsafah kehidupan kepada masyarakat.

Sunan Drajat juga pandai mendalang serta sesekali menampilkan pertunjukan wayang untuk sarana dakwahnya.

5. Wafat pada tahun 1522 M dan dimakamkan di Desa Drajat

id.wikipedia.org

Di masa tuanya, Sunan Drajat pindah ke kawasan Dalem Wungkur, arah selatan dari Desa Drajat, dengan berdakwah di sana.

Pada 1522 M, Raden Qasim atau Sunan Drajat tutup usia. Makamnya terletak di Desa Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur.

Peninggalan Sunan Drajat yang masih disimpan hingga sekarang adalah seperangkat gamelan yang disebut "Singo Mengkok" serta benda-benda seni lainnya.

Mengutip laman cagarbudaya.kemendikbud.go.id, makam Sunan Drajat dijadikan sebagai cagar budaya berdasarkan SK Menteri NoPM.56/PW.007/MKP/2010.

Nah itulah sejarah dan kisah Sunan Drajat, semoga ajarannya bisa menjadi inspirasimu untuk berbuat baik dan memiliki jiwa sosial yang tinggi pada sesama ya!

Baca juga:

The Latest