7 Sejarah Hari Raya Natal yang Perlu Anak Ketahui
Kata 'Natal' diambil dari Bahasa Latin 'Dies Natalis' yang artinya 'Hari kelahiran'
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mendekati tanggal 25 Desember, Mama dan keluarga tentu sudah melihat ada banyak pohon Natal beserta pernak-perniknya yang dipasang di berbagai tempat. Bagi keluarga yang merayakan Hari Raya Natal tentu semakin tidak sabar, bukan?
Menjelang Hari Raya Natal, umumnya keluarga Nasrani mulai memasang pohon Natal, membeli dan membungkus kado, menyiapkan kue kering, menyaksikan film Natal, hingga menyanyikan lagu-lagu Natal bersama.
Namun, pernahkah Mama memberi tahu anak tentang sejarah Natal itu sendiri? Selain identik dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus, Natal merupakan bentuk perayaan yang terus mengalami perkembangan hingga saat ini.
Untuk menambah pengetahuan anak seputar sejarah Hari Raya Natal, berikut Popmama.com telah merangkumnya dalam tujuh sejarah Hari Raya Natal yang perlu anak ketahui. Yuk simak!
1. Hari Raya Natal sudah dirayakan jauh sebelum kelahiran Tuhan Yesus
Mungkin anak mama akan terkejut saat mengetahui informasi yang satu ini, mengingat Hari Natal sendiri diidentikkan dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus, sehingga pasti anak berpikiran bahwa Natal mulai dirayakan saat atau setelah adanya kalender Masehi.
Kenyataannya, orang-orang sudah merayakan Natal jauh sebelum itu. Dilansir dari History.com, menuliskan Hari Natal telah dirayakan di Eropa bahkan satu abad sebelum kelahiran Tuhan Yesus.
Perayaan tersebut dilakukan pada saat hari tergelap di musim dingin yang seringnya terjadi pada akhir Desember sebagai simbol selebrasi atas cahaya dan kelahiran.
Orang-orang merayakan hal ini dengan melihat kejadian-kejadian buruk yang terjadi selama musim dingin dan mengharapkan cahaya matahari yang berlangsung lebih lama.
2. Natal sangat erat kaitannya dengan budaya setempat
Jika di Indonesia sendiri Hari Natal seringkali identik dengan Pohon Natal dan bertukar kado, perayaan Natal sendiri terbilang berbeda-beda di tiap tempat.
Misalnya, pada jaman dulu di Skandinavia, Natal lebih dikenal dengan nama Yule dan dirayakan pada 21 Desember hingga awal Januari. Di sana, para Papa dan anak laki-laki dalam suatu keluarga akan membawa beberapa batang kayu besar dan membakarnya.
Orang-orang lalu berpesta hingga api bakaran tersebut padam dan ini bisa berlangsung selama 12 hari. Orang-orang Norwegia percaya tiap percikan api merepresentasikan lahirnya babi atau sapi yang bisa diternakkan di tahun depannya.
Sedangkan Natal di Jerman di masa itu, lebih identik dengan kehadiran dewa bernama Oden yang datang di tengah-tengah musim salju.
Orang Jerman begitu takut dengan dewa tersebut mengingat ia bisa terbang di malam hari, mengamati orang-orang, dan menentukan siapa yang layak mendapat berkah atau mendapat musibah. Maka itu, pada waktu tersebut, orang Jerman merayakan Natal dengan cara berdiam diri di dalam rumah.
3. Kata 'Natal' diambil dari bahasa Latin
Di Indonesia, perayaan kelahiran Tuhan Yesus dikenal sebagai Natal. Nama ini mungkin dapat membuat anak mama bingung mengingat di dalam terjemahan bahasa Inggrisnya, Natal diartikan sebagai Christmas yang mana pengadaptasian katanya sangat jauh.
Namun kenyataannya, kata 'Natal' sendiri diambil dari bahasa Latin 'Dies Natalis' yang artinya 'Hari kelahiran'.
Sedangkan pada Bahasa Inggrisnya, yaitu Christmas, dilansir dari Britanica, kata tersebut punya arti mass on Christ’s Day atau misa di hari Kristus. Itulah mengapa selalu ada perayaan misa oleh masyarakat Nasrani saat malam Natal dan pada saat hari Natalnya di 25 Desember.
Di negara lain, Natal dikenal dengan banyak nama. Untuk di Jerman, namanya adalah jōl, sedang untuk Anglo-Saxon, dikenal sebagai geōl. Spanyol navidad, Itali natale, dan Prancis Noël.
4. Natal sebagai hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus sempat menuai perdebatan
Masih dilansir dari Britannica, disebutkan bila menentukan Natal sebagai perayaan hari lahir Yesus Kristus di kala itu cukup menimbulkan banyak kontra.
Beberapa pihak pada saat itu menilai kelahiran Yesus Kristus tidak tepat dirayakan saat Natal, mengingat Natal sendiri merupakan budaya pagan dan itu bertentangan dengan nilai keagamaan Nasrani.
Selain itu, tidak ada orang yang tahu secara pasti kapan lahirnya Yesus Kristus mengingat di Alkitab sendiri, tanggal lahir Yesus tak disebutkan.
Namun pada akhirnya, di 211, Sextus Julius Africanus mempercayai hari lahir Yesus Kristus adalah 25 Desember. Kemudian pernyataan itu diakui oleh Paus Julius I dan akhirnya dirayakan secara universal hingga sekarang.
Beberapa informasi mengatakan 25 Desember sendiri merupakan 'dies solis invicti nati' atau hari kelahiran matahari yang tak tertaklukkan.
Sedangkan dalam budaya Kerajaan Romawi, 'dies solis invicti nati' merupakan hari libur populer yang merayakan simbol kehadiran kembali matahari yang mengusir musim dingin dan menjadi penanda kembalinya musim panas serta musim semi.
5. Perayaan Natal sempat ditiadakan di Eropa hingga di Amerika
Di Eropa sendiri, terdapat perubahan budaya perayaan Natal yang terjadi pada awal abad 17. Oliver Cromwell dan kelompok Puritannya sempat mengambil alih Inggris pada 1645 dan menyatakan untuk meniadakan perayaan Natal.
Namun, Natal kembali dirayakan setelah Charles II kembali menjadi raja dan banyak warganya yang meminta hari tersebut kembali dirayakan.
Tak hanya di Eropa, di Amerika sendiri terjadi masalah serupa sempat terjadi pada 1620. Kala itu ada kelompok Puritan yang lebih ortodoks ketimbang Cromwell datang ke benua tersebut dan membuat koloni di Boston.
Alhasil, pada 1659 hingga 1681, Boston melarang sama sekali adanya perayaan Natal.
6. Awal mula perayaan Natal di Indonesia ada sedikit banyak berhubungan dengan penjajahan
Nah bagaimana perayaan Natal kemudian bisa masuk di Indonesia?
Bagi anak-anak yang belum tahu, perayaan Natal masuk di Indonesia hampir bersamaan dengan hadirnya Agama Kristen di Nusantara, mengingat Natal sudah menjadi simbol kelahiran Yesus Kristus.
Akan tetapi, kapan pastinya budaya tersebut masuk, hal tersebut tidak diketahui secara jelas dikarenakan kurangnya catatan sejarah yang tertulis.
Namun pada tahun 1966, terdapat tulisan dari J. Bakker SJ di majalah Basis yang mengatakan bahwa Agama Katolik setidaknya sudah disebarkan di area Sumatra utara, pada abad ke-7.
Sehingga ini bisa menjadi tanda bahwa seharusnya Natal sudah dirayakan oleh sejumlah orang di Nusantara sejak abad tersebut.
7. Natal di Indonesia juga turut dirayakan dengan berbagai cara
Layaknya di negara-negara lain, perayaan Natal di Indonesia sendiri juga banyak yang diadaptasikan dengan budaya setempat. Sehingga membuat perayaan Natal di tiap daerah Indonesia cukup berbeda satu sama lain.
Misalnya beberapa Gereja di Yogyakarta, mengadakan gelaran wayang kulit dengan tema Kelahiran Yesus Kristus untuk perayaan 25 Desember, sedangkan di Flores, perayaan Natal dilakukan dengan menembakkan meriam bambu yang berisi kembang api.
Itulah beberapa sejarah Hari Raya Natal yang perlu anak ketahui. Kini anak telah mengetahui bahwa perayaan Natal tak hanya tentang Pohon Natal atau tukar kado saja.
Ada banyak sejarah yang menyertai perayaan Natal hingga saat ini bisa dirayakan bersama-sama oleh keluarga tercinta.
- Berkesan, Inilah 10 Puisi Bertema Natal untuk Anak Sekolah Minggu
- 11 Puisi Natal yang Menyentuh Hati, Baca Bersama si Kecil Yuk!
- 8 Rekomendasi Lagu Natal Anak, Yuk Ajak Anak Menyanyikannya