5 Hal yang Wajib Mama Lakukan Jika Rapor Anak Jelek
Apakah Mama harus marah dan menghukum Si Anak?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
ABG Mama baru terima rapor kan? Nah, jika nilai rapor anak jelek, apa yang Mama harus lakukan? Mama perlu ingat bahwa rapor memberikan informasi perjalanan proses belajar yang dijalani si Anak. Yang paling penting dari rapor, bukan angka dan komentar guru.
Nilai jelek bukanlah akhir dari segalanya. Mama dan Papa perlu ingat bahwa proses belajar membutuhkan tiga komponen yang harus saling bersinergi dan tak terpisahkan yaitu si Anak, sekolah, dan orangtua.
Nilai jelek di rapor bisa berarti ada komponen dalam proses belajar yang kurang efektif. Jadi, daripada marah-marah, mending ikuti cara Popmama.com ini.
1. Tetap tenang, hindari prasangka
Rasa terkejut saat menerima rapor si Anak dengan hasil yang jauh dari harapan pastinya membuat Mama dan Papa kaget, lalu bikin kepala pening dan ingin marah. Tahan, Ma. Tahan, Pa. Mengumbar emosi kepada anak bukanlah pilihan yang tepat. Sikap reaktif akan memengaruhi harga diri anak,sebab tidak ada seorang pun yang mau direndahkan.
Tarik napas dalam-dalam sambil menghitung 1 hingga 10, lalu lepaskan perlahan-lahan. Keep calm and carry on.
Setelah tenang, jauhkan prasangka negatif pada si Anak, gurunya, atau bahkan pada diri Mama sendiri. Cobalah jadi detektif untuk menginvestigasi dan introspeksi. Gunakan kata tanya kenapa dan bagaimana nilainya jelek.
2. Fokus pada masalah, jangan menyalahkan
Proses belajar melibatkan keterampilan berpikir, sosial, komunikasi, manajemen diri, dan riset, sekaligus motivasi dalam menjalani proses tersebut. Mama menyekolahkan si Anak untuk mengasah keterampilan tersebut, namun bukan berarti itu semua kewajiban sekolah karena Mama dan Papa sudah membayar. Jadi sekolah butuh bantuan Mama dalam mendukung proses belajarnya.
Nilai rapor yang jelek memberikan informasi pada si Anak, orangtua, dan guru bahwa ada yang tidak berjalan dengan baik dalam proses belajar tersebut. Ada keterampilan yang belum dikuasai olehnya dan membutuhkan bantuan dari Mama, Papa, dan guru.
Hal ini bukan salah siapa pun, jadi jangan menyalahkan. Apalagi menyalahkan sekolah dengan alasan sudah membayar uang sekolah. Popmama.com ingatkan ya, Mama. Pendidikan si Anak bukan hanya tanggung jawab sekolah, apalagi ia berada di sekolah kurang dari 12 jam sehari.
Fokus pada masalah adalah kunci, investigasi bersama si Anak dan guru adalah kuncinya dan dengan hati dan kepala tetap kalem. Pasti, deh anak mama tidak takut untuk bercerita masalah yang dihadapi dan tidak takut untuk meminta bantuan.
3. Diskusi dan berkolaborasi dengan guru
Guru adalah rekan Mama dalam belajar si Anak. Guru wali kelas dan guru mata pelajaran pasti akan senang hati jika Mama mau berkolaborasi dengan mereka. Sebab Mama perlu ingat, mereka harus mendampingi banyak siswa, bukan anak Mama saja.
Jalin hubungan positif dengan para guru di sekolah. Tawarkan dukungan yang Mama dapat lakukan di rumah agar si Anak makin cemerlang dalam belajarnya. Sebab jika ia mendapat dukungan di rumah, hal tersebut dapat membuatnya lebih mudah pula di sekolah.
Popmama.com yakin Mama juga akan menghadapi tantangan yang serupa jika Mama berada dalam posisi seperti para guru. Ketika si Anak, Mama, dan guru berkolaborasi maka imposible is nothing. Percaya, deh!
4. Tawarkan bantuan, bukan menghukum
Tawarkan juga bantuan pada si Anak, sebab seringkali mereka tahu jika mereka tidak bisa. Namun mereka berasa tanpa petunjuk untuk harus melakukan apa. Saat itulah Mama wajib menawarkan bantuan dengan diskusi dua arah tentunya. Jika mereka dihukum karena nilai jeleknya, itu tidak menyelesaikan masalah yang sebenarnya.
Jika Mama sudah berbicara hati ke hati dengan si Anak namun Mama ragu apakah dapat menolong langsung, cobalah tawarkan kegiatan tutor atau tambahan pelajaran di rumah. Atur jadwalnya dengan anak mama, sebab dia juga membutuhkan istirahat yang cukup agar dapat bertempur di sekolah.
Mama juga dapat meminta rekomendasi dari guru tentang guru les. Popmama.com ingatkan para Mama, jangan minta guru walikelas untuk jadi guru tutor si Anak. Sebab secara kode etik sudah salah dan ada potensi bias dalam penilaian.
5. Ajak Si Anak membuat perencanaan
Tahap selanjutnya buat perencanaan dengan si Anak tentang target jangka pendek dan panjang. Ajari dan dampingi si Anak bahwa target atau tujuan itu harus spesifik, terukur, dan dapat dicapai dalam waktu tertentu. Setelah sepakat tentang perencanaan termasuk konsekuensinya, Mama dan Papa tetap berkolaborasi dengan guru dalam melakukan supervisi atas pencapaian rencananya.
Kolaborasi antara si Anak, Mama, Papa, dan guru dalam pendampingan belajar pasti akan membantunya mencapai tujuan belajarnya dan bahkan cita-citanya. Gantungkanlah cita-cita setinggi langit dan tahu cara menggapainya!
Baca juga: 10 Cara Membuat Anak Mama Suka Belajar Tanpa Perlu Dipaksa