TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Internet Aman, Google Beri Tips Bangun Kebiasaan Digital yang Sehat

Aktivitas anak di internet harus terus dipantau lho, Ma

Pexels/julia-m-cameron

Tidak semua orangtua paham tentang keamanan berinternet. Mereka membiarkan anak mengutak-atik gadget tanpa mengetahui bahaya yang mengancam. Terlebih lagi di masa pandemi sekarang, anak punya kebebasan lebih dalam berselancar di internet.

Veronica Utami, selaku Country Marketing Director untuk Google Indonesia, Filipina, dan Asia Tenggara, mengungkapkan bahwa baru sekitar 66% orangtua Indonesia yang menggunakan fitur keamanan kelaurga online. Sisanya, mereka masih sangat rentan terhadap bahaya cybercrime atau kejahatan siber.

Maka dari itu, berbarengan dengan peringatan Hari Keluarga Nasional yang jatuh pada Selasa (29/6/2021), Google Indonesia mengadakan sebuah acara bertajuk “Safer with Google”. Acara yang diadakan pada Rabu (30/6/2021) tersebut bertujuan untuk mengajak seluruh keluarga Indonesia untuk lebih memerhatikan keamanan ketika berinternet.

Ada banyak informasi dan tips dari Google yang pastinya akan sangat bermanfaat buat Mama sekeluarga, nih. Maka dari itu, yuk simak rangkuman yang telah disajikan Popmama.com di bagian berikut ini!

Dedikasi Google dalam Menciptakan Lingkungan Internet yang Bebas Hoaks

Youtube.com/Google Indonesia

Persoalan mengenai berita bohong atau hoaks memang bukanlah cerita lama. Akan tetapi, fenomena tersebut semakin viral terutama di masa meletusnya wabah Covid-19. Informasi yang simpang-siur mengenai vaksin dan lainnya bertebaran bebas di dunia maya.

Menyikapi hal ini, Putri Alam, Director Goverment Affairs dari Google Indonesia, mengatakan bahwa mereka telah menganggarkan dana sebesar 6,5 juta Dolar untuk merangkul sejumlah perusahaan nirlaba dan para jurnalis supaya konten yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi.

Lebih jauh lagi, Putri menjelaskan kalau pihaknya juga berusaha dalam memastikan kebenaran informasi di setiap kalangan masyarakat. Sebagai contoh, Google menggaet Katadata untuk memerangi misinformasi yang terjadi di pasar,

Begitu juga dengan di tingkat sekolah, Google ingin memastikan agar tidak ada hoaks yang meracuni para siswa. Oleh sebab itu, dibuatlah Program Tular Nalar, bekerja sama dengan Maarif Institute dan Mafindo, supaya sekitar 26.000 guru dan tenaga pengajar di Indonesia punya kompetensi dalam memberantas misinformasi.

Kiat ini juga ditambah dengan kerja sama Google dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkomifo) untuk mengedukasi masyarakat Indonesia tentang literasi digital.

Yang Dikhawatirkan Orangtua Indonesia tentang Aktivitas Anak di Internet

Freepik

Nyatanya, bukan hanya fenomena misinformasi saja yang mengkhawatirkan. Banyak juga orangtua yang was-was tentang aktivitas yang dilakukan anaknya di dunia maya.

Sesuai dengan keterangan Veronica Utami, sekitar 42% orangtua Indonesia memiliki kekhawatiran mengenai keamanan informasi anak di internet, interaksi dengan orang yang tidak dikenal, serta konten yang dilihat. Berikut penjelasan selengkapnya:

1. Keamanan Informasi Anak

Yang dimaksud informasi di sini adalah data yang diberikan anak ketika berinternet. Sebagai contoh, ketika anak ingin berbelanja online, pastinya ada beberapa data penting yang harus dimaksudkan.

Nah, hal ini menimbulkan kekhawatiran apakah informasi yang dimasukkan tersebut terjamin keamanannya. Mereka takut apabila ada orang yang mencoba untuk meretas atau mencuri data tersebut dan digunakan untuk kepentingan buruk.

2. Menerima Perhatian dari Orang yang Tidak Dikenal

Ketika anak bermain Facebook atau Instagram, kemungkinan dirinya untuk berinteraksi dengan orang lain sangatlah besar. Bahkan cakupannya bisa sampai ke mancanegara.

Tidak menjadi masalah apabila interaksi yang dilakukan hanya sebatas menjalin pertemanan baru. Namun, akan menjadi masalah jika anak menjumpai orang yang tidak bertanggung jawab.

Ia akan sangat rentan terkena perundungan siber (cyberbullying) atau menjadi korban penculikan. Jangan salah, Ma. Pelaku kriminal tak perlu lagi melancarkan aksi secara offline. Mereka bisa melakukan modus penculikan lewat dunia maya.

3. Konten Informasi yang Dilihat Anak

Pastinya, Mama tidak ingin si Anak untuk melihat konten-konten yang tidak sesuai dengan umurnya. Hanya saja, internet tidak memiliki batasan. Semuanya bisa dengan mudah dicari, termasuk oleh anak-anak yang pikirannya belum begitu matang.

Tips Membangun Kebiasaan Digital yang Sehat dalam Keluarga

Popmama.com/Fria Sumitro

Lantas, bagaimana caranya supaya bisa menghilangkan kekhawatiran yang telah disebutkan tadi? Jadi, Mama harus terlebih dahulu menciptakan yang namanya kebiasan sehat dalam berdigital.

Kebiasaan-kebiasaan tersebut nantinya akan membantu Mama dan keluarga untuk tetap terproteksi sekalipun ketika berada di internet yang dipenuhi marabahaya. Cara untuk membangung kebiasaannya bagaimana? Yuk, simak di bagian berikut!

1. Mulai dari diri sendiri dengan memberikan contoh yang baik

Freepik/Pvproductions

Mama perlu tahu bahwa anak adalah peniru yang ulung. Terutama di usia yang masih belia, umumnya pemikiran kritis mereka belum terbentuk secara sempurna sehingga anak akan lebih sering mengkopi semua perilaku Mama. Maka dari itu, penting sekali agar membiasakan diri terlebih dahulu untuk nantinya memberikan contoh yang baik.

Nah, yang Mama bisa lakukan adalah dengan membuat password atau kata sandi yang kuat untuk setiap akun media sosial (medsos). Ingat, harus berbeda-beda. Sebab, apabila hanya menggunakan satu password, semua akun medsos akan mudah diretas oleh orang lain.

Dalam hal ini, Google memiliki beberapa fitur untuk meningkatkan ketangguhan dari password akun medsos Mama, yaitu:

1. Pendaftaran Otomatis Verifikasi Dua Langkah

Biasanya, perintah melakukan pendaftaran verifikasi dua langkah ini diminta ketika Mama membuat alat email Google baru. Nanti Mama akan ditanya apakah berkenaan untuk melakukan langkah tersebut.

Mengapa sih ini penting? Sebab, ini bisa mencegah orang tidak bertanggung jawab untuk dapat langsung mengakses akun Mama. Jadi, ketika Mama hendak masuk di akun Google, nantinya akan ada verifikasi tambahan yang harus dipenuhi agar bisa membuka akun tersebut.

2. Password Manager

Mengingat password banyak-banyak pasti merepotkan ya, Ma? Tapi jangan khawatir, karena Google memiliki fitur password manager yang mampu membuat, mengingat, menyimpan, dan mengisi sandi secara otomatis.

Fitur ini bisa langsung Mama lihat dengan pergi ke passwords.google.com. Di situ, Mama bisa mengatur, mengecek, atau memperbaharui semua sandi dari akun media sosial yang Mama miliki.

2. Membimbing anak dan keluarga untuk menemukan konten yang sesuai

Dok. Google

Memastikan agar anak mama mengonsumsi konten internet yang memang sesuai dengan usianya sangatlah penting. Dari Google sendiri, ada sejumlah fitur yang bisa Mama manfaatkan.

Pertama, Mama bisa mempelajari terkait digital parenting (pendidikan dunia digital) melalui laman Tangkas Berinternet. Di situ, Mama dapat melakukan sebuah diskusi tentang keamanan online. Tidak hanya itu saja, ada sebuah game bernama Interland yang dapat dimainkan oleh anak nih, Ma.

Bukan hanya itu saja, untuk lebih menyesuaikan konten untuk umur anak, ada beberapa produk dari Google lainnya yang dapat dimanfaatkan, seperti:

  • Family Link bisa membantu Mama untuk mengawasi penggunaan perangkat oleh anak-anak dan membatasi waktu yang mereka habiskan pada aplikasi tertentu.
  • YouTube Kids berguna untuk memastikan konten video yang anak tonton memang diperuntukkan untuk mereka.
  • Pilihan “Kids” pada Google Play untuk merekomendasikan berbagai game atau aplikasi yang cocok untuk dikonsumsi anak.

3. Melindungi diri dari hoaks dan misinformasi

Youtube.com/Google Indonesia

Seperti yang Mama tahu, banyak sekali informasi miring yang seliweran di dunia maya terutama di masa seperti saat ini. Maka dari itu, untuk melindungi diri dan keluarga dari jebakan misinformasi, Mama wajib banget untuk mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Mencari Tahu Sumber Berita

Informasi yang dikirim di media sosial sering sekali tidak mencantumkan asal sumber potongan berita tersebut. Atau bisa jadi, nama penulis dan sumber berita tersebut tertera, namun judulnya telah diedit maupun modifikasi.

Maka dari itu, penting sekali buat Mama untuk teliti mencari dari mana informasi itu berasal, siapa penulisnya, dan berasal dari website mana berita tersebut.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan menelusuri gambar yang ada. Jadi, Mama mengklik kanan gambar tersebut lalu pilih “Telusuri gambar ini di Google”.

2. Jangan Mengandalkan Satu Sumber Saja

Untuk mengetahui kebenaran sebuah informasi, Mama nggak boleh hanya terpaku pada satu sumber. Cari artikel berita lainnya yang ada di internet.

Apabila ada banyak liputan lain yang membahas topik tersebut, besar kemungkinan berita tersebut adalah benar terlebih lagi jika berasal dari website berita yang terpercaya.

3. Cek Fakta dengan Fact Check Explorer

Apabila Mama kesulitan untuk mencari sendiri kebenaran dari sebuah informasi, Google ada solusinya, nih.

Langsung saja Mama pergi ke situs Google Fact Check Explorer (toolbox.google.com/factcheck/explorer?authuser=0) dan masukkan informasi di kotak mesin pencarian yang ada.

Mama sudah baca informasi tentang menciptakan kebiasaan digital sehat dari Google. Mulai sekarang, Mama harus selalu mengawasi segala jenis aktivitas yang dilakukan anak di dunia internet.

Baca Juga:

The Latest