Santri di Jambi Dibully Seniornya Hingga Masuk Rumah Sakit
Seorang santri di Jambi dibully seniornya yang sudah lulus
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kasus bullying kembali terjadi, APD seorang santri berusia 12 tahun kelas VII asal Jambi, diduga dibully oleh dua orang seniornya hingga dilarikan ke rumah sakit.
Santri dari Pondok Pesantren Tawakal Tri Sukses tersebut sampai mengalami luka lebam di bagian paha, dan bagian kelaminnya. Korban diketahui juga trauma berat akibat kejadian tersebut.
Rikarno Widi Setiawan, ayah korban mengaku tidak terima dan langsung melaporkan kasus tersebut ke Polda Jambi.
Simak informasi lengkapnya yang telah Popmama.comrangkum berikut ini.
1. Pertama Kali Terungkap Karena Korban Menelpon Ayahnya
Awalnya APD menelepon ayahnya dan berkata "Yah, kalau ayah tidak mau menyesal, jemput saya sekarang."
Setelah mendengar telepon dari anaknya tersebut, Rikarno segera bergegas menuju pondok pesantren. Sesampainya disana Rikarno melihat APD yang tampak terbaring kesakitan di Unit Kesehatan Pondok (UKP).
APD kemudian dibawa ayahnya pulang. Ketika berada di rumah, barulah APD bercerita bahwa ia telah dianiaya oleh dua orang seniornya.
2. Pelakunya adalah Senior yang Sudah Lulus
Para pelaku berinisial R dan F, ternyata sudah lulus SMA dan diketahui sedang mengabdi di pondok pesantren tersebut.
Rikarno mengatakan bahwa mulut anaknya dibekap, kaki dan tangannya dipegang dengan kuat, kemudian kemaluan anaknya ‘digesek’ secara paksa menggunakan kaki pelaku, bahkan pelaku juga sempat menginjak perut korban.
APD mengalami lebam di bagian kedua paha, bengkak pada bagian kemaluan, dan cedera di bagian perut sebagai akibat serangkaian penganiayaan itu.
3. Ternyata Korban Kerap Kali Mendapat Bullying
Rikoarno mengungkapkan perundungan yang dialami oleh putranya bukan kali pertama terjadi.
Pasa September, anaknya diduga pernah didorong dan dijepit ke lemari besi. "Pada bulan 9 pertama kali, sampai urat saraf dibelakang ini terjepit hingga bahu belakang bengkak tapi pelaku berbeda dan di lain tempat," jelasnya.
APD juga selalu mendapat tekanan dari pondok pesantren, agar berbicara hal-hal yang baik saja kepada orangtuanya.
"Sudah sering terjadi perundungan. Tapi pihak pondok selalu memberikan pesan kepada muridnya agar menceritakan pada orang tua yang bagus-bagus saja," sambungnya.
Kasus perundungan ini sudah dilaporkan ke pihak pondok pesantren, tetapi tidak direspons, Rikarno yang tak terima pun segera melapor ke Polda Jambi. Laporannya bernomor: STPL/343/XI/2023/SPKT/Polda Jambi.
Kabid Humas Polda Jambi, Kombes Pol Mulia Prianto membenarkan jika ada laporan terhadap pelaku perundungan di pesantren.
"Laporan tersebut sedang dipelajari dan didalami oleh Subdit 4 Dit Reskrimum Polda Jambi untuk selanjutnya dilakukan penyelidikan dan penyidikan," katanya, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat pada Sabtu (02/12).
Selain itu, untuk perkembangan hasil penyelidikan, pihak kepolisian segera menyampaikan kepada publik. Sehingga proses hukum akan tetap berjalan.
4. Kondisi Korban
Korban menggalami luka serius dibagian buah zakar, dan lebam dibagian paha. Sehingga harus dirawat di RSUD Raden Mattaher Jambi selama dua hari sejak Selasa (28/11/2023) hingga Kamis (30/11/2023).
Setelah keluar dari rumah sakit, APD langsung melakukan visum di RS Bhayangkara, kemudian membuat laporan ke Polda Jambi.
"Secara fisik sudah membaik, tetapi secara psikis masih mengalami trauma berat. Sekarang sedang menjalani pemulihan trauma dari psikolog," kata Rikarno.
5. Berakhir dengan Damai
Kasus penganiayaan yang menyebabkan APD (12), santri kelas VII Pondok Pesantren Tawakal Tri Sukses, Kota Jambi, mengalami cedera serius oleh dua seniornya, pada akhirnya berakhir damai.
Rikarno yang ditemani kedua pelaku R dan F, datang ke Polda Jambi untuk mencabut laporan pada Senin (4/11/2023).
Rikarno mengatakan, pihaknya bersama orangtua pelaku sudah melakukan mediasi secara kekeluargaan.
"Kita laporan kemarin karena posisi lagi emosi dengan adanya anak terbaring di rumah sakit. Manusiawi sekali saya rasa karena emosi lagi memuncak. Adapun setelah kita mediasi, mencapai beberapa kesepakatan itu, cukup diketahui internal kami. Akhirnya, lebih baik berdamai," kata Rikarno di Polda Jambi.
Rikarno mengatakan, keluarga pelaku bersedia bertanggung jawab penuh untuk membiayai perawatan rumah sakit dan psikis anaknya sampai benar-benar pulih. Sementara, pihak pondok pesantren juga telah menunjukkan itikad baik dengan mendatangi rumah korban yang berada di Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi. Rikarno menjelaskan, keluarga belum memutuskan apakah korban akan pindah sekolah. Namun, anaknya tetap meminta untuk kembali melanjutkan sekolah di Ponpes Tawakal Tri Sukses Jambi.
Kasus bullying bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi tugas dari orangtua, guru, staf sekolah hingga masyarakat untuk memastikan setiap anak merasa dihargai dan dilindungi.
Sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui dampak jangka panjang bullying bagi anak-anak, agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi di masa depan. Semoga nantinya dapat tercipta lingkungan pendidikan yang bebas dari intimidasi, di mana setiap anak dapat tumbuh dan berkembang tanpa rasa takut.
Baca juga :
- Anak SD di Bekasi Jadi Korban Bullying Usai Anak SMA Kalah Main Bola
- Peran dan Cara Orangtua dalam Menjadikan Anak Kebal dari Bully
- Kronologi Fatir Dibully hingga Kakinya Diamputasi dari Sang Mama