Eksklusif: Jadi Papa Perfeksionis, Oka Antara Buat Tiga Langkah Sederhana agar Anak Meraih Kesuksesan
Menjadi orangtua perfeksionis tidak selalu buruk, ada hal positif yang tetap bisa diterapkan kepada anak
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Merawat anak tentu memiliki banyak tantangan. Kehadiran buah hati di tengah pernikahan Mama dan Papa menandakan bahwa kalian mempunyai pekerjaan baru yang perlu dipikul seumur hidup, yaitu menjadi orangtua.
Setiap orangtua memiliki pola pengasuhan yang berbeda-beda dan tidak bisa disamakan dengan orangtua lain. Aktor senior Oka Antara akui dirinya cukup perfeksonis dalam banyak hal, termasuk dalam pengasuhan anak.
Perfeksionis sebagai orangtua di sini bukan berarti Oka Antara menuntut ketiga anaknya untuk ‘serba sempurna’. Justru, artis kelahiran 1980 ini termasuk Papa yang suportif tanpa memaksakan anak-anaknya harus mencetak prestasi membanggakan.
Tidak selalu negatif, Oka Antara membagikan pendapatnya tentang kelebihan menjadi orangtua perfeksionis. Kira-kira apa saja ya, Ma? Yuk, simak wawancara eksklusif Popmama.com bersama Oka Antara.
1. Punya jiwa perfeksionis, Oka Antara tetap butuh peran istri dalam mengambil keputusan
Menikah pada 7 Juli 2008, Oka Antara dan Rara Wiritanaya telah dikaruniai satu orang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki. Uniknya, pasangan yang terpilih sebagai Millennial Couple of the Month edisi Februari 2023 ini mempunyai sifat bertolak belakang.
Oka mengatakan jika dirinya mempunyai jiwa perfeksionis, sangat berbeda dengan istrinya yang cenderung mengikuti arus kehidupan.
“Saya, sangat (perfeksionis). Kalau istri nggak sama sekali, istri going with the flow, saya perfeksionis banget. Perfeksionis kesannya saya tahu apa yang saya lakukan, tapi aslinya saya masih meraba, jadi tetep ada keraguan dalam menentukan suatu hal,” kata Oka Antara dalam wawancara eksklusif bersama Popmama.com.
Menurut Oka, keraguan sangat diperlukan ketika kita sebagai orangtua akan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan anak. Pasalnya, jika tidak ada keraguan, ditakutkan bisa berdampak fatal karena pemikiran seseorang bisa terkesan subjektif.
“Keraguan harus ada, apalagi jika berkaitan dengan anak. Kalau nggak ada pertimbangan ini dan itu, ditakutkan nanti bisa berdampak fatal banget, karena kita sok tahu, berujung salah. Keraguan yang ngebikin saya sebagai orangtua tetap waras. Makanya, istri perlu terlibat dalam pengambilan keputusan,” tambahnya.
2. Oka Antara berikan kalimat penenang dan penyemangat ketika anak gagal mencapai sesuatu
Ketika ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai ekskpektasi, Oka terbiasa untuk memberikan kalimat penenang dan penyemangat kepada anak-anaknya agar tidak stres atau bahkan sampai overthinking.
“Saya belum melihat anak-anak saya punya jiwa perfeksionis. Tapi, anak pertama (Shara) dan kedua (Ruga) mulai kelihatan agak perfeksonis. Ketika ada yang nggak berjalan sesuai rencana mereka, saya nenanginnya seperti ‘take it easy, jangan terlalu fokus sama sesuatu yang bisa dicapai secara instan’ karena sesuatu yang bisa dicapai secara instan itu pasti akan hilang cepat,” terang Oka Antara.
Pemain Gilang dalam film Noktah Merah Perkawinan ini meyakinkan ketiga anaknya bahwa semua orang butuh berproses. Jika ingin mencapai kesuksesan, semuanya harus dirancang dari awal secara perlahan, tidak perlu terburu-buru. Tidak heran, proses seseorang menuju kesuksesan bisa terkesan sangat lambat.
Selain itu, Oka selalu mengingatkan anak-anaknya bahwa orang yang bisa mencapai tahap sukses adalah orang yang dapat mengalahkan rasa bosan.
“Saya selalu terapin ke anak-anak kalau orang sukses itu adalah orang yang bisa menembus rasa bosan. Jadi step-nya itu berusaha, berhasil, bosan sama keberhasilannya, lalu melawan bosan. Jadi, harus ketemu bosan kedua. Itu harus diterapin, karena kalau mereka mau nyerah kapan aja itu gampang banget. Makanya, proses sukses orang lama sekali,” ucap Oka Antara.
3. Oka Antara terapkan tiga langkah sederhana menuju kesuksesan pada anak
Anak yang berbuat salah bukan berarti dia kalah. Perlu Mama ingat, bahwa berbuat salah merupakan proses menuju keberhasilan. Bahkan, sekelas atlet pemenang olimpiade pun pasti pernah melewati fase kegagalan sebelum benar-benar berhasil mencetak gelar juara.
Oleh karena itu, Oka selalu bilang kepada anak-anaknya bahwa menang atau kalah tidak masalah. Justru, Oka akan khawatir jika melihat ketiga anaknya tidak serius dalam melakukan apa yang disukainya.
“Saya selalu bilang sama anak, ‘menang atau kalah papa nggak pernah khawatir’. ‘Kamu latihan setengah-setengah baru papa khawatir’. Yang terpenting anak-anak saya bisa terapin apa yang mereka latih, jangan sampai latihan mereka sia-sia. Setelah dengar itu, mereka jadi nyantai, nggak takut berbuat salah,” ujar Oka Antara.
Bagi Oka, perjalanan anak dalam meraih kesuksesan memiliki tingkatan tersendiri. Oka membaginya menjadi tiga tahapan. Untuk sekarang, ketiga anak Oka masih berada di tahap belajar untuk belajar.
Di waktu yang sudah tepat, nantinya mereka akan melangkah ke tahap belajar untuk bersaing. Lalu, yang terakhir barulah belajar untuk menang.
Ketika sudah berada di tahap belajar untuk menang, maka anak harus belajar dengan sungguh-sungguh. Tiga tahapan tersebut Oka terapkan agar anak-anaknya tidak merasa terbebani dan tidak salah langkah.
“Tahapannya berbeda-beda. Makanya anak saya di bidang akademis nggak pernah saya paksa, karena mereka masih belajar untuk belajar. Soalnya, kalau mereka saya tuntut untuk belajar dapetin nilai bagus, ilmu yang sudah diserap akan keluar lagi. Itu saya terapin biar anak-anak tetap bisa have fun, rileks, dan nggak tegang saat belajar,” terang Oka Antara.
4. Memberikan reward dan kalimat apresiasi ketika anak telah memberikan hasil terbaik
Menghargai usaha anak yang telah memberikan hasil terbaik merupakan hal sederhana yang bisa dilakukan setiap orangtua agar anak tetap bisa merasa diapresiasi.
Oka sendiri pernah membelikan iPad dan sepatu sebagai bentuk apresiasi kepada anaknya yang telah berhasil meraih gelar juara di pertandingan basket.
“Waktu itu sih pernah anak menang basket saya beliin iPad, pernah juga beliin sepatu, karena kita kalau punya uang apalagi sih kalau bukan buat anak. Jadi ngapresiasi anak lebih ke beliin barang yang dia butuhkan sebagai bentuk reward kecil-kecilan. Kita sebagai orangtua ikutan senang pas lihat anak happy nerima hadiahnya,” jelas Oka Antara.
Tidak hanya berupa barang, Oka juga memberikan kalimat apresiasi kepada anak-anaknya agar bisa lebih semangat belajar. Oka pun terbiasa mengidentifikasi emosi anak untuk memastikan perasaan mereka dalam keadaan baik.
“Kalau kalimat apresiasi hampir setiap hari, kayak misalnya ‘kamu hebat’. Lalu, saya senang ngajak anak buat mengidentifikasi emosinya dia. Saya selalu tanya ‘sekolahnya gimana?’ dan saya senang kalau mereka jujur. Saya sangat menghindari sifat anak yang ngomong mereka baik-baik saja tapi nyatanya mereka lagi nggak baik-baik saja,” ungkap Oka Antara.
“Anak ketiga (Yusa) paling suka ngedumel terkait sekolah, tapi saya mending seperti itu. Menyampaikan emosi itu bisa keluar jadi emosi yang sehat dibanding bohong dengan keadaannya,” tambahnya.
5. Sikap perfeksionis sebagai orangtua bisa berjalan positif sekaligus negatif
Menurut Oka Antara, sifat perfeksionis sebagai orangtua bisa berjalan baik dan buruk, tergantung dengan bagaimana orangtua menerapkannya kepada anak.
Kelebihannya, sifat perfeksionis bisa membantu orangtua lebih memahami target dan membantu anak meraih tujuan mereka. Meski ketiga anaknya masih berusia remaja, Oka akui dirinya sudah memiliki tujuan akan seperti apa anak-anaknya di masa depan.
Di sisi lain, jiwa perfeksionis juga bisa berlangsung buruk apabila Mama atau Papa punya pasangan yang perfeksionis. Sebab, di antara mereka jadi tidak ada yang bertugas sebagai ‘rem’ atau penetralisir.
“Buruknya itu kalau pasangan kita sama-sama perfeksionis juga. Menurut saya penting sih ada pasangan yang perfeksionis dan satu lagi yang berkebalikan. Jadi bisa saling mengimbangi,” pungkas Oka Antara.
Apa Mama dan Papa termasuk orangtua perfeksionis? Semoga sifat tersebut bisa tetap berjalan positif diterapkan kepada anak ya, seperti yang dilakukan Papa Oka.
Millennial Couple of the Month Edisi Februari 2023: Oka Antara dan Rara Wiritanaya
Editor in Chief - Sandra Ratnasari
Senior Editor - Novy Agrina
Editor - Onic Metheany
Reporter - Putri Syifa Nurfadilah & Sania Chandra Nurfitriana
Social Media - Irma Ediarti
Design - Aristika Medinasari
Photographer - Michael Andrew P.
Ass. Photographer - Adi Nugroho
Videographer - Krisnaji Iswandani & Norman Indra Issudewo
Stylist - Onic Metheany & Putri Syifa Nurfadilah
Makeup Artist - Linda Kusumdewi
Oka and Rara's Wardrobe - STUDIOMORAL, Ester Nadia Yuliana
Baca juga:
- Eksklusif: Tips Oka Antara Menjalani Pernikahan agar Hubungan Berjalan Lebih Sehat dan Bahagia
- Eksklusif: Oka Antara Ungkap Perbedaan Pendekatan Diri kepada Anak Perempuan dan Laki-Laki
- Couple of the Month Februari 2023: Oka Antara dan Rara Wiritanaya