5 Masalah Masa Puber yang Paling Sering Terjadi pada Remaja
Penting untuk diwaspadai nih, Ma!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seperti yang Mama ketahui, anak perempuan umumnya mulai memasuki masa pubertas di usia 8 sampai 13 tahun, sedangkan anak lelaki mulai puber di usia 9 sampai 13 tahun. Namun tidak semua anak mulai puber di rentang usia ini, karena ada juga beberapa anak yang telat puber.
Namun sebelum membahas isu telat puber lebih lanjut, Mama perlu tahu terlebih dahulu nih apa sih definisi puber?
Mengutip tulisan Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), dalam buku The 2nd Adolescent Health National Symposia: Current Challenges in Management, yang dimuat di laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, disebutkan bahwa pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang berlangsung dalam tahapan-tahapan dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor neuroendokrin yang kompleks.
Nah, faktor-faktor tersebutlah yang bertanggung jawab pada masa pubertas dan menyebabkannya sangat bervariasi pada tiap anak. Menurut Dr. Aman, beberapa faktor yang turut memengaruhi pubertas antara lain: etnis, sosial, psikologis, nutrisi, fisis, dan penyakit kronis.
IDAI juga mengatakan ada beberapa masalah pubertas yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Apa saja ya? Simak info pubertas berikut ini, Ma.
1. Telars prematur
Ini adalah istilah untuk menyatakan payudara tanpa disertai tanda-tanda seks sekunder lainnya pada anak perempuan yang usianya kurang dari 8 tahun. Jika anak Mama mengalami telars prematur, maka perkembangan payudara anak dapat terjadi pada salah satu atau kedua payudara, sebelum masuk usia pubertas.
Usia berapa anak bisa mulai mengalami telars prematur? Menurut IDAI, prevalensi telars prematur tertinggi terjadi pada umur dua tahun pertama kehidupan.
2. Pubertas prekoks
Pubertas ditandai dengan timbulnya tanda-tanda seks sekunder yang harus terjadi berurutan. Pada anak perempuan, tahapan pubertas diawali dengan tumbuh payudara, tumbuh rambut pubis, dan diakhiri dengan menstruasi.
Nah, ketika anak perempuan Mama mulai tumbuh payudara sebelum usia 8 tahun (usia umum anak mulai puber), maka kemungkinan anak mengalami pubertas prekoks.
3. Pubarke (adrenarke) prematur
Menurut IDAI, pubarke prematur didefinisikan sebagai munculnya rambut pubis sebelum anak perempuan Mama berusia 8 tahun, atau 9 tahun untuk anak lelaki, tanpa disertai tanda-tanda seks sekunder lainnya.
Pubarke prematur lebih sering dijumpai pada anak perempuan dibanding anak lelaki. Apa sih penyebabnya? “Mekanisme yang mendasari terjadinya pubarke prematur adalah terjadinya kematangan sel dini dari zona retikularis adrenal korteks, yang menyebabkan peningkatan produksi androgen,” tulis Dr. Aman dalam situs IDAI.
Munculnya rambut pubis ini bisa terjadi pada usia sangat muda, yaitu 5 tahun. Bahkan ada juga kasus muncul rambut pubis pada bayi. Jika ini terjadi pada bayi Mama, maka harus dirujuk ke spesialis anak konsultan endokrin.
4. Ginekomastia
Ini adalah pembesaran kelenjar mamae (payudara) yang terjadi pada anak lelaki. Menurut IDAI, ginekomastia berasal dari kata gyneco (wanita) dan mastia (payudara). Hal ini terjadi karena adanya gangguan fisiologi hormon steroid yang bersifat sementara maupun menetap.
Pada anak lelaki yang gemuk juga sering terlihat seperti memiliki payudara, namun itu bukan ginekomastia, melainkan lipomastia (penumpukan lemak subkutan).
Ginekomastia ada 2 jenis: ginekomastia pubertas dan patologis. Pada ginekomastia pubertas, permulaan gejala usianya antara 10 sampai 18 tahun, sedangkan pada patologis terjadi sebelum usia 10 tahun.
Pada ginekomastia patologis, penyebabnya bukan pubertas, melainkan penyakit kronis maupun penyakit genital, seperti hati, ginjal, fibrosis, trauma testis, hipospadia, dan lainnya.
5. Constitutional delay of growth and puberty (CDGP)
Menurut IDAI, masalah CDGP ini adalah masalah pubertas terlambat yang paling sering terjadi. Uniknya, penderita CDGP lebih sering mengeluhkan perawakan pendek dibanding pubertas terlambat.
Masalah pubertas ini lebih sering dijumpai pada anak lelaki, dengan persentase hampir 90 persen lho, Ma.
Bahkan menurut laporan Pediatric Endocrine Ambulatory Center di North Shore University Hospital, mengatakan bahwa jumlah anak penderita CDGP adalah 15 persen dari anak berperawakan pendek. Angka yang sangat fantastis ya, Ma.
Baca juga: Fakta mengenai pubertas pada remaja