Ini Cara Bikin Anak Semakin Pintar dengan Pendidikan Inklusif
Apa itu pendidikan inklusif? Ini 8 hal yang bisa Mama pahami terkait hal tersebut
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Berdasarkan Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) RI nomor 70 tahun 2009, pemerintah menetapkan diselenggarakannya pendidikan inklusif di Indonesia. Pendidikan ini diterapkan melihat kebutuhan akan adanya pengajaran khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus, baik peserta didik yang memiliki kelainan, atau justru memiliki potensi kecerdasan serta bakat istimewa.
Berdasarkan data dari Bank Dunia, satu dari sepuluh orang anggota kaum papa di dunia menyandang disabilitas. Kemiskinan yang mereka derita, secara langsung dan tidak langsung diakibatkan dari pengucilan oleh masyarakat, termasuk pengucilan dalam bidang pendidikan. Bahkan menurut laporan PBB, 90 persen dari semua anak dengan disabilitas di negara berkembang, tidak bersekolah.
Oleh karena itulah dalam lamannya, UNESCO mendukung sistem pendidikan inklusif agar tidak ada lagi diskriminasi dalam bidang pendidikan. Sehingga, semua siswa dapat belajar sekaligus saling menghormati perbedaan satu sama lain.
Berikut seluk beluk pendidikan inklusif yang dirangkum oleh Popmama.com.
1. Apakah pendidikan inklusif itu?
Menurut Permendiknas, yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Lebih jauh lagi, menurut Xuan Bui dan kawan-kawan dalam Inclusive Education Research and Practice, pendidikan inklusi adalah saat semua siswa, apapun keterbatasan atau keadaan yang mereka miliki, ditempatkan dalam satu kelas dengan siswa lain dengan usia yang sesuai di lingkungan mereka, untuk menerima instruksi, intervensi, dan dukungan berkualitas tinggi, yang memungkinkan mereka berhasil dalam kurikulum inti.
2. Bagaimanakah pelaksanaan program inklusif?
Pengajaran berlangsung dengan anggapan bahwa siswa yang memiliki kebutuhan khusus sama kompetensinya secara mendasar, seperti siswa yang tak memiliki kebutuhan khusus.
Sejatinya ide di balik penyelenggaraan hal ini adalah semua siswa dapat berpartisipasi secara penuh di dalam kelas dan juga komunitas sekolah mereka. Artinya anak-anak berkebutuhan khusus ini belajar bersama teman sebaya sebisa mungkin, dalam konteks pendidikan yang umum.
3. Kapan pendidikan inklusif dinyatakan sukses?
Pendidikan inklusif yang sukses terjadi jika para siswa menerima, memahami, dan mengerti akan perbedaan dan keanearagaman satu sama lain. Hal ini termasuk perbedaan fisik, kognitif, akademis, sosial, dan emosional.
Artinya, keterbatasan yang dimiliki tidaklah menjadikan anak-anak berkebutuhan khusus menerima pengecualian. Nantinya, selain kelas reguler ini, mereka bisa pula menerima kelas tambahan lain seperti kelas terapi okupasi.
4. Tujuan akhir pendidikan inklusif
Intinya, pendidikan inklusi ini akan membuat semua siswa merasa diterima, tertantang dalam pelajaran, dan mendapat dukungan dalam usaha belajar mereka.
Selain dari sisi siswa, hal penting lainnya terletak pada dukungan para orang dewasa, termasuk guru pendidikan reguler, dan guru pendidikan khusus. Demikian pula para tenaga bantuan pendidikan, dan juga orangtua.
5. Keuntungan yang didapatkan siswa berkebutuhan khusus
Xuan yang tergabung dalam Maryland Coalition for Inclusive Education, dalam laman lembaga tersebut menyatakan bahwa ada banyak studi riset yang mengungkapkan efek positif dari pendidikan inklusif.
Salah satunya, dari sebuah penelitian yang dilaksanakan selama dua tahun oleh Nancy Waldron dari University of Florida dan rekan-rekannya. Mereka menemukan bahwa 41,7 persen siswa yang memiliki keterbatasan dalam belajar mengalami peningkatan dalam pelajaran matematika dasar di kelas inklusif. Dibandingkan dengan siswa di kelas yang memang khusus diselenggarakan untuk siswa berkebutuhan khusus, angkanya hanya mencapai 34 persen.
Uniknya, hasil positif ini tak hanya muncul dalam bidang akademis. National Longitudinal Transition Study menelaah 11.000 siswa dengan beragam kebutuhan khusus, dan menemukan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan seorang anak berkebutuhan khusus dalam ruang kelas umum, maka semakin banyak hal positif yang anak tersebut dapatkan.
Hal ini termasuk: berkurangnya jumlah hari tidak masuk sekolah, berkurangnya perilaku yang meledak-ledak, dan hasil yang lebih baik dalam bidang kehidupan secara mandiri dan dalam bidang pekerjaan, setelah mereka lulus pendidikan setara SMA.
6. Keuntungan yang didapatkan siswa lainnya
Dalam bidang akademis, Nancy juga menemukan bahwa ada lebih banyak murid tak berkebutuhan khusus yang mendapatkan nilai lebih besar dalam matematika dan membaca, saat kedua mata pelajaran tersebut diajarkan dalam format kelas inklusif.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gail McGregor dan R. Timm Vogelsberg, nyatanya pendidikan inklusi ini membuat siswa tak berkebutuhan khusus mendapatkan keuntungan dari hubungan personalnya dengan siswa berkebutuhan khusus. Mereka belajar menerima serta bertoleransi.
Dengan belajar bagaimana membantu proses belajar siswa lain, performa anak-anak ini pun justru meningkat. Selain itu, metode pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus yang diperdalam dengan menggunakan faktor visual, pendengaran, dan kinestetis, misalnya, juga memberikan anak-anak ini keuntungan tersendiri.
7. Keterampilan guru
Namun, pendidikan seperti ini membutuhkan guru yang terlatih, agar dapat memahami cara terbaik dalam mengajarkan dan mengadaptasi pelajaran tersebut, untuk diajarkan kepada anak berkebutuhan khusus.
Ini agar guru memiliki keyakinan positif bahwa seluruh anak didiknya bisa maju. Oleh karena itu guru juga harus mendapatkan pelatihan khusus. Concordia University di Oregon, AS, bahkan menyediakan pelatihan daring agar para pengajaran para guru ini bisa efektif dilakukan terhadap murid-murid berkebutuhan khusus.
8. Cara seperti apa yang efektif?
Menurut Lilla Dale McManis, doktor dalam bidang psikologi edukasi dalam laman Concordia University tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan dalam proses belajar kelas inklusi adalah memulai pengajaran di kelas secara keseluruhan.
Kemudian, guru dapat membaginya dalam kelompok-kelompok kecil. Penggunaan white board interaktif amat membantu dalam proses pengajaran ini. Bahkan, menurut laman ini, mengerjakan instruksi secara berpasangan bisa jadi amat efektif dan menarik.
Selain menggunakan contoh, gambar, grafis, laman ini juga menyarankan agar anak berkebutuhan khusus bisa penggunaan cetakan yang diperbesar, headphone, diperbolehkan menjelaskan dengan membuat gambar, menggunakan kalkulator, atau diberi waktu tambahan lebih banyak lagi.
Namun lebih jauh lagi, menurut laman ini, idealnya guru yang mendalami pengajaran untuk anak berkebutuhan khusus juga dilibatkan dalam pengajaran inklusi. Hal ini akan memberikan keuntungan, baik bagi siswa berkebutuhan khusus, maupun siswa tak berkebutuhan khusus. Bahkan bagi para guru dan orangtua.