Ini yang Harus Dilakukan JIka Anak Ingin Punya Gadget Seperti Temannya
Ini yang harus Mama lakukan, baik terhadap si Anak maupun diri Mama sendiri
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah sudah beberapa hari ini si Anak merengek kepada Mama karena minta dibelikan handphone? Ataukah ia bersikeras untuk membuat akun Roblox atau Minecraft?
Si Anak bisa jadi beralasan, ia melakukan hal tersebut karena semua teman-teman dekatnya di sekolah memiliki ponsel, atau saling berinteraksi satu sama lain saat bermain Roblox. Ia malu mengakui kepada teman-temannya kalau Mama belum memperbolehkan hal semacam itu.
Di masa digital seperti ini, di saat anak bisa mengakses beragam hal termasuk game dan media sosial, tentunya Mama memiliki aturan tersendiri di keluarga. Ada hal-hal yang Mama nilai belum waktunya bagi si Anak untuk melakukan hal tersebut.
Namun, apa yang harus Mama lakukan, dalam menghadapi si Anak dan juga terhadap diri mama sendiri? Berikut cara yang disarankan oleh Devorah Heitner, pendiri laman Raising Digital Natives, dan penulis Screenwise: Helping Kids Thrive (and Survive) in Their Digital World.
1. Hindari terburu-buru menghakimi
Saat si Anak berkata kepada Mama bahwa semua temannya sudah memiliki ponsel selain dia, bisa jadi rasa ragu akan membayangi Mama. Pertanyaan seperti, "benarkah hal yang saya lakukan?" bisa jadi muncul di benak Mama.
Devorah mengerti bahwa setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Oleh karena itulah setiap orangtua termasuk Mama memiliki nilai tersendiri yang Mama terapkan dalam keluarga.
Jika pertanyaan seperti itu muncul, cobalah agar Mama tidak langsung menghakimi peraturan yang ada di keluarga lain dengan misalnya berkata, "orangtua itu salah, pokoknya saya tidak mau seperti itu."
Devorah menyarankan agar Mama mulai merasakan sedikit empati. Cobalah untuk melihat aturan ini dari sudut pandang orangtua lain. Jika Mama telah mengerti alasan orangtua lain untuk mengizinkan anaknya memiliki ponsel, mungkin Mama bisa memahami dan mengubah peraturan. Misalnya karena si Anak butuh berdiskusi dengan teman-temannya dalam soal pelajaran.
Dan jika pada akhirnya Mama pun tidak menerima alasan orangtua lain tersebut, setidaknya Mama bisa memahami pilihan mereka dan menjelaskan kepada anak, mengapa Mama tetap akan menerapkan peraturan yang telah dibuat.
2. Bersikaplah terbuka
Devorah berpendapat, jika semua orang bersikap terbuka dalam berkomunikasi tentang teknologi dan mendidik anak, maka akan banyak keuntungan yang didapat. Kebanyakan orang akan senang berbagi mengenai pengalaman mereka.
Mendidik anak bukanlah hal yang mudah. Mama bisa mencari orangtua yang memiliki situasi yang sama dengan Mama, dan berbagi mengenai apa yang mereka lakukan. Dengan demikian Mama akan mendapat masukan dan bisa memutuskan hal yang harus Mama lakukan berdasarkan banyak pertimbangan.
Selain itu, terbukalah pula dengan si Anak sendiri. Biarkah ia menjelaskan apa yang ia butuhkan dan alasannya. Dengan demikian Mama bisa benar-benar paham sebelum mengambil keputusan.
3. Buatlah keputusan dengan percaya diri
Nilai yang Mama tetapkan adalah milik Mama seorang. Mama memang harus menahan diri agar tidak menghakimi orangtua lain. Namun, di saat yang sama, Mama juga harus terbuka menerima kritik.
Tapi Mama harus ingat, Mama memiliki banyak pengalaman pribadi, dan pastinya Mama mengusahakan yang terbaik untuk keluarga. Jadi percayalah pada diri sendiri saat menetapkan nilai, dan jangan biarkan orang lain ikut campur tangan.
4. Buang jauh-jauh rasa bersalah
Bisa jadi, di tengah jalan Mama menemukan bahwa ternyata peraturan yang Mama buat selama ini kurang tepat bagi anak. Misalnya saja, si Anak dikucilkan karena dianggap kurang bisa bergaul dengan teman-temannya akibat peraturan yang Mama buat. Jika hal semacam itu memang terjadi dan Mama menyadari telah membuat kesalahan, buanglah jauh-jauh rasa bersalah yang muncul.
Belajarlah dari apa yang dilakukan orangtua lain, namun hal itu jangan sampai membuat Mama menyesal, ungkap Devorah. Ia mengingatkan bahwa tiap orangtua memiliki gaya mendidik anak masing-masing. Apa yang dilakukan oleh orangtua lain bisa jadi membantu membuka mata Mama, namun jangan sampai Mama terlalu berlarut dalam penyesalan, papar Devorah.
5.Buatlah peraturan khusus
Si Anak bisa jadi mengatakan kepada Mama bahwa dari semua temannya, ialah satu-satunya yang tak memiliki ponsel. Dan ternyata, dia membutuhkan gawai itu untuk kepentingan bertanya mengenai tugas sekolah, atau untuk membuat janji dengan temannya. Untuk menghadapi hal ini, Mama bisa membuat perjanjian pula dengan si Anak.
Jika ia benar-benar membutuhkan ponsel, buat aturan agar si Anak ikut menyisihkan uang saku demi membeli gawai tersebut. Atau, buat perjanjian dengan si Anak, kapan dan dalam kondisi apa ia boleh menggunakan ponsel, jika Mama memang akhirnya mengizinkannya.
6. Carilah info mengenai permintaan anak
Jika misalnya Mama akhirnya membolehkan si Anak memiliki akun di media sosial atau untuk memainkan game, atau memberinya ponsel, pastikan Mama benar-benar tahu bagaimana cara mengatur setting di dalam game atau gawai sesuai dengan yang Mama inginkan.
Misalnya bagaimana cara mengatur setting game agar terbatas bagi pengguna 13 tahun ke bawah? Atau bagaimana cara mengatur privacy di media sosial sehingga Mama benar-benar yakin apa yang bisa dan tak bisa dibagikan oleh anak Mama?
Selain mencari tahu melalui internet, Mama juga bisa bertanya-tanya kepada teman Mama yang lebih berpengalaman dalam hal ini.