8 Tanda Anak Tak Siap Memiliki Ponsel Sendiri
Ini yang harus Mama perhatikan terkait kondisi anak, juga Mama sendiri
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Akan ada suatu masa, saat anak akan merengek pada Mama untuk dibelikan ponsel. Alasan utama yang ia katakan kepada Mama adalah biasanya karena teman-temannya telah memilikinya. Bisa jadi ia akan terus-menerus merongrong Mama dengan permintaan ini setiap hari.
Pada saat ini Mama perlu ingat, bahwa keputusan untuk memberi anak ponsel adalah suatu hal yang amat penting dan tak bisa dianggap remeh.
Di seluruh dunia, penggunaan ponsel tentu saja telah meningkat. Baik itu di meja makan, maupun di kelas. Dan bahkan ponsel bahkan menjadi suatu tantangan tersendiri bagi orangtua terkait waktu yang harus dibagi antara ponsel dan keadaan di sekitar seperti anak dan keluarga.
Dengan memberikan si Anak akses kepada ponsel, artinya ia bisa mengakses seluruh dunia dengan ujung jarinya. Dan hal ini merupakah sesuatu yang membutuhkan tanggung jawab cukup besar.
Sebenernya siapkah si Anak memiliki ponselnya sendiri?
Menurut Devorah Heitner, pendidik yang juga pendiri laman Raising Digital Natives yang membantu permasalahan yang dihadapi oleh orangtua dalam membesarkan anak di era digital, inilah 8 tanda yang harus Mama perhatikan jika anak tak siap memiliki smartphone.
1. Intuisi mama yang merasa belum siap
Devorah menekankan, Mama justru tidak boleh meremahkan intuisi Mama saat mempertimbangkan apakah si Anak siap memiliki ponselnya sendiri, atau tidak.
Jika Mama lah yang tidak siap menjadi orangtua yang harus berhadapan dengan segala permasalahan yang akan ditimbulkan oleh ponsel yang dipegang oleh si Anak, itu artinya ia sendiri juga belum siap.
Selain itu siapkah Mama menjadi contoh yang baik bagi anak? Terutama saat Mama memegang handphone.
Mengajarkan anak untuk mampu mengambil keputusan terkait penggunaan ponselnya, adalah hal yang penting. Mama harus bersiap-siap menghadapi masalah tambahan terkait ponsel, yang akan ditimbulkan oleh anak.
2. Anak meminta ponsel karena tekanan palsu
Bisa jadi tiba-tiba si Anak gencar meminta ponsel kepada Mama sebagai hadiah ulang tahun atau liburan. Dalam menghadapi hal ini, ajaklah anak untuk berbicara dari hati ke hati.
Dengarkan alasannya dengan empati, agar Mama mengerti semua alasan di balik permintaannya.
Mama juga harus bisa menentukan, jangan sampai membelikan ponsel akibat sedang ada diskon atau menyambut event tertentu.
Mama harus bisa berfokus pada penentuan keputusan apakah si Anak benar-benar membutuhkannya atau hanya akibat tekanan palsu semata.
3. Ternyata anak belum mandiri
Ulang tahun memang menandakan bertambahnya usia. Namun, belum tentu kedewasaan anak mama. Untuk melihat siap atau tidaknya si Anak memiliki ponselnya sendiri, Mama bisa mempertimbangkan kemandirian anak melalui hal-hal seperti ini:
- Bisakah anak mempersiapkan makan siangnya sendiri?
- Mampukah anak ditinggal sendirian di rumah dalam waktu yang singkat?
- Bisakah ia menjaga adiknya selama beberapa saat jika Mama tinggal pergi sebentar?
- Sudah bisakah ia dilepas untuk naik kendaraan umum sendiri atau ojek online?
- Mampukah ia mengatur waktunya untuk mengerjakan tugasnya sehari-hari tanpa harus Mama minta dan ingatkan lagi?
Masih banyak kegiatan yang bisa menjadi patokan Mama dalam melihat apakah si Anak sudah mandiri atau belum. Bahkan jalan menuju kemandirian ini bisa jadi alasan agar si Anak semakin mampu mengurus dirinya sendiri untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
4. Anak belum piawai bersosialisasi
Hal lain yang bisa jadi pertimbangan Mama adalah kemampuan si Anak dalam bersosialisasi. Perhatikan cara ia menghadapi orang di sekitarnya. Jika ia bertindak secara impulsif—secara tiba-tiba sesuai moodnya, atau jika ia cepat marah, atau enggan meminta maaf saat berbuat salah, maka Mama bisa mengulur waktu untuk memberinya ponsel.
Tunggu sampai si Anak lebih mampu menahan diri dan membawa dirinya untuk berkomunikasi dengan sekitarnya dengan lebih konsisten. Mama juga bisa mengingatkannya agar mampu menahan diri atau mengikuti aturan sosial jika ia ingin memiliki ponsel.
Namun jangan lupa, Ma, Mama juga harus terlibat dalam melatih si Anak untuk menghadapi masyarakat atau orang di sekelilingnya.
5. Ia belum memiliki kesempatan untuk berlatih
Mama juga harus ingat, bahwa memiliki ponsel tidak melulu hanya tenggelam dalam kegiatan berinternet. Ponsel juga merupakan alat untuk bersosialisasi. Artinya, ia akan menghadapi orang lain melalui ponsel tersebut.Sebelum memberinya ponsel sendiri, ajari si Anak bersopan-santun menggunakan ponsel Mama.
Aktivitas yang bisa Mama latih terkait ponsel adalah bagaimana menjawab panggilan telepon dengan baik dan sopan. Latih si Anak untuk bisa mengirimkan pesan tertulis dengan semestinya.
Latih ia pula untuk bersikap sabar dalam menunggu jawaban atas pesan yang telah ia kirimkan ke orang lain. Mama juga harus mampu bersikap sebagai model yang baik dalam mencontohkan hal ini sehari-hari.
6. Anak belum mampu memilah
Mama perlu waspada. Dengan ponsel di tangan si Anak, artinya si anak akan siap berhadapan dengan konten-konten terkait pornografi, atau konten kekerasan yang belum sesuai dengan usianya. Bahkan, jika Mama telah mengutak-atik Google Play atau Youtube dalam setingan usia tertentu.
Jika anak belum bisa menahan godaan untuk menolak konten ini, atau jika ia belum mampu memilah mana yang baik untuk dirinya dan mana yang tidak, maka Mama memiliki keputusan yang tepat jika belum memberi si Anak ponsel sendiri.
7. Mama belum berbicara lebih mendalam dengan si Anak
Jika percakapan antara Mama dan si Anak hanya sebatas alasan mengapa ia boleh atau tidak boleh memiliki ponsel, maka keputusan untuk menahan memberinya ponsel adalah hal yang tepat.
Namun, Mama bisa menanyakan hal-hal ini untuk melihat alasan lebih lanjut terkait mengapa ia ingin memiliki ponsel. Saat mendengarkan jawabannya, dengarkan dengan saksama dan jangan hakimi jawaban si Anak ya, Ma. Gali jawabannya untuk menjawab rasa penasaran Mama.
Berikut hal yang bisa Mama tanyakan ke si Anak:
- Apa yang ingin ia lakukan setelah ia memiliki ponsel sendiri? Main games, membuat akun medsos, berkomunikasi dengan teman sekolah, atau hal lainnya?
- Buka pandangan si Anak dan tanyakan apa yang menurutnya mengasyikkan dan hal apa yang akan menjadikannya tak asyik saat ia tergabung dalam grup WA misalnya,
- Apa yang akan ia lakukan jika ia mengirimkan pesan ke temannya dan si Teman tersebut tidak membalas pesannya dengan segera?
8. Budaya penggunaan ponsel yang salah di keluarga
Mempertimbangkan pemberian ponsel bagi anak merupakan saat yang tepat pula bagi diri Mama sendiri untuk untuk berkaca, bagaimana kebiasaan Mama sendiri dalam menggunakan ponsel?
Apakah Mama terlalu terobsesi dengan medsos? Apakah Mama membawa ponsel Mama hingga ke tempat tidur? Apakah Mama menghabiskan banyak waktu melakukan chatting dengan teman-teman Mama?
Mama harus bisa menjadi model yang baik bagi anak. Pikirkan masalah apa yang Mama hadapi terkait ponsel sebelum memberikannya kepada anak.
- Apakah Mama akan berencana memberikan ponsel hanya dalam waktu-waktu tertentu?
- Bagaimana Mama akan membatasi penggunaannya?
- Aplikasi seperti apa yang akan Mama perbolehkan untuk digunakan si Anak?
- Jika si Anak melanggar, apa yang akan Mama lakukan?
- Pikirkan pula saudaranya yang lain. Apakah akan terpengaruh jika si Kakak memiliki ponsel sendiri?
- Bagaimana jika si Anak membawa ponselnya ke luar dan tiba-tiba hilang? Konsekuensi apa yang harus ia hadapi?
Hal-hal di atas bisa jadi sepele. Namun, Mama harus tetap mempersiapkan jawabannya dan mendiskusikannya dengan anak sebelum memberinya tanggung jawab untuk memegang ponsel.
Di lain pihak, Mama bisa menggunakan alasan pemberian ponsel untuk mendorong anak agar mandiri, memiliki rencana, bertanggung jawab, dan mampu mengambil keputusan di era digital seperti ini.
Baca juga:
- Anak Menyimpan Konten Terlarang di Ponsel, Apa Yang Harus Dilakukan?
- Ini yang Harus Dilakukan JIka Anak Ingin Punya Gadget Seperti Temannya
- Tak Melulu Negatif, Ini 5 Sisi Positif Penggunaan Gadget untuk Anak