TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

10 Penyebab Eating Disorder pada Anak

Apakah eating disorder pada anak menandakan ia mengalami gangguan kesehatan mental?

Freepik/Racool_studio

Eating disorder atau gangguan makan adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai oleh perilaku makan yang tidak sehat atau tidak normal. 

Eating disorder pada anak bisa disebabkan oleh berbagai faktor kompleks yang dapat berinteraksi satu sama lain.

Berikut ini Popmama.com telah merangkum beberapa faktor penyebab eating disorder pada anak.

1. Faktor genetik

Freepik/master1305

Eating disorder pada anak disebabkan oleh kemungkinan adanya faktor genetik yang berperan dalam munculnya eating disorder. Jika ada riwayat keluarga dengan gangguan makan, risiko anak mengalami hal serupa bisa lebih tinggi.

Melansir dari National Library of Medicine menyebutkan bahwa gangguan makan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa dipandang berasal dari sosiokultural. Namun, baru-baru ini ada temuan eating disorder disebabkan oleh faktor genetik. 

Penelitian ini menujukkan adanya pengaruh genetik masih dalam tahap awal, namun hasil awalnya menjanjikan untuk disoroti dan diadakan penelitian lebih lanjut.

  • Studi keluarga

Studi keluarga memberikan data awal mengenai pengaruh genetik pada suatu kelainan di antara individu-individu yang memiliki hubungan biologis. 

Penelitian ini menemukan peningkatan angka gangguan makan pada kerabat perempuan penderita Anorexia Nervosa (AN) dan Bulimia Nervosa (BN). Temuan dari penelitian terbesar dan paling sistematis menunjukkan adanya peningkatan prevalensi penyakit AN dan BN sebesar 7 hingga 12 kali lipat. 

Pengelompokan eating disorder AN dan BN memberikan dukungan kuat terhadap penularan dalam keluarga. Namun, mengingat bahwa kerabat tingkat pertama memiliki gen dan lingkungan yang sama, penelitian ini tidak dapat membedakan penyebab genetik dan lingkungan pada kekeluargaan yang diamati. 

  • Studi kembar 

Studi kembar membedakan dampak genetik dan lingkungan dengan membandingkan kesamaan sifat atau kelainan antara kembar identik (monozigotik [MZ]) dan kembar fraternal (dizigotik [DZ]). 

Perbandingan ini didasarkan pada fakta bahwa kembar MZ memiliki semua gen yang identik berdasarkan keturunan, sedangkan kembar DZ rata-rata memiliki separuh gen yang identik berdasarkan keturunan atau dapat dipertanggung jawabkan oleh faktor genetik. 

Ada temuan yang konsisten, faktor yang dimiliki oleh saudara kandung dalam keluarga yang sama. Gejala gangguan makan itu sendiri juga tampaknya cukup diwariskan. 

Penelitian kembar mengenai makan berlebihan, muntah yang disebabkan oleh diri sendiri, dan pengendalian diri menunjukkan bahwa perilaku ini kira-kira 46 hingga 72 persen diwariskan. Demikian pula, sikap patologis seperti ketidakpuasan terhadap tubuh, kekhawatiran terhadap makan dan berat badan, serta keasyikan dengan berat badan, menunjukkan adanya faktor keturunan. sekitar 32 hingga 72 persen. 

Secara keseluruhan, temuan menunjukkan adanya komponen genetik yang signifikan pada AN dan BN serta sikap dan perilaku yang berkontribusi dan berkorelasi dengan patologi makan klinis.

5. Gangguan psikologis dan emosional

Freepik

Beberapa anak mungkin mengalami masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, atau masalah emosional lain yang dapat berkontribusi terhadap munculnya eating disorder.

2. Faktor lingkungan

Freepik/Lifestylememory

Lingkungan di sekitar anak juga dapat mempengaruhi munculnya eating disorder. Hal ini termasuk tekanan dari keluarga, teman-teman, atau budaya yang mendorong standar kecantikan tertentu.

3. Body image dan tekanan sosial

Pexels/Mai Ahn

Tekanan untuk memiliki tubuh yang "sempurna" atau memenuhi standar kecantikan tertentu dapat menyebabkan anak merasa tidak puas dengan tubuhnya sendiri, bahkan dalam usia yang relatif muda.

4. Pengaruh media sosial

sclhealth.org

Paparan terus-menerus terhadap citra tubuh yang tidak realistis di media sosial dapat mempengaruhi persepsi anak terhadap tubuh mereka sendiri.

6. Riwayat trauma atau stres

Pexels/Liza Summer

Trauma atau stres yang dialami oleh anak, seperti pelecehan fisik atau seksual, perceraian orang tua, atau kejadian traumatis lainnya, dapat menjadi pemicu munculnya eating disorder.

7. Pola makan keluarga

Pexels/RODNAE Productions

Pola makan yang tidak sehat atau terfokus pada penurunan berat badan di dalam keluarga juga dapat mempengaruhi perilaku makan anak.

8. Kekhawatiran berlebihan tentang berat badan

Freepik/galitskaya

Tekanan untuk mencapai atau mempertahankan berat badan tertentu dapat menyebabkan anak mulai mengembangkan perilaku makan yang tidak sehat.

9. Pengaruh teman sebaya

Pexels/Pixabay

Anak-anak mungkin terpengaruh oleh teman-teman sebayanya yang memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat atau berusaha untuk menurunkan berat badan.

10. Kondisi kesehatan mental lainnya

Freepik/jcomp

Eating disorder dapat terkait dengan gangguan mental lain seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan obsesif kompulsif.

Gangguan makan pada anak remaja yang sering terjadi dapat meliputi kecenderungan untuk makan berlebihan (binge eating), membatasi makanan dengan cara ekstrem (anoreksia), atau kombinasi dari kedua hal tersebut (gangguan makan bulimia).

Penting untuk diingat bahwa setiap anak adalah individu yang unik, dan faktor-faktor di atas mungkin memengaruhi setiap anak dengan cara yang berbeda. 

Jika khawatir bahwa seorang anak mungkin mengalami eating disorder, penting untuk mencari bantuan profesional secepat mungkin. Temui psikolog, psikiater, atau konselor yang terlatih dalam masalah makan dan gangguan makan dapat memberikan bantuan dan dukungan yang diperlukan.

Baca juga:

The Latest