Mengenal Hubungan Karma Orangtua dan Anak dalam Agama Buddha
Orangtua dan anak punya persamaan karma, lantas apakah karma orangtua bisa menurun ke anak?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Orangtua dan anak memiliki hubungan istimewa yang sulit dipisahkan. Sepanjang hidupnya, anak menjalin relasi yang kuat dengan kedua orangtuanya.
Eratnya hubungan orangtua dan anak ini terkadang membuat sebagian orang berpikir bahwa mereka memiliki kemiripan dengan satu sama lain, mulai dari wajah hingga perilakunya.
Orangtua yang berperilaku baik menghasilkan anak yang juga memiliki perilaku baik, begitu pula dengan orangtua dengan perilaku buruk menjadikan anaknya ikut berkelakuan buruk.
Namun, bagaimana jika orangtua sudah berperilaku baik tetapi tidak dengan anaknya? Bagaimana pula jika anak sebenarnya mempunyai perilaku yang baik, tapi kedua orangtuanya sering berperilaku buruk?
Ada kalanya anak mengalami nasib yang buruk, kemudian ia menyalahkan orangtuanya yang tidak berkelakuan baik sebagai penyebab utama yang membuat dirinya bernasib buruk. Padahal, tidak sepenuhnya hal ini merupakan salah orangtua, loh!
Dalam agama Buddha, baik dan buruknya setiap perbuatan yang dilakukan akan berakibat kembali pada diri masing-masing. Hal ini disebut dengan karma.
Karma juga bekerja dalam hubungan orangtua dan anak. Setiap perbuatan yang dilakukan orangtua terkadang membuat anak ikut merasakan akibatnya. Namun, apakah benar bahwa karma yang dimiliki orangtua dapat menurun ke anak?
Untuk penjelasan selengkapnya, berikut Popmama.com telah merangkum informasi seputar karma orangtua dan anak dalam agama Buddha. Yuk, mari disimak!
1. Apakah karma orangtua menurun ke anak?
Menurut agama Buddha, karma merupakan hukum sebab akibat yang dialami oleh setiap makhluk, termasuk manusia. Setiap orang mempunyai karma yang dibawanya masing-masing, maka itu setiap individu memiliki karma yang berbeda dengan satu sama lain.
Hal ini cukup menjelaskan bahwa sebenarnya karma yang dimiliki orangtua tidak menurun kepada anaknya. Orangtua mempunyai karmanya sendiri yang harus ditanggung olehnya, begitu pun dengan anak yang menanggung karma miliknya sendiri.
2. Adanya persamaan karma antara orangtua dan anak
Walaupun karma yang dimiliki orangtua berbeda dengan anak, tidak menutup kemungkinan jika terdapat persamaan karma yang dimiliki oleh kedua pihak. Orangtua dan anak bisa berada di satu keluarga yang sama karena adanya persamaan karma ini.
Menurut agama Buddha, setiap makhluk akan terus mengalami tumimbal lahir (reinkarnasi, kelahiran berulang). Karmanya akan terus dibawa oleh masing-masing makhluk selama bertumimbal lahir.
Dalam kelahirannya yang terus berulang-ulang, orangtua dan anak bisa mempunyai getaran karma yang sama sehingga memungkinkan mereka untuk bertemu di beberapa kehidupan yang lalu, sebelumnya, dan saat ini sebagai orangtua-anak di keluarga yang sama.
3. Baik dan buruknya perilaku orangtua adalah buah karma anak
Persamaan karma antara orangtua dan anak terkadang menimbulkan keterkaitan satu sama lain. Misalnya, jika orangtua sering mabuk-mabukan sampai membuat onar dan akhirnya ditangkap polisi, maka anaknya mau tidak mau harus ikut menerima akibatnya.
Dalam contoh kasus tersebut, perbuatan buruk yang dilakukan orangtuanya merupakan hasil atau buah dari karma buruk yang pernah dilakukan anak di kehidupannya yang lalu. Bisa jadi, di kehidupan yang lampau dirinya sering minum alkohol dan membuat kerusuhan di mana-mana, lalu karma buruk itu berbuah di kehidupan saat ini.
Walaupun begitu, anak seharusnya tidak boleh menyalahkan orangtuanya karena perbuatan salah yang mereka lakukan membuat dirinya ikut menderita. Anak perlu menyadari bahwa kejadian buruk itu juga menjadi bagian dari buah karma yang harus diterimanya.
4. Terjadinya perbuatan yang disebabkan karma dari diri sendiri
Setiap makhluk menanggung karmanya masing-masing, maka itu setiap perbuatan yang dilakukannya adalah sebab dari karma miliknya sendiri.
Demikian pula dalam hubungan orangtua dan anak, meski terdapat persamaan karma, masing-masing pihak tetap mempunyai karma baik dan buruk yang harus diterimanya sebagai akibat dari tindakannya sendiri.
Contohnya, anak hidup dalam keadaan susah dan malang bukan hanya karena kedua orangtuanya yang berkelakuan buruk, melainkan karena karma buruknya yang pernah diperbuatnya di kehidupan yang lalu.
5. Cara menumbuhkan karma baik orangtua dan anak
Sebaik dan seburuk apa pun perilaku orangtua, mereka tetaplah orangtua bagi anaknya. Meskipun semuanya memiliki karmanya masing-masing, orangtua dan anak tetap bisa membantu satu sama lain untuk menumbuhkan karma baik bagi kedua pihak.
Solusi utama untuk bisa menambah karma baik adalah dengan melakukan perbuatan baik. Dalam hal ini, orangtua dan anak harus bisa saling menyadarkan diri untuk kembali ke jalan yang benar dan tidak berbuat salah lagi.
Berikut adalah beberapa perbuatan baik yang bisa Mama terapkan bersama anak dalam mengembangkan karma baik:
- Tidak menyalahkan satu sama lain jika ada yang berbuat kesalahan
- Memberikan dana atau donasi kepada korban bencana alam atas nama keluarga
- Ikut serta melakukan bakti sosial
- Pergi ke tempat ibadah bersama
- Menerapkan Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-hari
Itu dia informasi mengenai karma orangtua dan anak dalam agama Buddha yang perlu Mama dan anak mama ketahui.
Semoga artikel ini dapat menambah wawasan baru bagi Mama dan anak mama, ya!
Baca juga:
- Pancasila Buddhis dalam Agama Buddha yang Perlu Diajarkan pada Anak
- Ciri-Ciri Orangtua yang Baik bagi Anak, Baik Kesehatan dan Mentalnya
- 7 Kebiasaan yang Bisa Memperkuat Hubungan Orangtua dan Anak