TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Astigmatisme atau Mata Silinder pada Anak, Apa Penyebabnya?

Jika anak tak bisa menangkap pelajaran dengan baik, bisa jadi ada masalah pada penglihatannya

Pexels/BN

Masalah penglihatan seringkali dikaitkan dengan pertambahan usia. Memang, sebagai organ tubuh yang sering mendapatkan paparan dan rangsangan dari luar, mata berisiko tinggi mengalami kerusakan.

Faktanya, masalah penglihatan bukan hanya diidap orang dewasa dan lansia. Anak-anak pun berisiko besar mengalaminya di usia muda. Apalagi dengan penggunaan gadget dan kebiasaan membaca di tempat remang-remang, anak bisa mengalami masalah penglihatan berupa astigmatisme atau mata silinder. 

Berikut Popmama.com merangkum informasi penting seputar mata silinder pada anak, dilansir dari childrenhospital.org:

Apa itu Astigmatisme?

freepik.com/Jcomp

Astigmatisme merupakan kondisi umum yang menyebabkan penglihatan tampak kabur. Pada mata normal, lapisan luar mata yang jernih, berbentuk seperti kubah atau bagian atas bola basket.

Penderita astigmatisme punya bentuk kornea yang lebih melengkung. Akibatnya, cara cahaya memasuki mata pun berubah dan mengakibatkan obyek dekat dan jauh terlihat buram. 

Jika rabun dekat (miopia) dan rabun jauh (hiperopia) merupakan gangguan refraktif, astigmatisme merupakan gangguan bias.

Astigmatisme pada Bayi dan Anak-anak

Freepik/Jcomp

Tahukah Mama, astigmatisme sebetulnya umum terjadi pada bayi. Kondisi ini sering hilang dengan sendirinya saat anak berusia satu tahun. 

Pada anak yang menderita miopia atau hiperopia, lebih besar berpeluang mengalami astigmatisme pula. Astigmatisme bisa terjadi pada satu atau kedua mata anak. 

Sekitar 28 persen anak di dunia menderita masalah penglihatan umum ini dan sebagian besar kasusnya juga diderita oleh keluarganya. Anak yang menderita sindrom down atau terlahir prematur dengan berat badan lahir rendah juga berisiko tinggi menderita astigmatisme.

Gejala Astigmatisme pada Anak

Freepik/jcomp

Pada anak penderita astigmatisme, obyek yang dekat atau pun jauh terlihat buram atau terdistorsi. Gejala lain termasuk:

  • Sering menyipitkan mata untuk melihat suatu obyek,
  • ketegangan pada otot mata,
  • keluhan sakit kepala,
  • sensitif terhadap sorotan cahaya,
  • sulit membedakan warna yang mirip.

Anak dengan astigmatisme yang tidak terdiagnosis seringkali mengalami masalah belajar di sekolah. Guru atau orangtua biasanya mengartikannya sebagai tanda ketidakmampuan belajar, padahal sebetulnya mereka berjuang untuk dapat melihat tulisan dan obyek dengan jelas. 

Penting bagi orangtua untuk memeriksakan mata anak jika terjadi gejala atau keluhan di atas. Kacamata dengan resep dapat memperbaiki masalah ini.

Mengatasi Astigmatisme pada Anak

freepik.com

Astigmatisme pada anak bisa diatasi dengan cara menggunakan kacamata sesuai resep dokter mata. Terutama penderita dengan masalah astigmatisme di atas 1,5. 

Selain menggunakan kacamata atau lensa kontak, pengobatan astigmatisme dapat dilakukan dengan bedah refraktif, seperti LASIK. Tetapi umumnya dokter mata akan menunggu hingga anak cukup umur untuk melakukannya. 

Jika anak mengeluhkan kondisi mata yang tidak nyaman, jangan menunda-nunda untuk membawanya berkonsultasi ke dokter mata ya, Ma. Karena selain memengaruhi kondisi kesehatan jika terlambat ditangani, juga bisa berdampak pada proses belajar anak di sekolah maupun di rumah. 

Semoga informasi ini membantu.

Baca juga:

The Latest