TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

4 Jenis Eating Disorder pada Remaja dan Cara Mengatasinya

Eating disorder atau gangguan makan pada remaja ini perlu segera mendapatkan penanganan serius

Freepik/author

Setiap orang tentu ingin memiliki tubuh yang ideal, terutama dari segi berat badan. Jika orang dewasa perlu mengelola berat badan ideal karena terkait dengan kesehatan, berbeda dengan remaja.

Pada berbagai kasus, para remaja ingin menurunkan berat badan karena ingin terlihat lebih cantik atau pun diterima di lingkungannya karena penampilannya.

Tak jarang, tuntutan untuk memiliki tubuh ideal yang dialami para remaja ini menjadi pemicu munculnya gangguan makan.

Tentu saja, hal ini berbahaya, karena selain dapat menghambat perkembangan remaja di masa emas pertumbuhannya, juga dapat menimbulkan bahaya kesehatan yang serius.

Berikut ini Popmama.com merangkum apa saja jenis eating disorder pada remaja, beserta cara mengatasinya.

1. Bulimia

Pexels/Alex Green

Bulimia adalah gangguan makan yang membuat penderitanya selalu ingin memuntahkan kembali makanan yang sudah ditelannya. Untuk memuntahkan kembali makanan yang sudah ditelan, penderita bulimia akan mencolokkan tangan ke bagian dalam tenggorokan atau pun minum pil pencahar. 

Penderita bulimia mungkin akan makan banyak sekali sampai ia merasa sangat kekenyangan, kemudian memuntahkan makanannya.

Namun, ada juga penderita bulimia yang memuntahkan kembali makanannya walaupun hanya sedikit mengonsumsinya.

2. Anoreksi nervousa

Freepik/Freepik

Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang membuat penderitanya berusia seminimal mungkin mengonsumsi makanan dan berolahraga dengan sangat keras supaya bisa kurus. Anoreksia nervousa membuat penderitanya takut bertumbuh gemuk. 

Di sisi lain, sekalipun berat badannya sudah turun dan cenderung kurus, penderita anoreksia masih tetap beranggapan bahwa tubuhnya gemuk.

Karena kurangnya asupan nutrisi ke dalam tubuh, penderita anoreksia nervosa berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan, mulai dari malnutrisi hingga gangguan hormon.

3. Binge eating

Freepik/Gpointstudio

Binge eating adalah gangguan makan di mana penderitanya sulit mengendalikan diri untuk makan. Penderita binge eating akan terus makan sekalipun tidak merasa lapar dan makan dalam jumlah yang besar.

Mereka bahkan cenderung terbiasa menyembunyikan makanan, kemudian merasa bersalah setelah makan banyak.

4. Avoidant/restrictive food intake disorder

Pixabay/Pexels

Avoidant/restrictive food intake disorder adalah gangguan makan yang membuat penderitanya menghindari atau membatasi makanan tertentu. Pola makan ini dapat membuat kebutuhan gizi minimal harian penderitanya tidak tercukupi. 

Pada remaja, kondisi ini dapat menyebabkan masalah pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. 

Perlu diketahui, penderita avoidant/restrictive food intake disorder tidak memiliki ketakutan terhadap bertambahnya berat badan atau perubahan ukuran tubuh.

Mereka tidak tertarik untuk makan atau menghindari makanan dengan warna, tekstur, bau, atau rasa tertentu, misalnya sayuran berwarna hijau. 

Penderita avoidant/restrictive food intake disorder mungkin juga mengalami kekhawatiran tentang apa yang bisa terjadi saat makan, seperti takut tersedak atau takut muntah. 

Avoidant/restrictive food intake disorder dapat terjadi pada berbagai usia, tetapi lebih sering terjadi pada anak kecil, walaupun tidak menutup kemungkinan kondisi ini akan terbawa hingga ia remaja apabila tidak segera ditangani.

Apa yang harus orangtua lakukan ketika anak mengalami eating disorder dan perilakunya nyata hingga mengganggu kesehatannya?

Memberi Dukungan untuk Kesembuhan Anak

Freepik/Pch.vector

Apabila anak mama terdiagnosis mengalami gangguan makan, segera periksakan ke dokter. Dokter, bekerja sama dengan psikolog, dapat memberikan serangkaian perawatan untuk memulihkan kondisi anak, baik itu secara fisik maupun psikologis. 

Di sisi lain hal yang paling penting dilakukan orangtua adalah mendampingi dan memberikan dukungan kepadanya. 

Penting bagi orangtua untuk mempelajari mengapa anak mengalami gangguan makan tersebut.

Lalu, tumbuhkan rasa percaya diri anak bahwa ia sempurna apapun keadaan bentuk tubuh dan berat badannya, dan doronglah anak untuk beraktivitas secara sehat.

Hindari Pembahasan tentang Bentuk Tubuh yang Sempurna

Pexels/Nicola Barts

Tak dipungkiri, media sosial saat ini turut memengaruhi cara berpikir remaja. Remaja yang terpapar konten-konten atau pun gambaran tubuh ideal artis idolanya, mungkin merasa bahwa kondisi tubuhnya saat ini jauh dari sempurna. 

Berikan pengertian pada anak bahwa bentuk tubuh yang ideal yang ditampilkan di media bisa saja melalui proses manipulasi dan editing yang berbeda dari kenyataannya.

Alihkan perhatian anak ke hal-hal lain yang lebih berkualitas ketimbang berfokus pada idealnya bentuk tubuh artis idola.

Tunjukkan orang-orang yang mungkin bentuk tubuhnya tidak ideal tetapi punya berbagai kelebihan yang membuatnya istimewa.

Ajarkan Anak Berpikir Positif

Pexels/olia danilevich

Orangtua dapat mengajarkan kepada anak kekuatan berpikir positif yang dapat mengubah persepsi tentang bentuk tubuh yang "ideal". Misalnya dengan membuat jurnal harian di mana anak bisa menuangkan apapun yang ada dalam pikirannya dan menuliskan afirmasi positifnya. 

Berikan semangat pada anak bahwa ia bisa pulih dari gangguan makan yang diterimanya dan ia layak dicintai apapun kondisi tubuhnya.

Demikianlah informasi seputar gangguan makan pada remaja yang penting diketahui orangtua. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ma.

Baca juga:

The Latest