Bagaimana Cara Menghadapi Anak yang Sulit Diatur? Bisa Tetap Sabar, Ma
Fase perkembangan yang wajar sih, tapi kok kenakalannya menjadi-jadi ya?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semua anak mengalami masa di mana sangat patuh dan lekat dengan orangtua, hingga mengalami ketakutan jika Mama pergi dari sisinya barang sedetik saja.
Tetapi, seiring perkembangannya, ada pula masa di mana anak jadi sangat membangkang, melawan semua yang aturan rumah yang berlaku dan sulit diatur. Rasanya bikin kepala pecah dan menguji kesabaran banget ya, Ma.
Lalu, apa yang harus dilakukan orangtua menghadapi anak yang sulit diatur ini?
Bagian dari Perkembangan yang Akan Dilalui Semua Anak
Perubahan sikap dan perilaku seorang anak, dari masa kanak-kanak menuju ke remaja, memang cukup menantang bagi orangtua. Di masa ini, anak menganggap dirinya sudah besar dan tidak mau lagi diatur orangtua. Sementara, bagi para orangtua, mereka masihlah anak kecil yang perlu diatur agar tindak-tanduknya tidak salah arah.
Membangkan dan melawan merupakan bagian dari perkembangan yang akan dilalui semua anak. Ini adalah salah satu cara anak belajar dan menemukan dirinya sendiri. Di fase ini, mereka tidak ragu mengekspresikan perasaan, menunjukkan kepribadian dan otonomi dirinya. Ketika mereka mulai merasa mandiri, di sinilah mereka menemukan batas-batas antara aturan orangtua dengan kontrol dirinya sendiri. Di sinilah, rawan terjadi konflik antara anak dengan orangtua.
Faktor Penyebab Anak Menjadi Sulit Diatur
Terlepas dari bagian perkembangan jati diri anak, terkadang konflik yang terjadi bukan sekadar masalah yang muncul sesekali dari dampak bagaimana orangtua dan anak berinteraksi.
Anak yang sulit diatur mungkin saja 'tercipta' dari harapan orangtua yang terlalu tinggi dan terlalu ketat terhadap aturan sehingga anak memberontak. Faktor temperamen anak juga berpengaruh pada bagaimana anak merespon suatu masalah, apakah reaktif atau cenderung tenang dan kalem.
Faktor stres, seperti adanya masalah di sekolah, tekanan keluarga atau konflik antar orangtua juga dapat menjadi faktor pemicu anak menjadi pemberontak dan sulit diatur.
Pentingnya Mengevaluasi Situasi dalam Keluarga
Anak yang sulit diatur bukan hanya bermasalah dengan dirinya sendiri, melainkan menjadi masalah bagi seluruh anggota keluarga. Perlu diingat, perilaku ini tidak terjadi dalam semalam saja, melainkan akumulasi dari permasalahan yang tidak terselesaikan. Untuk itu, orangtua perlu melakukan evaluasi situasi yang terjadi. Berikut Popmama.com merangkum beberapa pertanyaan yang bisa menjadi bahan evaluasi, dilansir dari healthychildren.org:
- Seberapa besar rasa hormat antar anggota keluarga?
- Apakah antar anggota keluarga menghormati privasi, ide dan nilai pribadi masing-masing?
- Bagaimana cara orangtua menyelesaikan konflik yang terjadi?
- Apakah tiap anggota keluarga dapat menyelesaikan ketidaksepakatan dengan diskusi rasional, atau berdebat menggunakan kekerasan?
- Bagaimana cara orangtua mendisiplinkan anak?
- Bagaimana gaya komunikasi antar orangtua dan anak?
- Seberapa sering orangtua memukul dan berteriak jika anak melakukan kesalahan?
- Apakah anak mengalami kesulitan belajar dan bergaul di sekolah?
- Apakah saat ini keluarga sedang mengalami masa-masa sulit?
Reaksi Orangtua Berperan Sangat Penting
Jika anak baru saja menunjukkan sikap tidak hormat dan tidak patuh, katakan padanya bahwa Mama melihat perbedaan perilakunya dan Mama merasa dia sedang tidak bahagia atau ada hal yang sedang ingin 'dibuktikannya'. Cobalah mengobrol dari hati ke hati untuk menentukan penyebab spesifik dari kekesalan dan rasa frustrasinya. Ini merupakan langkah pertama yang penting untuk membantu anak mengubah perilakunya.
Reaksi orangtua berperan sangat penting dalam mengubah perilaku anak yang sulit diatur. Jika Mama bereaksi dengan ledakan kemarahan, anak justru akan merespons dengan ketidaktaatan dan ketidakhormatan. Namun jika Mama bersiap kooperatif dan tenang tetapi konsisten, anak akan menjadi lebih patuh. Ia melihat contoh sikap hormat dan mempelajarinya dari sikap orangtua padanya dan pada orang lain dalam keluarga.
Ketika anak patuh dan hormat, pujilah ia atas perilaku itu. Upaya positif ini jauh lebih berhasil diterapkan, daripada Mama menghadiahinya dengan hukuman sepanjang waktu.
Jika hubungan dalam keluarga Mama menunjukkan tanda-tanda masalah, terapi keluarga dapat membantu masalah ini. Dengan menangani dan menyelesaikan masalah ini di usia muda, Mama dapat meminimalkan dan bahkan mencegah pergulatan yang lebih serius yang mungkin muncul ketika anak mencapai usia remaja. Kuncinya adalah identifikasi dan pengobatan dini.
Semoga informasi ini menginspirasi ya, Ma.
Baca juga:
- 5 Tanda Anak Pemarah yang Perlu Mendapat Perhatian Khusus
- 5 Cara Efektif Hilangkan Sifat Posesif Anak
- Sebelum Dilabeli Anak 'Nakal', 5 Kondisi Psikologis Ini Perlu Dipahami