Menjelaskan pada Anak Situasi Krisis Finansial yang Dihadapi Keluarga
Pandemi Covid-19 ini tak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga finansial keluarga
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pandemi Covid-19 yang dialami dunia saat ini turut mengubah berbagai aspek kehidupan kita. Mulai dari cara kita berkomunikasi, bersekolah, bekerja, protokoler kesehatan, hingga perekonomian global.
Saat ini, selain masalah virus yang menyebar begitu cepat dan membahayakan kesehatan manusia, kita juga sedang menghadapi krisis perekonomian sebagai dampak dari pandemi ini. Dua juta pekerja di Indonesia telah di-PHK, sementara jutaan yang lain berada di ujung tanduk.
Situasi pandemi ini menyebabkan ketidakpastian ekonomi, kondisinya semua serba bisa berubah dengan cepat. Setiap orang bisa merasakan langsung, termasuk anak-anak kita yang terkena imbasnya.
Kehidupan yang dulunya nyaman dan berkecukupan sebelum merebaknya virus corona, tiba-tiba terputarbalik begitu saja, tanpa adanya persiapan.
Lalu, bagaimana caranya menjelaskan situasi krisis finansial yang sedang dihadapi keluarga pada anak-anak kita?
Tentu tak mudah ya, Ma, tetapi tips dari Popmama.com ini mungkin bisa membantu:
1. Pelajari fakta yang terjadi
Pelajari apa yang sedang terjadi dengan kondisi finansial keluarga dan situasi pandemi yang terjadi.
Dengan mengetahui bagian per bagian masalah finansial yang sedang dialami, Mama bisa menjelaskannya pada anak-anak dengan baik.
Jika orangtua sendiri tidak benar-benar memahami krisis yang terjadi, akan sulit untuk menenangkan anak akan kondisi yang sedang dialami keluarga.
Bagaimana caranya?
Baca berita terkini dari sumber terpecaya dan perhatikan perkembangan kabar serta kebijakan dari Pemerintah.
Jika Mama dan Papa bekerja, ketahui kondisi kesehatan kantor tempat kamu bekerja.
2. Ajak bicara anak tentang kondisi yang terjadi
Anak adalah bagian dari keluarga. Di usia yang masih muda, mungkin orangtua ragu apakah anak bisa mengerti kondisi krisis yang dialami keluarga.
Pada faktanya, anak-anak yang telah menginjak usia sekolah, sebetulnya bisa merasakan ada yang tidak beres di dalam keluarga, meski mereka sendiri belum tahu apakah masalahnya.
Berbicara jujur dan sampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti, sesuai dengan usia dan kematangan anak Mama.
Apakah anak sudah cukup dewasa untuk memahami masalah dengan benar?
Terkadang, anak-anak mengartikan masalah yang terjadi dalam keluarga dengan tidak tepat, membesar-besarkannya, bahkan menyalahkan diri sendiri atas masalah yang terjadi.
Hal ini dapat menimbulkan stres dan kecemasan yang mungkin tidak bisa terungkapkan, yang dapat berdampak hingga ia dewasa kelak.
Apapun konsekuensinya, mulailah untuk menjelaskan pada anak situasi krisis finansial yang dihadapi keluarga saat ini.
Anak berhak mengetahuinya agar ia juga bisa mempersiapkan dirinya untuk segala kemungkinan di masa mendatang.
3. Jangan bertengkar dengan pasangan di depan anak
Jika Mama sedang menghadapi dilema finansial keluarga, pastikan anak tidak mengetahui perdebatan atau pertengkaran orangtua. Demikian pula, pastikan Mama tidak menyalahkan pasangan atas krisis keuangan apapun yang sedang dialami di masa pandemi ini.
Pertengkaran orangtua di depan anak karena masalah finansial tak hanya akan memberi contoh negatif tentang bagaimana menghadapi situasi keuangan yang sulit, tetapi juga berdampak pada hubungan anak di kemudian hari.
4. Berikan pemahaman tentang gaya hidup yang tepat
Sebagian anak mungkin telah terbiasa dengan gaya hidup dengan segala kemudahan dan segala kemewahannya. Tetapi, kondisi finansial yang tak lagi sama, mau tak mau semua anggota keluarga harus menyesuaikan diri.
Berikan pemahaman pada anak bahwa, "Hiduplah seperti apa yang kamu miliki."
Mungkin selama ini anak mengira bahwa harta orangtua adalah harta mereka juga, atau merasa iri pada anak lain di sekolah yang tampak memiliki segalanya.
Anak harus tahu bahwa uang yang dimiliki harus dipergunakan dengan bijak di masa krisis ini agar mereka tidak menuntut gaya hidup yang sama dengan kondisi saat masih berjaya. Untuk mendapatkan apa yang diinginkan, anak harus tahu bahwa semuanya perlu kerja keras.
Tak ada salahnya hidup sederhana dan tidak harus seperti kehidupan orang lain.
Selama masih bisa makan tiga kali sehari dengan lauk-pauk sederhana pun cukup, yang penting tetap sehat. Tak harus punya gadget mahal seperti teman yang lain, asalkan masih bisa berfungsi dengan baik.
5. Jangan gunakan anak sebagai tameng
Di masa ini, mungkin keluarga masih punya cicilan dan hutang yang harus tetap dibayar. Kenyataannya, kondisi keuangan benar-benar sangat tiris.
Namun ingat, Ma, jangan gunakan anak-anak untuk menangani masalah ini. Menggunakan anak sebagai tameng saat debt collector datang ke rumah, atau meminta anak berbohong menjawab telepon dari orang yang memberikan hutang, adalah hal yang harus dihindari.
Hal ini mungkin akan menyelamatkan orangtua sementara dari kejaran penagih hutang.
Tetapi anak akan menyimpan kenangan buruk ini dan menimbulkan kecemasan seumur hidup tentang krisis keuangan yang pernah dialaminya.
Itulah cara menjelaskan situasi krisis finansial yang sedang dihadapi keluarga. Masa-masa ini tidak pernah menjadi hal yang mudah dijalani siapapun. Butuh banyak penyesuaian, pemahaman, dan menerima bahwa mungkin di hari-hari ke depan kehidupan kita akan mengalami perubahan.
Semoga krisis yang sedang dialami segera berlalu ya, Ma.
Baca Juga:
- Eksklusif: Tips Bijak Mengatur Keuangan Keluarga saat Pandemi Covid-19
- 5 Tips Mengajarkan Anak Menabung dari Uang Saku
- Yuk Ma, Ajarkan Anak Menabung Sejak Kecil