5 Prinsip Penting Mengajarkan Anak Bertanggungjawab di Media Sosial
Mereka mungkin pintar menggunakannya secara teknis, tapi belum begitu bijak
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semakin banyaknya pengguna internet di dunia membawa begitu banyak perubahan bagi kehidupan kita. Apalagi di masa pandemi Covid-19, di mana komunikasi via digital meningkat pesat. Sekarang, siapapun menggunakan internet untuk berbagai keperluan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Hal ini meningkatkan perhatian para pemerhati dunia komunikasi. Anak-anak dan remaja menggunakan berbagai aplikasi media sosial untuk bersosialisasi, berekspresi, belajar, dan lain-lain. Namun, kasus-kasus pun merebak di Indonesia terkait unggahan konten yang tidak pantas, yang seringkali pelakunya adalah anak-anak dan remaja.
Sebagai orangtua, hal ini perlu mendapat perhatian khusus. Penting mengajarkan kepada anak untuk berhati-hati mengunggah konten dan komentar di media sosial. Berikut ini Popmama.com merangkum 5 prinsip penting mengajarkan anak menggunakan media sosial secara bijak:
1. Ikuti aturan 3 menit
Ajarkan anak aturan 3 menit yang sangat sederhana dilakukan ini: setelah membuat postingan apapun, tunggu 3 menit sebelum mengunggahnya. Lakukan hal yang lain, lalu kembalilah melihat konten yang ingin diposting tersebut. Lihat dan baca ulang, kemudian ajarkan pada anak bertanya pada diri sendiri, "Apakah postinganku ini berguna? Apakah akan menyakiti orang lain? Bagaimana perasaanku jika orangtua, keluarga, dan orang lain melihatnya?"
Jika anak meragukan konten yang akan dipostingnya, beritahu ia untuk tidak mempostingnya. Tekankan pada anak bahwa jejak digital itu tidak bisa hilang sepenuhnya meskipun postingan itu sudah dihapus.
2. Hindari sarkasme
Persepsi tiap orang berbeda-beda terhadap sebuah konten atau komentar di media sosial. Terlebih anak-anak yang masih belum memahami dengan benar seperti apa sih sarkasme itu. Anak pikir mereka tahu, padahal sebenarnya tidak. Anak bisa mengatakan hal buruk tentang orang lain, kemudian ketika kontennya menjadi masalah, mereka mungkin hanya menganggapnya sebagai candaan.
Sebagai orangtua, hal ini sangat tricky. Mama dapat mengatakan, "Oh jadi maksud lelucon Kakak seperti itu? Mari pikirkan caranya supaya bisa mengatakan itu dengan cara yang lebih baik, jadi semua orang mengerti bahwa Kakak hanya becanda."
3. Gunakan media sosial untuk kebaikan
Dengan banyaknya konten media sosial yang berseliweran, memang sulit mengendalikan konten apa yang dilihat oleh anak kita. Termasuk konten-konten negatif yang mungkin menginspirasi mereka untuk bertindak buruk.
Ajak anak untuk fokus bagaimana menggunakan media sosial untuk kebaikan. Ketika anak belajar membagikan hal-hal positif di media sosial, tindakan ini akan menyebar ke teman-teman sebayanya.
4. Bertanya kepada orang dewasa jika tidak yakin apa artinya
Ada saat anak membaca postingan orang lain dan mereka jadi sensitif karenanya. Ya, bahasa tulisan di media sosial memang sangat kompleks sehingga rawan disalahartikan.
Beritahu anak jika membaca sesuatu dan ia tidak yakin apa maknanya, tanyakan kepada orang dewasa. Minta anak untuk membantu membaca arti yang tersirat. Karena kita tidak selalu membaca sesuatu seperti yang seharusnya ketika emosi kita sedang tinggi, jadi kita merasa seperti sedang diserang.
5. Bertanggungjawab terhadap apa yang diunggah di media sosial
Sejak menggunakan media sosial, anak harus tahu tentang bagaimana bertanggungjawab terhadap apa yang diunggahnya. Tekankan pada anak bahwa media sosial adalah perpanjangan dari apa yang kita lakukan di dunia nyata. Kata-kata bisa jadi setajam pisau yang bisa melukai orang lain. Unggah konten yang vulgar adalah hal yang memalukan, seperti pergi keluar rumah tanpa memakai baju.
Anak harus tahu seperti apa konsekuensi dari setiap unggahan di media sosial. Oleh karena itu, jika ia tidak berani mempertanggungjawabkannya kepada publik, sebaiknya berpikir ulang mengunggahnya di media sosial.
Yang tak kalah penting adalah memberi contoh kepada anak bagaimana bijak dalam bermedia sosial. Karena orangtua adalah contoh terbaik bagi anak. Semoga informasi ini bermanfaat dan menginspirasi ya, Ma.
Baca juga:
- 5 Alasan Perlunya Menerapkan Batasan pada Media Sosial Anak
- 5 Efek Buruk Anak Terlalu Lama Bermain Media Sosial Tanpa Tujuan Jelas
- 5 Cara Meluapkan Emosi bagi Remaja, Nggak Harus di Media Sosial