Mama Perlu Tahu, Inilah Ciri-Ciri Disleksia pada Anak
Disleksia adalah gangguan belajar yang ditandai dengan kesulitan mengolah angka dan huruf
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama dan Papa mungkin pernah mendengar kata disleksia pada anak-anak. Ya, sebuah gangguan belajar yang dapat dialami oleh anak-anak. Disleksia ini ditandai dengan ketidakmampuan atau anak mengalami kesulitan dalam memproses kata atau angka.
Sebenarnya, disleksia bukanlah penyakit, Ma. Disleksia umumnya ditemui sebagai kelainan yang timbul sejak lahir. Anak-anak yang mengalami gangguan ini juga bukanlah anak bodoh atau malas. Banyak dari penderita disleksia yang berusaha keras untuk melawan disleksia dengan belajar dengan giat.
Mengutip kidshealth, penelitian telah menunjukkan bahwa disleksia terjadi karena adanya kelainan pada cara otak dalam memproses informasi. Jadi, anak-anak dengan disleksia menggunakan otak bagian lain yang berbeda dari anak normal ketika menulis, membaca, atau menghitung.
Adanya gangguan belajar atau disleksia pada anak biasanya baru diketahui ketika usia sekolah, yaitu kisaran 6–9 tahun. Berikut Popmama.com rangkum selengkapnya mengenai ciri-ciri disleksia pada anak.
Ciri-ciri disleksia pada anak yang perlu orangtua ketahui
Tanda-tanda disleksia mungkin akan cukup sulit dikenali sebelum anak-anak memasuki usia sekolah, tetapi beberapa petunjuk awal mungkin dapat menunjukkan adanya masalah, Ma.
Ketika anak-anak mencapai usia sekolah, biasanya guru lah yang mungkin menjadi orang pertama mengetahui adanya masalah pada kemampuan belajar si Kecil. Sebenarnya, tengkat keparahan gejala disleksia bervariasi. Namun, cukup sering terlihat ketika seorang anak mulai belajar membaca.
Berikut ciri-ciri disleksia pada anak yang perlu Mama dan Papa ketahui. Dikutip dari laman mayoclinic.
1. Ciri-ciri disleksia pada anak sebelum usia sekolah
Tanda-tanda bahwa seorang anak mungkin berisiko terkena disleksia ketika sebelum usia sekolah, meliputi:
- terlambat bicara,
- mempelajari kata-kata baru secara perlahan,
- adanya masalah dalam membentuk suatu kata dengan benar, seperti mengulang-ulang kata, berbicara secara membingungkan, atau kata yang terdengar selalu serupa,
- adanya masalah dalam mengingat atau menamai huruf, angka, dan warna, dan
- kesulitan mempelajari sajak anak-anak atau bermain permainan kata yang berima.
2. Ciri-ciri disleksia pada anak usia sekolah
Setelah anak Mama bersekolah, tanda dan gejala disleksia mungkin menjadi lebih jelas. Beberapa cirinya, yaitu:
- kemampuan membaca yang jauh, di bawah tingkat usia yang diharapkan,
- adanya masalah dalam memproses dan memahami apa yang didengar,
- kesulitan menemukan kata yang tepat atau membentuk jawaban atas pertanyaan,
- adanya masalah ketika mengingat urutan suatu hal,
- adanya kesulitan ketika melihat (dan terkadang mendengar) persamaan dan perbedaan dalam huruf maupun kata,
- ketidakmampuan untuk melafalkan pengucapan kata yang tidak dikenal,
- kesulitan mengeja,
- menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan tugas yang melibatkan membaca atau menulis, dan
- menghindari aktivitas yang melibatkan membaca.
3. Ciri-ciri disleksia pada anak remaja dan dewasa
Tanda disleksia pada remaja dan orang dewasa biasanya cukup mirip dengan yang terjadi pada anak-anak. Beberapa tanda dan gejala disleksia yang umum pada remaja dan orang dewasa, meliputi:
- kesulitan membaca, termasuk membaca dengan suara keras,
- lambat dalam membaca dan menulis,
- adanya masalah saat mengeja,
- menghindari aktivitas yang melibatkan membaca,
- salah mengucapkan nama atau kata, atau salah saat mengucapkan kata,
- adanya kesulitan ketika memahami lelucon atau ungkapan yang memiliki makna tidak mudah dipahami dari kata (idiom) tertentu,
- menghabiskan waktu sangat lama untuk menyelesaikan tugas yang melibatkan membaca atau menulis,
- kesulitan meringkas cerita,
- kesulitan belajar bahasa asing,
- kesulitan menghafal, dan
- kesulitan mengerjakan soal matematika atau yang berhubungan dengan angka.
Penyebab disleksia, umumnya terjadi karena faktor keturunan
Disleksia cenderung diturunkan dalam keluarga. Jadi, tampaknya gangguan belajar ini berkaitan dengan gen tertentu yang memengaruhi cara otak dalam memproses membaca dan bahasa.
Disleksia bermula dari adanya perbedaan bagian otak dengan otak normal lainnya ketika mengolah bahasa. Jadi, area otak penderita disleksia yang seharusnya aktif saat membaca, tidak berfungsi dengan baik, Ma.
Selain itu, disleksia bisa juga disebabkan oleh adanya faktor risiko di lingkungan. Faktor risiko tersebut, di antaranya:
- adanya riwayat disleksia atau ketidakmampuan belajar lainnya dalam keluarga,
- kelahiran prematur atau berat badan saat lahir cukup rendah,
- adanya paparan nikotin, obat-obatan, alkohol, atau infeksi selama kehamilan yang dapat mengubah perkembangan otak pada janin, dan
- kelainan pada otak dibanding anak normal lainnya.
Cara mendiagnosis disleksia pada anak-anak
Mengutip medicinenet, disleksia merupakan kelainan yang cukup sulit untuk didiagnosis. Ada banyak faktor psikologi atau tinjauan profesional kesehatan lainnya yang perlu dilakukan dalam mendiagnosis kelainan ini. Diperlukan juga beberapa tes sebelum seorang anak dinyatakan mengalami disleksia.
Tes tersebut menentukan tingkat kemampuan membaca dan kemampuan fungsional anak. Kemudian, akan dibandingkan dengan potensi membaca yang dievaluasi dengan tes kecerdasan. Semua aspek dari proses membaca diperiksa untuk menunjukkan di mana kerusakan atau kelainan belajar terjadi.
Pengujian lanjutan juga perlu dilakukan untuk menilai bagaimana seorang anak menerima, memproses informasi, dan apa yang dilakukan anak dengan informasi tersebut.
Adapun tes yang dapat menentukan apakah seorang anak mengidap disleksia atau mungkin dapat belajar lebih baik:
- tes mendengar informasi (auditory),
- tes melihat informasi (visual), dan
- tes melakukan sesuatu (kinestetik).
Selain itu, ada pula tes yang digunakan untuk menilai apakah seorang anak berprestasi lebih baik ketika diperbolehkan memberikan informasi (output). Dengan mengatakan sesuatu (lisan) atau dengan melakukan sesuatu menggunakan tangan (taktil-kinestetik). Selain itu, diperlukan tes untuk mengevaluasi bagaimana semua sistem sensorik (modalitas) ini bekerja bersama satu sama lainnya.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh anak disleksia
Jika anak Mama telah didiagnosis menderita disleksia, diperlukan beberapa perawatan berbeda untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam membaca dan menulis. Perawatan pada tenaga profesional, seperti dokter anak atau psikiater anak dapat bantu meningkatkan kemampuan anak-anak dan mengejar ketertinggalannya terhadap teman-teman di sekolah.
Semakin kecil usia anak ketika mereka memulai pengobatan, semakin baik peluang keberhasilannya, Ma. Sedangkan pada orang dewasa yang mengalami disleksia, dianjurkan untuk terus meningkatkan keterampilan dengan bantuan yang tepat.
Tindakan perawatan yang dilakukan akan disesuaikan dengan melewati beberapa tahapan tes terlebih dahulu. Jadi, tenaga profesional akan membuat rencana pembelajaran yang paling tepat dengan kondisi anak-anak.
Itulah ciri-ciri disleksia pada anak yang perlu orangtua waspadai. Disertai penyebab, cara diagnosis, juga cara perawatannya. Semoga dapat membantu Mama dan Papa dalam mendampingi proses tumbuh kembang si Kecil, ya.
Baca Juga:
- 6 Langkah Menangani Disleksia, Gangguan Belajar yang Terjadi pada Anak
- Jarang Diketahui, Inilah 5 Potensi Terpendam Anak Disleksia
- 5 Cara Meningkatkan Rasa Kepercayaan Diri Anak Disleksia