6 Cara Memperkuat Hubungan Papa dengan Anak Laki-Laki
Hubungan antara papa dan anak laki-laki bisa tegang, namun Papa dapat mencegahnya kok!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menjadi seorang papa dari anak laki-laki seringkali menjadi dambaan Papa. Namun, tak jarang anak laki-laki memiliki masalah kedekatan dengan sang Papa.
Masalah komunikasi, salah paham, dan beda ketertarikan seringkali menjadi beberapa masalah utama hubungan antara Papa dan anak laki-lakinya.
Meski begitu, bukan berarti Papa tidak bisa dekat dengan anak laki-lakinya kok.
Popmama.com sudah mengumpulkan beberapa tips untuk memperkuat hubungan Papa dengan anak laki-laki.
1. Papa perlu menjadi contoh yang baik bagi anak laki-lakinya
Ada banyak hal yang dapat Papa lakukan untuk membangun hubungan yang kuat dengan anak laki-lakinya.
Disadari atau tidak, anak laki-laki belajar cara menjadi seorang laki-laki dengan memerhatikan perilaku sang Papa.. Pengaruh seorang Papa pada perkembangan kepribadian anak laki-laki sering kali tidak terlihat tetapi nyata.
Ketika anak laki-laki melihat Papa mereka berinteraksi dengan orang lain termasuk ke Mama, mereka dapat belajar tentang rasa hormat (atau tidak hormat), tentang bagaimana laki-laki berinteraksi dengan orang lain, dan tentang bagaimana laki-laki harus menghadapi konflik dan perbedaan dengan orang lain.
Memahami pengaruh Papa pada anak laki-laki tidak dapat digantikan bisa membantu orang tua berpikir lebih jauh tentang hubungan Papa dengan anak laki-lakinya dan juga turut berperan untuk menjadi panutan yang baik dengan serius.
2. Menghabiskan waktu bersama anak juga dapat menjadi media pembelajaran bagi anak
Pastikan Papa menghabiskan waktu bersama dengan anak. Dengan meluangkan waktu untuk anak, mereka akan mengetahui kalau mereka penting untuk Papa, terutama kalau Papa meluangkan waktu untuk mereka di tengah jadwal yang padat.
Jika Papa dapat meluangkan waktu untuk anak laki-lakinya, anak juga dapat memahami kalau Papa juga menikmati waktu bersama anak. Jika anak masih kecil, Papa dapat ikut serta dalam permainan di luar rumah, membaca buku, atau bermain game di dalam rumah.
Saat anak sudah beranjak remaja, Papa bisa mencoba ikut serta dalam hal-hal yang mereka sukai juga. Papa tidak perlu ahli dalam kegiatan yang anak sukai, setidaknya Papa dapat memberikan saran dan dorongan pada anak untuk melakukan apa yang mereka sukai.
Beberapa kenangan terbaik Papa adalah ketika Papa dapat menghabiskan waktu bersama anak ketika mereka melakukan sesuatu yang mereka sukai. Dilansir dari verywellmind, keterlibatan Papa dalam kegiatan anak dapat mendorong perkembangan kognitif, linguistik, dan sosio-emosional anaknya.
3. Papa perlu juga memperhatikan dan memahami ketertarikan anak
Hubungan ayah-anak terkadang bisa terasa tegang, terutama jika minat Papa tidak sama dengan anak. Namun, tak ada salahnya Papa berusaha mencari ketertarikan yang sama dengan anak.
Dengan adanya ketertarikan yang sama, Papa dapat memaksimalkan waktu yang Papa miliki untuk bersama melakukan sesuatu yang Papa dan anak nikmati. Minat yang sama juga dapat menjadi pendorong untuk berbicara dengan anak.
Meski begitu, tak masalah pula jika Papa tidak memiliki ketertarikan yang sama dengan anak. Setidaknya, Papa dapat memahami ketertarikan anak dan sesekali bertanya mengenai ketertarikannya supaya tetap bisa bonding meski memiliki minat yang berbeda.
4. Diskusi tentang berbagai masalah juga dapat dilakukan sejak dini
Sejak kecil, anak-anak Papa dan Mama sudah dibombardir dengan pesan-pesan negatif dari sekitar mereka. Menonton iklan di televisi saja dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri pada anak. Mereka mungkin tidak begitu kuat secara fisik, atau terlihat ideal seperti orang-orang yang mereka lihat di televisi.
Saat anak mulai beranjak dewasa, mereka dipaksa untuk memahami dan menyelesaikan berbagai masalah besar. Karena itulah Papa perlu berdiskusi tentang masalah-masalah besar tersebut.
Ada beberapa hal besar yang dapat Papa mulai bicarakan kepada anak ketika ia sudah mulai menjadi anak remaja:
Pendidikan seks: Papa perlu bersikap terbuka untuk melakukan percakapan ini untuk membantu anak mengembangkan sikap yang lebih baik tentang seks dan hubungan romantis secara umum. Pastikan juga untuk menggunakan kalimat yang sesuai dengan usia anak.
Hubungan dengan teman dan asmara: Anak juga perlu berdiskusi dengan Papa tentang persahabatan dan hubungan yang sehat. Pastikan mereka tahu apa yang dimaksud dengan pertemanan dan kencan yang sehat serta apa yang dianggap sebagai perilaku tidak baik atau kasar.
Uang: Mengajari anak cara mengelola uang adalah salah satu keterampilan terpenting yang dapat Papa mulai ajarkan. Papa dapat membahas tentang pentingnya menabung, memiliki skala prioritas pembelian, dan berinvestasi sambil memberi anak kesempatan untuk melatih keterampilannya.
Media sosial: Penting bagi Papa untuk mulai mengajari anak tentang dasar-dasar berselanjar secara digital bahkan sebelum mereka memiliki akun media sosial. Seiring bertambahnya usia, pastikan anak memahami apa yang dimaksud dengan cyberbullying serta betapa pentingnya menjaga diri mereka secara online.
Tekanan teman sebaya: Bicaralah dengan putra Anda tentang risiko tekanan teman sebaya dan apa yang dapat mereka lakukan jika mereka dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak nyaman bagi mereka, terutama tentang merokok, minum alkohol, dan menggunakan narkoba. Lengkapi mereka dengan alat yang dibutuhkan untuk menanggapi tekanan tersebut dengan cara yang sehat.
Spiritualitas: Papa juga dapat mendekatkan anak kepada agama. Apapun agama yang Papa dan Mama miliki, bantulah putra Anda memahami makna hidup yang lebih dalam dan berikan edukasi mengenai agama yang Papa dan Mama anut.
5. Anak juga perlu didengarkan oleh Papa
Penting bagi Papa untuk belajar cara mendengarkan anak laki-lakinya tanpa menghakimi atau berusaha memberikan solusi secepatnya sejak anak masih kecil.
Mendengarkan anak dengan baik akan sangat membantu membangun hubungan ayah-anak yang baik serta mendorong pola komunikasi yang efektif.
Untuk mendorong anak untuk membuka diri, carilah kesempatan supaya Papa dapat bersama dengan anak saat Papa sedang dapat mendengarkan apa yang yang mereka katakan.
Memancing bersama atau jalan-jalan dengan kendaraan dapat menjadi cara yang efektif untuk menciptakan lingkungan yang kondusif.
Papa bisa menunjukkan perhatian pada anak laki-laki dengan cara berikut:
- Berikan perhatian penuh kepada anak. Lakukan kontak mata dan perhatikan kata-kata mereka tanpa menyela atau menawarkan nasihat.
- Hentikan apa yang sedang Papa lakukan. Saat anak mulai berbicara, Papa perlu memberikan tanda kepada anak kalau Papa dapat memperhatikan kata-kata anak. Lakukan juga kontak mata kepada anak.
- Renungkan kembali apa yang mereka katakan. Pastikan anak mengerti kalau Papa dapat memahami apa yang mereka katakan serta dapat merangkum perasaan mereka dari ceritanya. Jika tidak yakin, Papa juga dapat bertanya untuk memastikan kembali apa yang anak sudah katakan. Meski begitu, Papa perlu memperhatikan nada bicara supaya tidak terdengar menghakimi atau menginterogasi.
6. Jangan lupa kalau anak juga memiliki privasi yang perlu Papa hargai
Hormati privasinya. Bahkan anak laki-laki kecil pun membutuhkan waktu untuk diri mereka sendiri. Anak dapat memilih untuk bermain sendirian di kamarnya dari waktu ke waktu, atau memilih untuk fokus kepada komputer atau handphonenya.
Papa dapat menunjukkan kepadanya bahwa Papa tetap peduli dan juga dapat menghormati ruang pribadi yang menjadi kebutuhannya.
Itulah 7 cara memperkuat hubungan Papa dengan anak laki-laki. Kalau Papa sudah pernah melakukan yang mana saja, nih?
Baca juga:
- Hari Ayah! Ini 7 Cara Meningkatkan Hubungan Papa dan Anak Perempuannya
- 7 Hal yang Bisa Menandakan Hubungan Papa dan si Bayi Kurang Harmonis
- 5 Alasan Pentingnya Hubungan Kedekatan Papa dan Anak Perempuan