TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Lirik Lagu “Hymne Guru” Serta Makna Dan Sejarahnya

Meski hanya sesekali didengar, lagu “Hymne Guru” juga termasuk salah satu lagu nasional.

Unsplash/Mufid Majnun

Saat memperingati hari guru tiap tanggal 25 November, tak jarang sekolah memutarkan lagu “Hymne Guru” hingga menugaskan tiap muridnya untuk menghapal lagu ini.

Meski hanya sesekali didengar, lagu “Hymne Guru” juga termasuk salah satu lagu nasional yang juga perlu diketahui dan memiliki sejarah tersendiri.

Di bawah ini Popmama.com sudah merangkum lirik lagu “Hymne Guru” serta makna dan sejarahnya untuk menjadi pengetahuan anak Mama. Yuk disimak!

1. Lirik lagu “Hymne Guru”

Unsplash/Husniati Salma

Terpujilah

Wahai engkau ibu bapak guru

Namamu akan selalu hidup

Dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir

Di dalam hatiku

Sebagai prasasti terimakasihku

Tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa

2. Makna lagu “Hymne Guru”

Unsplash/Husniati Salma

Lagu “Hymne Guru” menggambarkan pentingnya peran guru dalam mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.

Dalam lagu ini terdapat lirik seperti “Engkau sebagai pelita dalam kegelapan, engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan, engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa”.

Lirik tersebut menggambarkan seorang guru adalah penerang bagi muridnya yang haus akan pengetahuan dan penuh ketidaktahuan. Gurulah yang mengantarkan, mengarahkan, dan memberi pandangan sampai kita tahu mau kemana kita akan melanjutkan perjalanan.

Lirik “Terpujilah, wahai engkau bapak ibu guru” dapat dimaknai sebagai seorang guru tidak hanya sebagai pengantar ilmu pengetahuan saja, melainkan sebagai pendidik bagi murid-muridnya sehingga mereka dapat berlabuh menjadi pribadi yang bermoral.

Selain itu, lagu ini juga mengenang apa yang telah guru kita kenang dalam membantu langkah yang kita ambil, seperti dalam lirik “Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku.”

Petuah-petuah yang telah mereka berikan, mampu menuntun kita dalam menggapai potongan-potongan mimpi yang kita miliki. Meskipun telah berpisah jauh dengan guru-guru kita, mereka akan selalu hidup dalam sanubari kita.

Pada akhirnya, jasa guru tidak dapat diukur, seperti pada lirik “Semua baktimu akan kuukir didalam hatiku, sebagai prasasti terimakasihku tuk pengabdianmu.”

Ini karena guru adalah salah satu bentuk pahlawan bangsa yang tidak mengambil senjata ataupun ikut perang, namun menyebarkan ilmu kepada muridnya. Dengan begitu, guru juga dikatakan sebagai “tanpa tanda jasa.”

3. Sejarah lagu “Hymne Guru”

Unsplash/Husniati Salma

Hymne Guru umumnya diputar ketika memperingati Hari Guru Nasional pada tanggal 25 November, yang juga merupakan kelahiran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada 25 November 1945.

Sebelum menjadi PGRI, guru-guru pribumi pada zaman Belanda mendirikan organisasi perjuangan bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).

Anggota dari PGHB adalah para guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan pemilik sekolah. Pada umumnya mereka bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat. Tujuan utama dari organisasi ini adalah memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda.

Pada tahun 1932, para guru pribumi mengubah nama PGHB menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) yang mengagetkan Belanda.

Tak hanya itu, PGI juga sempat tidak aktif karena Jepang melarang aktivitas berbagai organisasi di Indonesia hingga menutup sekolah.

Akhirnya pada tanggal 24-25 November 1945 para guru membuat Kongres Guru Indonesia di Surakarta, yang ditandai dengan terbentuknya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Dalam kongres ini, anggota PGRI bersepakat untuk menghapus segala perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku.

Hari Guru Nasional diputuskan sejak tahun 1994 lalu dengan tertulisnya keputusan presiden, yaitu Kepres No. 78 Tahun 1994 dan juga ditulis di UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang menetapkan tanggal 25 November merupakan hari guru nasional yang diperingati bersamaan dengan ulang tahun PGRI.

Lagu ini diciptakan oleh Sartono tahun 1980-an. Sartono sendiri adalah seorang mantan guru seni musik yayasan swasta di Kota Madiun, Jawa Timur.

Sebenarnya Sartono sendiri tidak pernah mempelajari musik dengan formal, namun ia adalah satu-satunya guru seni musik yang mampu membaca not balok di daerahnya.

Karena keterbatasan alat musik saat itu, lagu Hymne Guru Sartono ciptakan dengan bersiul sambil menuliskan nadanya ke dalam kertas.

Walaupun penghasilannya dari pekerjaannya sebagai guru pas-pasan, kecintaannya pada musik membuat Sartono menciptakan beberapa buah lagu.

Bertepatan dengan momentum Hari Pendidikan Nasional pada tahun 1980, Sartono mengikuti lomba mencipta lagu tentang pendidikan. Dari ratusan peserta, lagu "Hymne Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" ciptaannya, berhasil menjadi pemenang.

Selain mendapatkan sejumlah uang sebagai pemenang, Sartono bersama sejumlah guru teladan lainnya di seluruh Indonesia dikirim ke Jepang untuk studi banding.

Itulah lirik lagu “Hymne Guru” serta makna dan sejarahnya. Ternyata maknanya cukup mendalam, ya! Beritahu juga kepada si Anak ya, Ma!

Baca Juga:

The Latest