5 Strategi Mengasuh Anak di Era Digital
Di era digital ini, orangtua harus memiliki strategi khusus dalam mengasuh anak
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak generasi milenial, tentu punya kebutuhan dan kebiasaan yang berbeda dengan anak-anak generasi sebelumnya. Oleh karena itu, mengasuh anak di era digital adalah tantangan tersendiri bagi para orangtua. Tidak bisa dipungkiri, perkembangan dunia digital sedikit banyak telah menimbulkan perubahan perilaku, yang terkadang malah menciptakan jarak antara anak dan orangtua.
Nah, bagi para orangtua, ada beberapa tips dari seorang psikolog Elly Risman untuk mengasuh anak di era digital, agar hubungan antara anak dan orangtua tetap terjalin baik.
Mau tahu tips mengasuh anak di era digital? Simak pembahasannya berikut ini!
1. Kedekatan
Papa dan Mama perlu mempunyai hubungan yang dekat dengan anak. Bukan hanya kedekatan secara fisik, melainkan lebih pada kedekatan emosional.
Memeluk anak bisa diartikan sebagai kedekatan fisik, namun memeluk dengan penuh rasa sayang aman menimbulkan kedekatan emosional antara anak dan orangtua.
Di luar sana banyak anak yang sejak kecil tidak mendapat kedekatan itu dari orangtuanya sehingga jiwanya seolah kosong. Apalagi di era digital ini, anak-anak sudah pasti akan lebih sering menghabiskan waktunya dengan gadget. Dengan mengisi kebutuhan psikologis mereka berarti Mama telah membekali anak dengan sikap positif dan baik menghadapi pergaulan di dunia tanpa batas.
2. Tanggung jawab
Bicara mengenai tanggung jawab, tentu bukan hanya bergantung pada Mama saja. Tapi sosok Papa dalam mendidik anak juga sangat penting.
Di era digital seperti sekarang, kedua orangtua harus saling bekerja sama untuk mengarahkan anak. Bukan hanya raganya, tapi juga jiwanya. Jangan sampai kedekatan anak dengan teknologi membuatnya lupa atas kewajibannya terhadap Tuhan.
Saat ini, banyak sekali orangtua muda yang lebih memercayakan pengasuhan anak kepada orang lain. Padahal peran orangtua jauh lebih penting.
Baca juga: Batasan penggunaan gadget sesuai umur anak
3. Tujuan pengasuhan
Elly Risman mengatakan bahwa dalam sebuah risetnya, ibu usia 25-45 tahun dalam kondisi ekonomi menengah ke atas ataupun menengah ke bawah, tidak punya tujuan pengasuhan. Mereka seolah tidak tahu mau di bawa ke mana si Anak.
Nah, mengasuh anak di era digital, sudah pasti orangtua harus mulai mengerucutkan tujuan tersebut, bahkan mungkin sejak lahir. Buatlah kesepakatan bersama pasangan mengenai prioritas apa yang mesti diberikan kepada anak.
4. Pendidikan agama
Pendidikan agama harus dimulai dari orangtua. Tidak ada artinya jika anak dipaksa masuk ke sekolah agama, namun tidak dibekali pengetahuan apapun oleh orangtuanya.
Pendidikan agama harus ditanamkan sedini mungkin. Bukan hanya sebatas bisa mandiri menjalankan sholat atau mau diajak pergi ke gereja. Harus ada juga pendekatan secara emosional supaya anak bisa menyukai hal tersebut, supaya punya kesadaran untuk melakukannya tanpa diawasi orangtua.
5. Memantau aktivitas dunia digital anak
Sebagai orangtua yang ‘kekinian’, bukan berarti Mama dan Papa harus memberikan gadget sejak anak masih kecil. Ajarkan anak menggunakan gadget, namun batasi juga penggunaannya. Apalagi saat ini penggunaan gadget pasti ada kaitannya dengan akses internet.
Pantau aktivitas anak di internet supaya tidak ‘tercemar’ oleh pornografi dan hal-hal buruk lainnya. Sebab hal seperti itu secara tidak langsung akan memengaruhi bagaimana perilaku anak dalam bersikap. Cara mengasuh anak yang baik adalah dengan bijak dalam memantau aktivitas anak termasuk dalam memperhatikan pergaulannya di dunia digital.
Kesimpulannya, cara mengasuh anak di era digital ini tidak melulu tentang gadget. Utamakan komunikasi antara anak dan orangtua sebagai pengganti gadget. Ajaklah anak berkomunikasi supaya mau mengungkapkan perasaannya dan bercerita tentang apapun yang dialaminya, baik di sekolah maupun dalam kesehariannya.
Tapi jika orangtua membatasi penggunaan gadget, carilah alternatif lain supaya kreativitas anak tetap bisa berkembang. Misal dengan ikut serta ekstrakulikuler di sekolah, bermain futsal, belajar musik, dan sebagainya.
Mama, pasti bisa!
Baca juga: Bahaya cyberbullying mengintai anak mama