TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Anak Nangis Kelaparan dan Disiram Ibunya, Ini Gagasan Pemerhati Anak!

Dalam kejadian yang mengiris hati tersebut, pemerhati anak Awam Prakoso membagikan sudut pandangnya

Instagram.com/awamprakoso

Video seorang anak laki-laki yang menangis menjerit di depan rumah di kawasan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat beredar di media sosial. Anak tersebut berteriak lapar dan ingin makan.

Dalam video yang diunggah pada Selasa (7/5/2024) tersebut, terdengar Ibunya yang jutsru memaki anak tersebut. Tak lama kemudian, anak tersebut tampak melempar sandal dan menjatuhkan karung berisi sampah di depan rumahnya.

Sang Ibu pun terlihat keluar menghampiri anak laki-laki tersebut sambil membawa air dalam kemasan botol 1,5 liter. Ia kemudian menyiram anak tersebut dengan air yang dibawanya.

Berdasarkan kejadian tersebut, siapakah yang sebenarnya salah?

Berikut ini Popmama.com akan membahas lebih lanjut mengenai kejadian anak nangis kelaparan dan disiram ibunya dari sudut pandang Awam Prakoso yang ia bagikan melalui akun Instagram pribadinya @awamprakoso.

1. Kejadian menurut Camat Bojonggede

Berbagai sumber

Setelah kejadian menyedihkan tersebut, Camat Bojonggede Tenny Ramdhani mengomentari video viral tersebut. Ia mengatakan bahwa menerima laporan pada Jumat (3/5/2024) sekitar pukul 16.00 WIB.

"Si pengirim mengatakan ini lokasinya di Bojonggede, tapi tidak memberikan alamat secara detail. Pada akhirnya teman-teman dari kecamatan konfirmasi ke saya, silakan di Instagram kecamatan sekaligus minta bantuan warganet untuk memberikan info lebih detail," ujar Tenny.

Setelah mengetahui alamat keluarga tersebut, Tenny mengatakan bahwa mereka dikategorikan sebagai keluarga miskin dengan penghasilan tidak tetap. Diketahui, ayah anak tersebut bekerja sebagai buruh bangunan yang penghasilannya tidak menentu.

Namun, ternyata keluarga tersebut tidak masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) karena faktor belum memiliki kartu keluarga (KK) yang semestinya.

"KK tersebut tidak terdaftar di dalam DTKS, karena KK-nya masih menginduk ke satu orang saja, ke Bapak Hamzah (sang ayah), sementara anaknya yang tiga tidak terdaftar dalam KK tersebut. Itu yang kami sayangkan dan tidak pernah melapor juga ke RT/RW," ujarnya.

2. Menekankan bahwa keduanya tidak sepenuhnya salah jika dilihat dari sudut pandang yang lebih luas

Freepik

Dalam kejadian tersebut, apakah kita akan menyalahkan orangtua? Tapi bagaimana jika sebenarnya orangtua telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan kebutuhan untuk anak namun usahanya tidak membuahkan hasil?

Atau bagaimana jika orangtua sebenarnya sudah sangat berusaha namun terdapat beberapa hal yang membuatnya tersendat dan entah tersendatnya di mana.

Kondisi ekonomi terkadang membuat orangtua stres bahkan depresi. Meskipun hal menyiram anak dengan air tidak bisa dibenarkan, namun tetap penting untuk melihat dari sudut pandang orangtua.

Jika bukan salah orangtua, apakah kita harus menyalahkan anak? Tidak juga. Mendengar raungan kelaparan dari seorang anak sangatlah menyedihkan. 

Anak kecil tidak dapat mengontrol emosinya. Saking laparnya, ia mungkin teriak dan menangis karena tidak tahu harus melakukan apa. Maka dari itu kita juga tidak bisa menyalahkan anak.

Coba lihat lagi seberapa sering kita menyisakan makanan yang pada akhirnya dibuang juga dan menjadi beban karena makanan itu menjadi limbah, dan akhirnya bisa menjadi persoalan yang sangat serius. 

Bayangkan jika makanan tersebut, makanan yang kita buang, adalah makanan yang ditunggu dan diharapkan oleh anak tersebut. Ketika kita membuang makanan, ada jiwa-jiwa yang menunggu dan mengharap mereka mendapatkan sesuap dari makanan tersebut.

3. Perlunya kesadaran untuk memastikan tidak ada orang kelaparan di sekitar kita

Instagram.com/awamprakoso

Awam Prakoso mengatakan, dikarenakan kasus tersebut sudah terjadi, tidak ada gunanya untuk mempertanyakan siapa yang salah dalam kejadian tersebut. Hal yang perlu dilakukan adalah sama-sama menekan kasus serupa untuk tidak terjadi lagi.

Ia juga mengatakan bahwa sebagai sesama manusia, sudah seharusnya peka dan sadar pada keadaan sekitar, terutama apabila kita melihat ada orang kelaparan di sekitar kita.

“Saya jadi ingat tradisi kampung saya dulu, ada yang namanya jimpitan. Iuran berupa beras tiap malam yang disiapkan di depan rumah, ya fungsinya bisa jadi lumbung pangan kampung untuk memastikan di lingkungan sekitar tidak ada yang tidak bisa makan,” ujar Awam melalui akun Instagramnya. 

Dengan begitu, dari kejadian tersebut sebenarnya tidak ada yang harus disalahkan. Sebagai masyarakat, kita harus bersatu bersama pemerintah untuk membantu memerangi kemiskinan. Perhatian menjaga dan melindungi anak tidak cukup hanya satu keluarga, tapi memang butuh kepedulian dari satu daerah.

Demikian pembahasan mengenai kejadian anak nangis kelaparan dan disiram ibunya dari sudut pandang Awam Prakoso. Berdasarkan kasus tersebut, penting untuk tidak sembarang menyalahkan salah satu pihak tanpa melihat sudut pandang yang lebih luas.

Baca juga:

The Latest