Waspada Ma! 15 Anak DBD, 1 Meninggal Dunia di Surabaya
Pasien meninggal dunia sempat sembuh dan pulang ke rumah
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada awal tahun, curah hujan semakin tinggi. Tentunya keadaan di sekitar rumah akan menjadi lembab dan banyak genangan air. Hal itu bisa menjadi salah satu tempat bersarangnya nyamuk Aedes Aegypti yang membuat manusia terkena DBD.
Di awal tahun 2022 ini, sudah banyak informasi yang bertebaran mengenai anak terkena DBD. Di Surabaya, sudah ada 15 anak yang dinyatakan DBD, satu di antaranya dinyatakan meninggal dunia pada Selasa (25/1/2022).
Pasien yang meninggal dunia karena demam berdarah ini sempat mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit hingga dinyatakan sembuh. Namun, setelah itu kondisinya kembali memburuk dan meninggal dunia.
Untuk mengetahui keadaan lebih jelas, berikut ini Popmama.comtelah merangkum informasinya untuk Mama. Simak yuk!
1. Anak SD yang dinyatakan meninggal dunia sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit dan sembuh
15 anak di RW 10 Kelurahan Menur Pumpungan, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya Jawa Timur terkena wabah DBD. Bahkan, satu anak di antaranya dinyatakan meninggal dunia pada Selasa (25/1/2022).
Pasien yang dinyatakan meninggal dunia ini masih duduk di bangku kelas 2 SD. Ia sempat mendapat perawatan di rumah sakit akibat DBD. Perawatan tersebut berjalan lancar hingga ia boleh pulang ke rumah pada Minggu (23/1/2022).
Namun, satu hari berikutnya (24/1/2022) kondisi kesehatannya memburuk. Kedua orangtuanya langsung bergegas membawanya kembali ke rumah sakit dan langsung mendapat perawatan di ICU.
Hingga akhirnya pada selasa dini hari sekitar pukul 03.00 WIB ia menghembuskan nafas terakhir dan dinyatakan meninggal dunia.
"Innalillahi wa innailaihi rojiun telah meninggal dunia anak dari bapak Nova alamat Manyar Kartika Barat Nomor 11 depan Masjid Ulul Albab," kata Farid pengurus RT 06/ RW 10 di Kelurahan Menur Pumpungan.
2. Walaupun daerah pemukiman warga banyak yang dinyatakan terkena DBD, hingga saat ini belum ada tindakan penyemprotan fogging untuk rumah warga
Farid mengaku para warganya telah melapor terkait wabah DBD ini ke Puskesmas Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya untuk segera melakukan penyemprotan atau fogging. Namun, petugas puskesmas hanya memberikan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk di bak mandi.
3. Januari-Maret diprediksi akan menjadi puncak terjadinya demam berdarah
Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya telah mewaspadai peningkatan kasus DBD di awal tahun 2022 ini. Maka dari itu, ia telah membuat segala persiapan untuk menyelamatkan warga Surabaya yang terkena DBD.
”Kami siagakan seluruh fasilitas kesehatan (faskes), mulai rumah sakit hingga puskesmas,’’ kata Kadinkes Kota Surabaya Nanik Sukristina Selasa (18/1/2022).
Nanik pun mengingatkan seluruh masyarakat agar tidak menunda pemeriksaan jika ada anggota keluarga yang demam tinggi. Hal ini supaya kondisi pasien tidak terlalu buruk dan nakes segera melakukan pengobatan serta perawatan.
’’Jangan sampai terlambat. Semua faskes juga sudah siap siaga,’’ tutur Nanik.
Tak hanya menyiapkan fasilitas kesehatan, tentunya Dinkes Surabaya pun memberikan edukasi tentang pencegahan DBD. Salah satu caranya dengan mengampanyekan 3M plus yaitu menutup, menguras, dan mengubur.
Selain itu, para kader kesehatan setempat pun melakukan surveilans berbasis masyarakat.
”Kami minta warga waspadai genangan air,’’ ucap Nanik.
Adapun bubuk larvasida abate yang dibagikan secara gratis kepada masyarakat untuk dituangkan pada genangan air guna memberantas jentik di tempat penampungan air yang sulit dikuras. Hal ini merupakan cara efektif mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti.
Nah itulah informasi mengenai DBD di Surabya. Semoga Mama dan anak-anak bisa selalu menjaga kebersihan di lingkungan rumah dan mengonsumsi makanan bergizi agar selalu dalam kondisi sehat.
Baca juga:
- Jangan Sampai Terlambat, Kenali Gejala DBD pada Anak
- Musim DBD, Ini 6 Cara Mengusir Nyamuk dari Rumah
- Sama-Sama Demam Tinggi, Kenali 5 Perbedaan Gejala DBD dengan Covid-19