Memilukan! Siswa SD Jayamukti Meninggal Dunia Usai Dibully Kakak Kelas
Siswa kelas 3 SD korban bullying di Subang tewas usai koma 3 hari. Berikut kronologi lengkapnya!
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Peristiwa menyayat hati terjadi di Blanakan, Subang, Jawa Barat. AR (9), siswa kelas 3 SD Jayamukti, meninggal dunia pada Senin (25/11/2024) sekitar pukul 16.10 WIB, setelah menjadi korban kekerasan yang diduga dilakukan oleh tiga kakak kelasnya.
Sebelum mengembuskan napas terakhir, korban sempat mengalami koma selama tiga hari dan menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Subang.
Kasus ini menjadi perhatian serius, baik dari pihak keluarga, pemerintah daerah, hingga masyarakat. Pemerintah Kabupaten Subang langsung mengambil tindakan dengan menonaktifkan kepala sekolah tempat korban menuntut ilmu, sambil menunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut.
Menurut hasil autopsi, korban mengalami pendarahan hebat di otak yang menyebabkan tekanan serius hingga akhirnya meninggal dunia.
"Pendarahan yang mengakibatkan tekanan kepada otak," ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Subang, AKP Gilang Indra Friyana Rahmat, pada selasa (26/11/2024).
Berikut rangkuman lengkap tentang siswa sd jayamukti meninggal dunia usai dibully kakak kelas ini yang telah dirangkum Popmama.com.
Sempat Kritis dan Koma Selama Tiga Hari
Setelah insiden kekerasan yang dialaminya, AR langsung dilarikan ke RSUD Subang dalam kondisi tak sadarkan diri. Menurut Wakil Direktur RSUD Subang, dr. Syamsul Riza, AR tiba di rumah sakit dengan kondisi sangat kritis dan langsung dipindahkan ke ICU.
“Kami menemukan pendarahan di otak yang menyebabkan kondisi korban koma. Selama tiga hari perawatan, kami terus memantau, namun kondisinya semakin memburuk hingga akhirnya meninggal dunia pada senin sore,” ujar dr. Syamsul.
Keluarga korban mengaku bahwa sebelum kejadian, AR sempat mengeluhkan rasa sakit di kepala yang disertai muntah-muntah. Setelah ditelusuri, AR mengungkap bahwa dirinya sering dipukuli oleh kakak kelasnya, baik di sekolah maupun di tempatnya mengaji.
Dugaan Bullying oleh Tiga Kakak Kelas
Insiden bermula ketika AR ditindas oleh tiga kakak kelasnya, yakni M, D, dan O. Ketiganya diduga memalak uang jajan AR saat jam istirahat. Saat korban menolak, ia dipukuli dan dibenturkan ke tembok. Hal ini dikonfirmasi oleh kerabat korban, yang menyebut bahwa AR sering menjadi sasaran kekerasan secara fisik.
“Dia sering dipukul, ditendang, bahkan dibenturkan ke tembok. Sebelum koma, AR bilang takut cerita karena diancam oleh pelaku,” ungkap salah satu kerabat korban.
Kasus ini terjadi di luar jam pelajaran, yang membuat pihak sekolah tidak menyadari perundungan tersebut hingga korban kritis.
Kepala Sekolah Dinonaktifkan oleh Pemkab Subang
Menanggapi insiden ini, Penjabat Bupati Subang, Imran, langsung menonaktifkan kepala sekolah SD Jayamukti, Kasim. Ia menilai pihak sekolah lalai dalam menjaga dan mengawasi para siswa, sehingga kekerasan yang seharusnya dapat dicegah justru berujung tragedi.
“Pihak sekolah harus bertanggung jawab atas kejadian ini. Anak-anak adalah masa depan bangsa, tidak seharusnya mereka menjadi korban kekerasan seperti ini. Saya pastikan kepala sekolah akan diperiksa lebih lanjut, dan jika terbukti lalai, tindakan tegas akan diambil,” ujar Imran pada Senin (25/11/2024).
Imran juga menegaskan pentingnya pengawasan ketat terhadap anak di lingkungan sekolah, baik saat jam pelajaran maupun istirahat, agar kejadian serupa tidak terulang.
Langkah Selanjutnya dari Kepolisian
Kapolres Subang, AKBP Ariek Indra Sentanu, menyatakan bahwa kasus ini akan ditangani sesuai dengan sistem peradilan anak, mengingat terduga pelaku masih berusia di bawah 12 tahun. Proses hukum melibatkan Bapas (Balai Pemasyarakatan), pekerja sosial, serta tokoh masyarakat.
“Kami tidak akan tinggal diam. Saat ini, sudah ada empat saksi yang diperiksa, termasuk pihak keluarga dan teman korban. Kami juga mengecam segala bentuk kekerasan terhadap anak, dan kasus ini akan terus kami dalami,” ujar AKBP Ariek.
Selain itu, hasil autopsi yang dilakukan di RS Bhayangkara Polri Indramayu diharapkan dapat menjadi bukti kuat untuk mengungkap kasus ini lebih mendalam.
Pesan untuk semua orangtua dan sekolah
Kasus AR menjadi peringatan serius bagi semua pihak, terutama orangtua dan pihak sekolah, untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak. Bullying bukanlah masalah sepele, dan dampaknya dapat merenggut nyawa korban.
Sebagai orangtua, penting untuk peka terhadap perubahan sikap anak, baik di rumah maupun di sekolah. Jika ada tanda-tanda anak menjadi korban kekerasan, segera beri perhatian dan cari bantuan yang diperlukan.
Selain itu, jangan pernah lupakan untuk mendidik anak-anak kita untuk tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab serta rendah hati terhadap sesama manusia, ajarkan anak untuk selalu menolong sesama, buatlah mereka melihat dunia secara bijaksana. Jangan sampai mereka mengklaim perilaku-perilaku negatif yang bisa merusak diri mereka sendiri dikemudian hari.
Semoga kasus AR dapat menjadi pelajaran berharga untuk mencegah bullying di lingkungan sekolah.
Baca juga:
- Hebat! Siswa Kelas 2 SD Asal Bali Ini Mampu Kuasai 14 Bahasa Asing
- Momen Dramatis Siswa SD Jadi Pemimpin Upacara walau Berdiri di Lumpur
- Siswa SD Dianiaya Ayah Temannya di Serang, Korban Alami Trauma