Tanpa Mama Sadari, Kebiasaan Ini Bikin Anak Tidak Mandiri
Ini penyebabnya anak mama jadi manja. Apa saja?
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam mengasuh dan membesarkan anak, orangtua selalu menginginkan yang terbaik tak peduli harus berusaha sekeras apa.
Mama dan Papa selalu ingin melihat anak mama tumbuh sehat dan bahagia. Sampai-sampai tidak sadar kalau kadang terlalu memanjakannya.
Setelah anak mama mulai beranjak remaja, tidak sedikit para Mama yang mengeluh kenapa anaknya tumbuh menjadi sosok manja. Tidak mandiri dan selalu mengandalkan bantuan orang lain. Padahal, tidak ada anak yang membentuk dirinya sendiri. Semua sifat dan karakternya adalah hasil bentukan orangtua di masa kecil.
Sebagai pedoman untuk Mama, 6 kebiasaan sehari-hari di bawah ini ternyata berpotensi bikin anak jadi tidak mandiri. Mungkin Mama dan Papa melakukannya tanpa sadar.
Sebelum terlambat, yuk pelan-pelan mengurangi kebiasaan berikut ini.
1. Terlalu sering memberi larangan
Wajar jika Mama selalu khawatir dengan hal-hal di sekitar anak mama. Takut ia jatuh saat bermain di luar, takut ia tersesat saat mencoba pulang sekolah tanpa dijemput, dan ketakutan lainnya. Alhasil, Mama jadi sering memberi larangan dengan tujuan agar ia lebih aman.
Tanpa Mama sadari, larangan demi larangan yang ia terima membuatnya jadi penakut.
Ia memilih untuk menaati larangan Mama daripada mesti menanggung akibatnya sendiri. Ia akan tumbuh menjadi sosok yang kurang mandiri. Sulit membuat keputusan sendiri karena tidak siap bertanggung jawab.
Baca artikel ini agar Mama dapat inspirasi dari orangtua di Jepang yang bisa membuat anaknya berani dan mandiri.
2. Berlebihan dalam membela
Orangtua mana yang rela melihat anaknya sedih? Mama dan Papa selalu siap menjadi garda terdepan perlindungan anak.
Mengetahui ia bertengkar dengan teman, dimarahi guru, atau terkena musibah, fokus utama Mama adalah membela anak.
Kebiasaan ini tanpa sadar sudah sering Mama lakukan sejak ia kecil. Misalnya terjatuh di pekarangan rumah lalu ia menangis, Mama akan menenangkannya dengan berkata bahwa rumput yang salah. Hal sepele ini menanamkan sikap selalu merasa benar pada dirinya.
Berkaca dari peristiwa kekerasan anak yang memukul gurunya hingga tewas atau guru yang dianiaya orangtua murid hingga cedera, Mama harus bisa mengendalikan diri. Lebih banyak hal yang tidak baik dalam membela anak secara berlebihan.
3. Selalu berusaha menuruti keinginannya
Ini yang paling sering Mama dan Papa lakukan, berusaha menuruti semua keinginan anak agar ia tidak kecewa. Padahal sesekali perlu lho Ma, tidak menuruti kemauannya agar ia belajar menghargai orang lain.
Kadang Mama memilih untuk menuruti maunya anak karena ia ngambek seharian. Mama lelah melihatnya murung atau justru tidak tega. Tapi jika sering dilakukan, kebiasaan buruk ini akan terus terbawa hingga dewasa kelak.
4. Membatasi interaksi dengan orang sekitar
Mengkhawatirkan keselamatan anak memang kewajiban orangtua. Tapi bukan berarti membatasi interaksinya dengan orang sekitar. Ya benar, sekarang makin sulit mempercayai orang sekali pun itu kerabat dekat. Kadang mereka malah menjadi sumber dari petaka yang menimpa kita.
Tapi dengan Mama membatasi anak bertemu orang luar, ia justru tumbuh menjadi anak yang kurang mandiri. Selalu ada ketakutan saat bertemu orang baru dan tidak mau jauh dari orangtua. Bayangkan bagaimana jika ia seumur hidup nempel terus sama Mama?
5. Membantu menyelesaikan kewajibannya
Ketika anak mama mulai bersekolah, ia akan sering mendapat tugas rumah dari guru. Tak hanya satu tugas, kadang ditambah dengan setumpuk tugas lain yang membutuhkan waktu lebih lama. Waktu luangnya di rumah seakan tak cukup untuk menyelesaikan semuanya.
Mama yang tidak tega kemudian membantunya, dan menjadi kebiasaan hingga tugas-tugas berikutnya.
Kalau terlalu sering dibantu, ia menjadi tidak mandiri dan mengandalkan orang lain. Ia tidak merasa harus bertanggung jawa sendirian karena orang di sekitarnya pasti akan membantu.
6. Terlalu sering melontarkan pujian
Memangnya salah memuji anak sendiri? Tidak salah Ma, selama pujian itu dilontarkan secara tepat.
Tidak terlalu sering dan tanpa merendahkan pihak lain. Kadang tanpa sadar, Mama memuji nilai sekolah anak mama dan membandingkan dengan anak tetangga sebelah yang kebetulan sekelas dengannya. Kebetulan, anak mama nilainya lebih bagus dan Mama selalu mengungkapkan hal itu dengan superbangga.
Pujian-pujian yang berlebihan ini membuatnya jadi tidak mandiri. Ia akan merasa semangat jika mendapat pujian. Padahal di masa dewasanya kelak, akan jauh lebih banyak orang yang mencaci ketimbang memuji.
Ih, sudah tentu Mama tidak mau dong hal seperti itu terjadi? Jadi, yuk sama-sama kita benahi diri.