TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Anak Mengenal Cinta di Usia Dini, Seberapa Berbahaya?

Kemajuan teknologi punya peran besar saat anak mengenal cinta dan ketertarikan terhadap lawan jenis

Unsplash/Allan Taylor

Romansa dan ketertarikan terhadap lawan jenis adalah dua hal yang akan dikenal secara naluriah saat beranjak dewasa. Namun, apa jadinya jika si Kecil sudah mulai merasakan dua hal ini di usia dini?

Sayangnya, kini istilah ‘pacaran’ pun sudah sangat familiar di telinga si Kecil. Tidak sedikit kita melihat anak-anak di usia dini yang sudah memiliki pacar, bahkan teman-teman seusianya pun justru merayakan hal ini layaknya orang dewasa.

Belum lagi jika kita melihat media sosial. Banyak sekali berita tentang anak-anak dan lawan jenis yang kadang sampai membuat kita berpikir ‘mengapa anak zaman sekarang terlalu dini dalam mengenal romansa’.

Dalam beberapa kasus pun, banyak hal-hal terlarang yang dialami oleh anak di bawah usia.

Pertanyaannya, wajarkah anak mengenal cinta di usia dini? Yuk, bahas bersama Popmama.com!

Efek Perubahan Zaman yang Dialami oleh si Kecil

Freepik/DCStudio

Tidak bisa dipungkiri perubahan zaman berperan besar dalam tumbuh kembang si Kecil. Anak yang tumbuh di era digital dan dekat dengan gadget membuatnya memiliki akses yang cukup luas dalam menerima pengetahuan. Termasuk, mengenal lawan jenis dan paparan pornografi.

Rasa ingin tahu si Kecil pun tumbuh, sehingga anak bisa dengan gampangnya menyatakan ketertarikan pada lawan jenis.

Mengutip dari Youtube Official NET News, Elly Risman selaku psikolog spesialis pengasuhan anak menyebutkan bahwa zaman sekarang, anak mulai mengalami ketertarikan pada lawan jenis sejak TK, dan mulai acting out sejak usia 10 tahun. 

Kata ‘pacaran’ pun sudah masuk ke telinga si Kecil sejak dalam kandungan, karena tanpa sadar orang dewasa membicarakan hal tersebut.

Maka, perubahan zaman ini juga harus membuat perubahan respon yang orangtua berikan saat mendapati anak mulai mengenal cinta dan menyukai lawan jenis di usia dini.

Orangtua harus mulai memberikan respon yang serius, dan bukan lagi menganggap ini sebagai hal yang lucu dan menganggap sebagai sesuatu yang wajar.

Pentingnya Pendidikan Seksualitas Sejak Dini

Instagram.com/najeelashihab

Berbicara tentang pacaran, artinya berbicara tentang pendidikan seksualitas. Selama ini ada penerimaan yang salah di masyarakat ketika membicarakan tentang pendidikan seksualitas, yang dianggap mengajarkan seks kepada anak di usia dini.

Dalam akun instagram pribadinya, Najeela Shihab memberikan penjabaran tentang lingkup pendidikan seksualitas yang cukup luas.

“Di antara banyaknya miskonsepsi dan salah kaprah soal pendidikan, salah satu yang paling sulit dibahas banyak orang: pendidikan seksualitas. Bukan cuma soal menjaga organ reproduksi, dan tentu bukan soal bagaimana berhubungan seks, tapi membahas penciptaan manusia itu sendiri, menjaga privasi, bagaimana lebih kritis terhadap pesan media, gimana menghindari kecenderungan adiksi. dan sebagainya.”

Anggapan pendidikan seksualitas hanya terpusat pada hubungan seks dan reproduksi membuat hal ini menjadi sesuatu yang tabu untuk didiskusikan bersama anak. Padahal, membekali anak dengan pendidikan seksualitas justru penting dilakukan sejak dini.

Disadari atau tidak, banyak sekali salah kaprah dan kekeliruan yang terjadi jika kita berbicara tentang pendidikan seksualitas. Tanggung jawab untuk memberikan pendidikan seksualitas ada pada orangtua, dan bukan di tangan orang lain.

Peran Orangtua Saat Anak Mengenal Cinta

Pexels/Ketut Subiyanto

Ma, jika kini si Kecil mulai menunjukkan tanda ketertarikan terhadap lawan jenis di usianya yang masih dini, artinya Mama dan Papa harus mulai menerima dan menanggapi dengan serius.

Sebagai orang terdekat anak-anak, peran orangtua saat si Kecil mengenal cinta cukup besar dan tidak bisa disepelekan. Berikut yang bisa Mama dan Papa lakukan saat anak mulai memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis.

1. Validasi perasaan si Kecil

Pexels/Andrea Piacquadio

Menolak dan memarahi si Kecil saat ia mulai terbuka akan perasaannya terhadap lawan jenis adalah hal yang kurang tepat. Jika di awal si Kecil langsung mendapat perlawanan, ia akan mencari tempat lain untuk bercerita. Orangtua akan semakin jauh dengan anak, dan semakin sulit mengetahui perkembangan anak.

Menerima dan memvalidasi perasaan si Kecil di awal adalah hal yang bisa dilakukan. Berikan ia rasa nyaman untuk membagikan perasaannya, sehingga Mama dan Papa adalah sosok yang akan dicari saat ia akan curhat.

2. Punya waktu ngobrol rutin dengan Anak

Pexels/Ketut Subiyanto

Meluangkan banyak waktu untuk berbicara dengan si Kecil secara rutin sambil mencari tahu sejauh apa ketertarikan yang dialami kepada lawan jenis adalah hal yang bisa dilakukan.

Tentu, sambil mengisi perbincangan dengan hal-hal tentang batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Melalui perbincangan ini, Mama dan Papa juga bisa membagikan sudut pandang dari berbagai ilmu (agama, biologi, psikologi, dll) tentang apa yang dialami si Kecil, dan juga pendapat Mama dan Papa sebagai orangtua akan hal ini.

3. Ajarkan Anak tentang konsep diri

Pexels/Tiger Lily

Konsep diri menjadi salah satu poin dalam pendidikan seksualitas yang penting diajarkan oleh orangtua. Tanamkan sejak dini bahwa anak adalah sosok yang berharga, agar ia tidak mudah terseret arus saat tumbuh dewasa. Anak yang mengetahui nilai diri yang dimiliki, akan menghargai diri sendiri dan lebih mudah mengenali batasan saat dewasa.

Tingkah laku dan ucapan anak sehari-hari dapat menunjukkan apakah anak sudah memiliki konsep diri yang baik atau belum. 

4. Orangtua mau terus belajar

Pexels/Chermiti Mohamed

Sadar bahwa zaman akan terus berubah, tentu akan menimbulkan banyak perbedaan di masa orangtua dan masa anak-anak tumbuh. Bukan hanya anak yang harus belajar dan beradaptasi akan hal ini, namun orangtua pun juga.


Mama dan Papa pun turut diminta meng-upgrade pengetahuan agar selalu bisa berjalan beriringan dengan si Kecil, tanpa menghilangkan nilai dan kepercayaan yang dipercaya. Dengan begini, orangtua diharapkan bisa memahami pola pikir anak dan menyesuaikan komunikasi dan pendekatan terhadap si Kecil

5. Awasi berbagai informasi yang diterima

Freepik/freepik

Last but not least, mengawasi informasi yang diterima oleh anak juga harus dilakukan. Tumbuh di era digital membuat anak bisa terpapar informasi yang belum sesuai umurnya.

Mama dan Papa bisa membuat kesepakatan dengan anak untuk membatasi informasi yang diterimanya. Manfaatkan berbagai teknologi yang ada agar anak mendapatkan hal-hal baik dari internet.

Menjadi orangtua yang sadar dan tidak abai terhadap perkembangan si Kecil memang sudah menjadi tanggung jawab. Sebagai orang terdekat, orangtua wajib memberikan yang terbaik untuk anak sejak dini.

Tak melulu soal fasilitas atau materi, pengetahuan dan ilmu yang memadai akan menjadi bekal yang cukup untuk anak tumbuh menjadi sosok yang mampu menghargai diri sendiri dan sekitar.

Semoga kita menjadi orangtua yang terus punya semangat belajar, dan memberikan yang terbaik untuk si Kecil.

Baca juga:

The Latest