Alasan Mengapa Anak Suka Bicara Ngegas, Mama Wajib Tahu!
Mama wajib tahu kenapa anak suka bicara ngegas!


Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak-anak sering kali berbicara dengan nada tinggi atau ngegas sebagai bagian dari cara mereka mengekspresikan diri. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perkembangan otak anak, keinginan untuk menarik perhatian, atau bahkan meniru cara komunikasi orang di sekitar mereka.
Meskipun ini adalah bagian dari proses perkembangan mereka, memahami alasan di balik perilaku ini dapat membantu orangtua memberikan bimbingan yang lebih baik agar anak belajar berkomunikasi dengan cara yang lebih positif dan efektif.
Kali ini Popmama.com akan merangkum alasan mengapa anak suka ngegas yang wajib Mama ketahui. Disimak ya, Ma!
1. Otak anak masih proses berkembang
Anak usia 5-9 tahun sering marah atau menjawab dengan nada tinggi atau yang sekarang bisa disebut ngegas. Hal ini bukan karena mereka bandel lho, Ma. Anak yang terkadang suka berbicara dengan nada tinggi memiliki otak yang masih berkembang. Sehingga orangtua perlu memahami otak anak, melatih emosi, hingga merespons anak dengan baik.
Pritta Tyas sebagai seorang Mama dan Psikolog Klinis & Keluarga juga memiliki masalah yang sama. Kedua anaknya saat ini cukup sering berbicara ngegas atau memakai nada tinggi, dan pilihan kata yang kurang sopan. Ia mengungkapkan bahwa ketika sedang bertanya kepada anak-anaknya, mereka menjawab dengan ngegas.
Otak anak bisa dibagi menjadi 2 bagian yaitu, otak rasional (Prefrontal Cortex) dan otak emosional (Limbic System). Anak memiliki otak rasional yang belum matang sempurna sehingga anak belum bisa sepenuhnya mengontrol emosi dan impulsnya. Sedangkan, otak emosional anak masih dominan sehingga saat anak merasa frustasi, ia akan bereaksi cepat tanpa berpikir panjang. Oleh karena itu, anak suka berbicara ngegas, kerena mereka lebih mengandalkan emosi daripada logika.
2. Meniru cara komunikasi di sekitar
Anak-anak sering kali meniru cara komunikasi orang-orang di sekitar mereka, termasuk cara berbicara yang keras atau ngegas. Mereka cenderung meniru perilaku orangtua, teman, atau orang dewasa sekitarnya yang sering berbicara dengan nada tinggi atau tegas. Jika anak sering mendengar pada orang-orang sekitarnya berbicara dengan cara yang emosional atau keras, maka mereka akan menganggap itu sebagai cara yang tepat untuk berkomunikasi, tanpa menyadari bahwa cara tersebut bisa terdengar kasar atau kurang sopan.
Selain itu, anak-anak yang menonton program televisi atau kartun yang menampilkan karakter berbicara dengan cara yang keras dan dramatis juga dapat meniru gaya berbicara tersebut. Karena mereka belum sepenuhnya memahami norma-norma sosial dalam berkomunikasi, anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat atau dengar dari lingkungan sekitar, termasuk cara berbicara.
3. Kurangnya kemampuan komunikasi yang efektif
Anak-anak yang belum mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif sering mengalami kesulitan untuk mengungkapkan perasaan atau keinginan mereka dengan cara yang tenang dan jelas. Ketika mereka merasa frustrasi karena tidak dapat menyampaikan apa yang mereka inginkan, mereka bisa berbicara dengan cara yang lebih keras atau ngegas sebagai bentuk pelepasan emosi. Hal ini terjadi karena anak belum sepenuhnya memahami bagaimana mengelola emosi mereka atau menggunakan kata-kata dengan tepat untuk berkomunikasi.
Karena keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi, anak-anak mungkin merasa lebih mudah menggunakan suara keras atau nada yang lebih emosional untuk mendapatkan perhatian atau respons dari orang lain. Mereka belum mampu mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata yang lebih sopan atau terstruktur, sehingga berkomunikasi dengan cara yang lebih intens menjadi pilihan mereka untuk menarik perhatian atau mengungkapkan ketidaknyamanan.
4. Mencari perhatian
Anak-anak sering berbicara dengan cara yang keras atau ngegas ketika mereka ingin menarik perhatian orang dewasa di sekitar mereka. Ini bisa terjadi ketika mereka merasa bahwa cara berbicara yang lebih emosional atau dramatis lebih efektif dalam mendapatkan respons dari orangtua atau orang lain. Anak-anak mungkin merasa bahwa dengan berbicara keras, mereka dapat memastikan bahwa pendapat atau keinginan mereka didengar dan diperhatikan.
Terkadang, anak juga menggunakan cara berbicara yang ngegas untuk mengekspresikan kebutuhan atau keinginan yang belum terpenuhi, seperti perhatian atau kasih sayang. Jika mereka merasa kurang mendapatkan perhatian yang cukup, mereka mungkin merasa perlu untuk berbicara dengan cara yang lebih intens agar orang dewasa lebih fokus pada mereka. Ini adalah salah satu cara mereka untuk berkomunikasi dan menunjukkan bahwa mereka ingin diperhatikan lebih intensif.
5. Overstimulasi atau kelelahan
Overstimulasi atau kelelahan pada anak terjadi ketika mereka terpapar terlalu banyak rangsangan, seperti suara bising, aktivitas yang berlebihan, atau interaksi sosial yang terlalu intens. Dalam kondisi ini, sistem saraf anak bisa lelah hingga membuat mereka sulit untuk mengontrol emosi. Akibatnya, anak bisa menunjukkan perilaku yang lebih emosional, seperti berbicara dengan nada yang tinggi atau ngegas, karena mereka merasa frustasi atau tidak mampu menangani banyak rangsangan sekaligus.
Kelelahan juga menjadi faktor penyebab anak berbicara dengan cara yang lebih emosional. Anak yang kurang tidur atau terlalu banyak beraktivitas akan merasa kelelahan, yang membuat mereka lebih sensitif dan mudah marah. Ketika anak merasa lelah, mereka cenderung kesulitan mengelola perasaan mereka dengan tenang, sehingga dapat bereaksi dengan cara yang lebih keras. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memberikan anak waktu yang cukup untuk istirahat dan mengurangi aktivitas yang dapat memicu overstimulasi, guna membantu mereka tetap tenang dan mengontrol emosi.
Tips orangtua menghadapi anak bicara ngegas
Bagi Mama yang punya anak suka bicara ngegas, jangan khawatir karena gaya bicara anak bisa diubah seiring dengan pertumbuhannya. Selain, itu Mama juga bisa menerapkan beberapa sikap untuk merespons emosi anak lho. Beberapa diantaranya:
- Tetap tenang: Ketika anak berbicara ngegas, sebaiknya orangtua jangan membalas balik balas dengan cara yang sama. Hal ini karena otak anak akan menangkap dan meniru gaya atau cara bahasa dari orangtuanya.
- Validasi perasaan anak: Mama juga bisa memberikan validasi pada emosi anak, contohnya "Adik lagi marah ya? coba cerita ke Mama dong, adik kesal karena apa?"
- Ajar anak untuk mengontrol emosi: "Kalau adik marah, adik bisa tenangin diri dulu. Baru bicara lagi ke Mama ya?." atau Mama juga bisa mengajari anak ketika sedang emosi untuk mengambil napas dan menghembuskannya secara bersama-sama.
- Bangun komunikasi dua arah: Mama bisa mendengarkan penjelasan anak terlebih dahulu sebelum merespons.
Nah, itulah informasi mengenai alasan mengapa anak suka bicara ngegas yang bisa jadi ilmu parenting baru buat Mama. Semoga bermanfaat!
Baca juga:
- Kalimat Toxic yang Hambat Anak Punya Kecerdasan Emosional
- Mama Perlu Tahu, Ini Usia Perkembangan Emosi Anak
- 7 Hal Mengapa Keamanan Emosional Penting bagi Kehidupan Anak