TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

4 Alasan Mengapa Anak Lambat dalam Belajar (Slow Learner)

Apakah anak sering tidak fokus belajar, Ma?

Freepik/Alexander-safonov

Dengan kondisi dunia saat ini, memaksa anak untuk tinggal lebih lama di dalam ruangan dan mengubah rutinitasnya seperti sekolah. Anak perlu beradaptasi dengan gaya pembelajaran jarak jauh yang awalnya membuat anak dan Mama kesulitan untuk menghadapinya.

Jika anak bukan tipe pembelajar yang aktif, Mama mungkin merasa anak perlu waktu yang lama untuk beradaptasi dengan gaya pembelajaran yang serba digital, atau untuk menghafal pengetahuan baru. Sehingga Mama berpikir bahwa anak adalah pelajar yang lambat.

Penting bagi Mama untuk mengetahui apa yang menyebabkan anak lambat dalam belajar, karena ketika permasalahan ini diabaikan, dapat memengaruhi kualitas belajar anak serta nilai akademisnya.

Berikut ini Popmama.com akan membahas beberapa alasan mengapa anak belajar dengan lambat dan apa yang harus Mama lakukan untuk mengatasinya.

1. Kurang fokus bisa membuat anak belajar dengan lambat

Freepik/photoroyalty

Fokus adalah kunci untuk belajar. Jika anak tidak memberikan perhatian penuh pada apa yang ia coba pelajari, itu akan membuatnya sulit dan lebih lambat belajar. Walaupun Mama beranggapan anak adalah pembelajar yang lambat, kemungkinan besar ia hanya pembelajar yang mudah terganggu.

Setelah anak meningkatkan fokusnya, Mama bisa akan terkejut dengan seberapa cepat anak dapat menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan baru. Bagaimana Mama dapat meningkatkan fokus anak? Berikut beberapa hal untuk membantu meningkatkan fokusnya:

Lebih mudah untuk berfokus di lingkungan yang tenang dan bebas gangguan

Strategi pertama dan paling sederhana untuk meningkatkan fokus anak adalah dengan menyingkirkan sebanyak mungkin gangguan. Pilih lingkungan yang tenang untuk melakukan pembelajaran jarak jauh dan pastikan anak tidak akan diganggu.

Lebih mudah untuk tetap fokus daripada fokus ulang

Hindari anak melakukan Multitasking. Otak tidak dapat melakukan dua aktivitas yang menuntut secara kognitif di saat yang bersamaan. Multitasking seringkali menjadi pengalihan tugas, di mana anak bolak-balik antara satu aktivitas dan lainnya.

Dilansir dari lifehack.org, secara keseluruhan pengalihan tugas tidak efisien dan membuat anak kehilangan fokusnya. Pikiran membutuhkan beberapa menit untuk kembali fokus setelah teralihkan, terutama untuk kembali fokus pada hal-hal yang menuntut banyak energi mental, seperti belajar.

Cara yang baik untuk melakukan ini adalah dengan memblokir waktu untuk belajar dan memastikan anak untuk tidak memikirkan hal lain.

Lebih mudah berfokus saat tubuh dan pikiran kita istirahat dan sehat

Kurangnya gizi, dehidrasi, kurang tidur, dan kebiasaan tidak sehat memengaruhi kemampuan anak untuk fokus. Kemampuan belajar seringkali dikaitkan dengan kekuatan penalaran atau ingatan. Tetapi fisik juga memainkan peran utama dalam mempelajari dan menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan baru.

Jika Mama ingin otak anak fokus dan berada dalam kondisi prima untuk belajar, Mama perlu menjaga tubuh anak juga dalam kondisi prima.

Dengan tidur malam yang nyenyak, pola makan yang lebih baik, dan hidrasi yang lebih baik, otak kemudian akan memberikan anak dengan lebih banyak fokus dan pembelajaran yang lebih efektif.

2. Pola pikir dan keyakinan memiliki pengaruh kuat pada pembelajaran

Freepik/Photoroyalty

Dalam buku Mindset: The new psychology of success, yang ditulis oleh seorang psikolog, Carol Dweck menjelaskan pengaruh sikap terhadap pertumbuhan. Anak dengan pola pikir yang tetap, pada gilirannya akan menciptakan hambatan mental yang menghambat kemajuannya.

Sedangkan anak dengan pola pikir yang berkembang, memiliki keyakinan bahwa dapat meningkatkan kemampuannya melalui hasrat dan ketekunan, sehingga mampu belajar lebih keras untuk belajar serta meningkatkan kemampuannya.

Dalam hal ini, pengaruh orangtua sangat penting untuk memberikan dukungan pada anak, baik ketika anak sedang mengalami keberhasilan atau kegagalan.

Solusi selanjutnya, Mama juga dapat menempelkan poster di dinding kamar anak yang menuliskan kalimat motivasi yang mengingatkannya untuk terus maju, seperti:

  • Cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya. - Abraham Lincoln
  • Kamu selalu melewati kegagalan menuju kesuksesan. - Mickey Rooney
  • Jangan pernah menyerah pada apa yang benar-benar ingin kamu lakukan. Orang dengan impian besar lebih kuat daripada orang yang memiliki semua fakta. - Albert Einstein
  • Pengetahuan akan memberi kamu kesempatan untuk membuat perbedaan. - Claire Fagin
  • Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat kamu gunakan untuk mengubah dunia. - Nelson Mandela

3. Harapan yang tidak realistis membuat anak percaya bahwa ia adalah pembelajar yang lambat

Freepik/user15145147

Kapanpun anak mengambil keterampilan baru atau mempelajari mata pelajaran baru, tak jarang orangtua yang berasumsi bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

Namun, terkadang kenyataannya adalah belajar membuat anak frustrasi, stres, dan lambat.

Seringkali orangtua melupakan kenyataan ini karena, sebagai orang dewasa, Mama tidak lagi sering masuk ke bidang baru yang tidak diketahui. Sehingga, mungkin lupa bagaimana rasanya menjalani proses pembelajaran dari awal, dan berapa banyak waktu dan energi yang dibutuhkan.

Penting untuk diperhatikan bahwa belajar adalah proses jangka panjang. Beberapa anak bisa lebih cepat melalui tahap-tahap awal, tetapi kemudian melambat di kemudian hari.

Sedangkan bagi anak yang lain, justru sebaliknya, mereka belajar perlahan pada tahap awal tetapi lebih cepat pada tahap menengah dan lanjutan. Intinya, awal yang cepat atau lambat bukanlah indikator yang tepat untuk menilai kemampuan anak sebagai pelajar.

4. Pembelajaran sebelumnya dapat memengaruhi kecepatan belajar

Freepik/Bristekjegor

Pembelajaran sebelumnya memengaruhi seberapa cepat anak dalam mempelajari sesuatu yang baru. Anak yang sudah menjadi pembelajar yang baik dan memiliki dasar-dasar yang kuat, akan membuatnya mempelajari keterampilan baru dengan lebih cepat.

Segala sesuatu yang telah anak bangun berfungsi sebagai dasar untuk dibangun selanjutnya. Di sinilah yang seringkali membuat orangtua membandingkan anak dengan anak lain.

Mama mengira anak lambat dalam belajar ketika membandingkan dirinya dengan teman sekelasnya, tetapi teman sekelas anak mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan mereka untuk mengambil pembelajaran baru lebih cepat.

Strategi di sini untuk menjadi pembelajar yang lebih cepat adalah dengan tidak pernah berhenti belajar, karena semakin banyak anak belajar, maka semakin cepat anak dalam mempelajari hal-hal baru.

Sebagian besar, anak pada dasarnya tidak cepat atau lambat belajar. Ini bukanlah masalah kapasitas anak untuk belajar, tetapi seberapa efisien dan efektif anak dalam menggunakan kapasitasnya tersebut.

Mama mungkin mengira anak mengalami kesulitan dan kelambatan dalam belajar, tetapi kemungkinan besar, anak hanya perlu belajar cara menggunakan otaknya dengan lebih efektif.

Itulah beberapa alasan yang membuat anak lambat dalam belajar. Dengan meningkatkan fokus, pola pikir, dan pemahaman tentang proses pembelajaran, Mama akan menyadari bahwa anak adalah pelajar yang jauh lebih cepat dari yang Mama kira.

Baca juga:

The Latest